Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Tak Perlu Ada Istilah Tanggal Tua, Begini Caranya

14 Oktober 2021   15:24 Diperbarui: 14 Oktober 2021   15:26 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dompet kosong (sumber: idntimes.com)

Apakah Anda tergolong pegawai negeri atau karyawan swasta? Bila ya, tentu Anda baru akan menerima gaji bulanan pada tanggal tertentu, ada yang tiap tanggal 25, ada yang tiap akhir bulan (29 /30 / 31) bahkan ada yang tiap tanggal 1 bulan berikutnya. 

Hal ini tergantung peraturan perusahaan yang ditetapkan oleh masing-masing perusahaan. Ini bila Anda termasuk karyawan bulanan, karena masih ada yang disebut karyawan harian dan karyawan mingguan yang lazimnya gaji dibagikan tiap hari Jum'at atau Sabtu.

Saya  sering mendapat kiriman foto makan siang atau makan malam dari seorang teman melalui WhatsApp group alumni SMA, bila dia belum menerima gaji, biasanya foto mie cepat saji yang dikirimkan dengan kalimat "nelongso" yang berbunyi 'makanan seadanya, maklum tanggal tua'. 

Sebaliknya bila dia baru saja menerima gaji, foto-fotonya berupa makanan dengan harga cukup mahal, seperti steak, sushi dan lainnya. Mengapa harus ada istilah tanggal tua?

Kalau mengkaji kiriman foto tersebut, aetinya saat tanggal tua uangnya hampir habis sehingga makan ala kadarnya. Sebaliknya, bila saat baru menerima gaji, isi dompetnya penuh sehingga makan berlebihan.

Bila Anda mau menghilangkan istilah tanggal tua, kiatnya hanya satu, buatlah anggaran belanja  bulanan. Memang awal-awalnya agak sulit membuat anggaran belanja bulanan, apalagi bila Anda tidak biasa melakukan pencatatan pemasukan dan pengeluaran uang. 

Anda harus mencontoh pengaturan keuangan negara, yang memiliki RAPBN (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) yang biasa diajukan Pemerintah pada menjelang 17 Agustus tiap tahunnya, untuk disahkan oleh DPR.

Untuk anggaran belanja keluarga Anda tentu Anda sendiri yang harus membuatnya dan disahkan bersama isteri atau suami tercinta. Sumber pendapatan biasanya gaji bulanan, atau bila keluarga Anda memiliki pendapatan tetap lain misal dari memberi les private atau mengajar kuliah / kursus boleh dimasukkan kedalam pos pendapatan.

Untuk pendapatan yang sifatnya tidak tetap, misal komisi penjualan, sebaiknya dimasukkan ke pos Dana Darurat. Jangan dimasukkan ke pos pendapatan karena bila pendapatan tidak sesuai yang diharapkan dan pengeluaran sudah terlanjur besar, maka pada bulan itu Anda akan mengalami defisit.

Beberapa pos pengeluaran yang perlu ada adalah pos Biaya Hidup, Hutang, Pajak, Proteksi, Ibadah, Hadiah, Dana Darurat, dan Investasi. Biaya Hidup adalah yang terpenting agar Anda dapat hidup dengan nyaman selama satu bulan.

Di sini termasuk biaya makan dan minum, bayar listrik, air, gas, telepon, internet, TV Kabel atau aplikasi hiburan, bensin atau uang transportasi kendaraan umum, uang sekolah / kuliah, bayar iuran keamanan dan sampah, bayar sopir dan Asisten Rumah Tangga, bila perlu masukkan biaya wisata atau makan-makan di restoran atau lainnya. Karena tiap keluarga, kebutuhan hidupnya berbeda. 

Bila keluarga Anda tidak memiliki sopir dan Asisten Rumah Tangga, pengeluaran ini dapat dihilangkan. Hutang adalah pos kedua terpenting karena harus dibayar tiap bulan, misal cicilan rumah atau apartemen, cicilan kendaraan dan cicilan lainnya. 

Pajak biasanya masuk pada anggaran belanja tahunan, bisa Anda hitung prorata untuk bulanan, misal pembayaran PBB, Pajak Kendaraan dan pajak-pajak lainnya. 

Proteksi adalah pos yang dianggarkan bila anggota keluarga yang tiba-tiba sakit, ibu melahirkan, orang tua sakit atau kendaraan harus masuk ke bengkel. 

Pos pengeluaran Ibadah dan Hadiah meski tidak terlalu penting, tetap perlu diperhitungkan karena perlu untuk sosialisasi. Anda harus menyisihkan untuk sedekah bagi yang Muslim, perpuluhan bagi yang Nasrani, biaya membeli bunga untuk umat Hindu, maupun yang beragama lain. Sedangkan pos Hadiah diperlukan bila harus menghadiri perkawinan, khitanan, kelahiran dan lain-lain. 

Pos Dana Darurat adalah pos yang harus disiapkan bila tiba-tiba Anda tidak memperoleh pendapatan secara mendadak, misal kena PHK. Pos terakhir yang perlu diisi hanya bila ada sisa adalah Investasi. Misal Anda ingin menyimpan emas murni, beli tanah dan yang lain.

Setelah pos ditentukan, mulai menentukan prosentase untuk masing-masing pos. Tidak ada nilai yang ideal, semua harus dikembalikan pada kebutuhan masing-masing keluarga. 

Anda harus mengatur nilai masing-masing pos agar tidak terjadi defisit pada akhir bulan. Setelah anggaran belanja selesai dibuat, jalankanlah secara konsisten. Bila dana yang dianggarkan hampir habis, harus dilakukan evaluasi mendasar guna memperbaiki anggaran bulan berikutnya.

Yang penting dengan membuat anggaran, Anda akan mengeluarkan uang secara bertanggung jawab, meski saja pengeluaran bisa secara non tinai seperti melalui kartu kredit, kartu debit maupun uang elektronik.

Bila Anda mampu menjalankan anggaran belanja secara disiplin, dijamin tidak ada lagi istilah tanggal tua. Hiduplah secara wajar dari hari ke hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun