Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Jadi Orangtua "Toxic" dan "Over Protective"

12 November 2021   11:47 Diperbarui: 12 November 2021   12:09 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ayah dan anak (sumber: shutterstock.com)

Hari ini, 12 November dikenal sebagai Hari Ayah Nasional. Terkait dengan Hari Ayah Nasional, terpikir untuk mengingatkan agar orang tua jangan menjadi orang tua yang "toxic" dan "over protective".

Yang digolongkan orang tua "toxic" adalah orang tua yang mendidik anaknya secara keras. Hal ini tidak berlaku bagi orang tua berlatar belakang militer atau kepolisian saja, namun juga banyak terjadi pada orang tua biasa. Orang tua "toxic" ini saat memarahi anaknya, bila si anak telah melakukan kesalahan atau tidak melakukan yang dikehedakinya selalu ditindak atau dihukum dengan kekerasan, baik secara fisik dan psikis. Alasannya klasik, karena sifat anak terlalu bandel atau nakal, tidak dapat diperingatkan sekedar dengan kata-kata saja, namun harus diikuti dengan pemukulan. Mulai dari kata-kata kekerasan atau makian. Kadang kala masih ditambah dengan alat pukul seperti rotan, sabuk, kemoceng,  sapu atau bahkan pukulan / tamparan dengan tangan orang tua. Apakah dengan cara mendidik secara kekerasan ini anak akan menurut? Justru tidak, ditengarai anak justru menyimpan dendam, luka batin atau sakit hati pada orang tuanya. Hal ini akan membekas seumur hidupnya dan biasanya akan terulang kembali saat si anak beralih fungsi menjadi orang tua. Mendidik dengan cara kekerasan ini akan dilanjutkan pada anak-anak mereka. Dalihnya, dengan menerapkan pendidikan yang keras akan terbentuk disiplin yang baik sehingga mereka dapat menjadi orang sukses. Mampu bertransformasi dari anak nakal menjadi anak yang berhasil.

Senakal-nakalnya seorang anak, orang tua jangan memarahi dengan kata-kata kasar atau makian dan pemukulan. Orang tua harus meninggalkan pendidikan dengan cara kekerasan baik verbal maupun fisik. Karena anak tidak dapat memilih ingin dilahirkan dengan type orang tua seperti apa, tetapi orang tua yang dapat merubah cara mendidik anak dengan tidak menggunakan atau meninggalkan kekerasan.

Cara mendidik yang sama buruknya dengan "toxic" adalah "over protective". Orang tua ini selalu memperhatikan dan melindungi anaknya, melarang melakukan perbuatan yang dianggapnya kurang tepat bahkan membayangi setiap langkah dan aktivitas anaknya. Type orang tua ini dikenal dengan istilah "helicopter parenting", karena orang tua selalu membayangi atau mengikuti setiap perbuatan anaknya. Melakukan tindakan ini, jangan, melakukan tindakan itu, jangan, tanpa alasan yang jelas. Contoh anak tidak pakai alas kaki takut kaki kena pecahan kaca, anak memanjat pohon dilarang karena takut jatuh, anak ingin membersihkan kebun dilarang karena takut kotor, anak bermain saat hujan, dilarang karena kawatir akan sakit. Intinya hampir semua yang dilakukan oleh sang anak dilarang, bahkan sering diambil alih oleh orang tuanya. Anak tidak boleh terlalu lelah, tidak boleh sedikit susah, dilarang melakukan tindakan yang dinilai berbahaya. Contoh anak ingin menyalakan lilin sendiri dilarang, dan diambil alih oleh orang tuanya, atau anak ingin menimba air dari sumur, dilarang, lalu orang tua yang melakukannya. Akibat "over protective" ini si anak akhirnya menjadi anak yang tidak memiliki pengalaman apapun dalam kehidupannya, tidak tumbuh dan berkembang secara wajar.

Bahkan yang lebih parah, ketika anak berkelahi di sekolah, orang tua membela anaknya dengan menyewa pengacara atau memanggil polsi, bila si anak dimarahi oleh gurunya, menyalahkan kepala sekolah bila anaknya tidak menjadi juara kelas. Saat magang dilarang pulang malam. Saat ingin interview mencari kerja, orang tua yang muncul dengan "power"nya. Akibatnya, anak tidak tumbuh berkembang secara wajar, dan anak menjadi pribadi yang sangat lemah.

Orang tua "toxic" dan "overprtotective" itu sama-sama orang tua yang tidak mendidik anaknya dengan baik. Jadilah orang tua yang bertanggung jawab mendidik anaknya dengan baik, meski tidak ada orang tua yang sempurna, tidak ada anak yang sempurna. Tapi buatlah momen yang sempurna. Selamat Hari Ayah Nasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun