Memperhatikan dunia lawak nasional, kehadiran mahasiswa sebagai pelawak membuat angin segar. Pada era jayanya Srimulat, Doyok dan Ateng Iskak, lawakan sepertinya itu-itu saja dan kelucuan yang diulang-ulang.
Pada tahun 1974 radio Prambors Jakarta menggagas acara lawak melalui radio dengan menemui tiga mahasiswa Universitas Indonesia, Kasino, Nanu dan Rudy Badil. Ketiganya melawak ala mahasiswa ngobrol di warung kopi sentil sana sentil sini dengan tajuk 'Obrolan Santai di Warung Kopi'.
Meski awalnya tanpa persiapan yang matang, lambat laun mereka mulai menyusun konsep lawakan, jadi materi lawakan disiapkan dengan hati dan otak. Mulai ada materi lawakan yang berani menyentil Pemerintah, sehingga menarik perhatian pendengar radio.
Setahun kemudian bergabunglah satu mahasiswa yang terkenal ngocol, Dono. Lawakan segar mereka makin diminati penggemar radio.Â
Setahun berikutnya lagi bergabung seorang mahasiswa muda dari luar Universitas Indonesia, tepatnya dari Universitas Pancasila yakni Indro. Kelimanya sangat dikenal sebagai pelawak dari Warkop Prambors, sehingga sempat mendapat tawaran manggung.
Karena lawakannya banyak diminati sehingga direkam dan diedarkan dalam bentuk kaset, bahkan hingga mendapat tawaran masuk ke dunia layar lebar. Film pertama mereka tentu dengan genre komedi berjudul "Mana Tahan".
Film-film Warkop Prambors sangat sering diputar pada saat libur panjang, seperti libur Lebaran, untuk menyedot penonton, akhirnya mereka banyak brkerja sama dengan artis-artis sexy seperti Eva Arnas, Kiki Fatmala dan lain-lain.
Dalam perkembangannya, Nanu dan Rudy Badil mengundurkan diri, sehingga mereka tinggal bertiga. Karena sudah makin terkenal, maka mereka meninggalkan nama Prambors agar tidak perlu membayar royalty, dan mengganti dengan nama Warkop DKI (Dono - Kasino - Indro) pada era 1980-an yang diawali melalui film komedi " Depan Bisa Belakang Bisa".
Makin lama ketiganya makin berumur, hingga Kasino dan Dono meninggal dunia, kini tinggal Indro sendirian. Ditengah mulai tenggelamnya, profesi lawak karena generasi muda sekarang lebih menyukai standup comedy, Indro tetap nekad membentuk "Warkop DKI Reborn", Â beranggotakan Sepriadi Chaniago, Alfred, dan Alfin Dwi Krisnandi.Â
Sepriadi dinilai sangat mirip Dono, Alferd mirip Kasino, sedangkan Alfin dianggap sebagai duplikasi Indro.Â
Mereka juga sempat membuat film "Warkop DKI Reborn" meski tidak terlalu sukses.
Indro kini juga sering menjadi juri lomba SUCI (Stand Up Comedy Indonesia) meski sudah tidak melawak lagi.Â
Menurut pengamatan saya, Warkop DKI sudah pernah mengalami masa jaya pada era 1970-2000 berkat pembaharuan di dunia lawak yang mulai menggunakan konsep.Â
Jadi agar suatu profesi bisa terkenal harus sanggup menciptakan kreativitas baru yang dapat diterima publik. Warkop DKI sudah berhasil menjadi legenda lawak nasional.Â
Walau ada kabar duka Warkop sedang bermasalah karena bersengketa dengan WarKopi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H