Dalam tradisi Tionghoa, tiap musim dirayakan dengan festival. Itulah sebabnya ada empat festival tiap tahun, yakni festival musim semi atau dikenal sebagai Tahun Baru Imlek. Festival musim panas yang dikenal dengan sebutan Peh Cun, dirayakan dengan makan bakcang dan lomba perahu naga. Festival musim gugur yang dirayakan dengan makan kue bulan. Dan festival musim dingin yang dirayakan dengan makan wedang ronde. (Tang Ce).
Pada zaman dahulu orang Tionghoa selalu memasak atau membuat sendiri makanan untuk ke empat festival ini untuk kerukunan keluarga.
Bulan September Masehi, atau tanggal 15 bulan ke delapan penanggalan Imlek, yang jatuh pada hari ini dirayakan sebagai puncak festival musim dingin. Dirayakan sebagai festival kue bulan atau Mooncake Festival.
Kemarin malam, keluarga Tionghoa berkumpul di rumah orang tua dan bersama-sama menikmati kue bulan ditemani secangkir teh sambil menikmati bulan purnama.
Menurut sejarah atau mitos di Tiongkok kuno, pada malam itu Dewi Bulan menampakkan dirinya. Mitos yang paling  terkenal adalah kisah sang pemanah Huo Yi yang berhasil memanah 8 matahari di langit sehingga menyisakan satu matahari. Banyaknya matahari itu semula  membuat bumi kekeringan  dan atas Jasa  Huo Yi, raja menghadiahinya pil panjang umur.Â
Namun kekasih Huo Yi, Chang Er, menelan pil itu sehingga mendapat kehidupan abadi di bulan sebagai Dewi Bulan. Huo Yi menyesali kejadian itu, namun tak bisa mengubah nasib. Untuk mengobati kerinduan pada kekasihnya, pada setiap tanggal 15 bulan ke-8, ia duduk minum teh dan menikmati kue sambil menunggu Chang Er menampakkan diri saat bulan purnama.
Mitos lainnya kue bulan dengan isi telur sebagai ungkapan rasa syukur kepada Dewi Bulan. Festival kue bulan melambangkan kemakmuran dan dirayakan orang-orang Tionghoa dan keturunan Tionghoa di seluruh dunia, termasuk ABC (American-Born Chinese).Â
Tradisi kue bulan ini sudah ada sejak era dinasti Ming, dimana tokoh pemberontak  Zhu Yuanzhang yang secara heroik berhasil memimpin petani atau rakyat kecil melawan pemerintah Mongolia dan menyebarkan pesan rahasia dengan menyembunyikannya di dalam kue bulan.
Di Indonesia, kue bulan dikenal dalam dialek Hokkian dengan sebutan Gwee Pia atau Tiong Cioe Pia. Di kalangan Tionghoa peranakan dikenal kue bulan berbentuk putih  bulat dengan isi buah-buah tropis, seperti durian, cempedak, nenas dan kacanghijau. Kini dikembangkan dengan isi kopyor, coklat dan keju.Â
Sedangkan di Tiongkok, HongKong, Malaysia dan Singapura lebih dikenal kue bulan dalam bentuk bulat pipih dengan warna kuning keemasan dengan isi lotus dan tausa serta telur asin.
Saat era pandemi, dimana keluarga dihimbau untuk tidak saling berkunjung, apalagi di negara-negara yang sedang menerapkan lockdown, tradisi berkumpul diganti dengan menghantarkan kue bulan kepada kerabat dan sahabat diiringi harapan baik bagi semua orang.
Selamat merayakan Festival Kue Bulan bagi Anda yang  masih merayakannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H