Bicara tentang Peru, semula saya hanya tahu sebagai salah satu negara dengan tim sepakbola yang selalu berlaga di perebutan piala Copa America. Namun melalui Koteka Talk ke 50 kemarin malam, yang berhasil menghadirkan narsum ibu Dubes LBBP RI Peru merangkap Bolivia, Â H.E. Marina Estella Anwar Bey, saya mendapat banyak informasi mengenai Peru.Â
Acara bertajuk "Situasi Pandemi di Peru dan Bolivia dan Sekilas Lima" dipandu oleh Gaganawati Stegmann langsung dari Jerman. Karena beda waktu 12 jam antara Lima dan Jakarta, maka acara Koteka Talk kali ini diadakan jam 19.00 WIB atau 07.00 waktu Lima.
Dubes Marina Estella didampingi Arvin dari Pensosbud KBRI Lima. Marina Estella adalah lulusan sastra Jerman Universitas Indonesia. Lalu berkarir di Kementerian Luar Negeri RI dan sempat bertugas dI Bern- Swiss, Toronto- Kanada, Berlin, menjadi Konsul Jenderal di Hamburg dan pada 20 Februari 2018 dilantik oleh Presiden RI Joko Widodo menjadi Duta Besar LBBP untuk Peru dan Bolivia.
Peru
Mempunyai ibu kota Lima, yang berasal dari bahasa Inca. Memiliki jumlah penduduk 33 juta, termasuk negara kaya, namun masih terjadi kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin dengan perkiraan sepertiga penduduk masih tergolong miskin. Tahun ini, Peru memiliki presiden baru, Pedro Castillo yang berlatar beĺakang seorang guru.Â
Negara bekas jajahan Spanyol ini masih menggunakan bahasa Spanyol sebagai bahasa pengantar atau komunikasi sehari-hari. Secara ekonomi, Peru disebut sebagai "The Rising Star of Latin America" karena pada awal tahun 2000-2013 memiliki pertumbuhan ekonomi 5%.Â
Dan baru mengalami penurunan pada 2014, namun berhasil bangkit lagi pada 2018. Perekonomian ditunjang oleh sektor pertanian, wisata,  pertambangan, dan  perikanan. Perekonomian saat pandemi justru mengalami kenaikan, karena meningkatnya ekspor produk-produk pertanian.
Bagi yang ingin mengunjungi Peru ada banyak alternatif penerbangan, diperkirakan lama penerbangan ditambah waktu tunggu transit sekitar 34 jam. Â Penerbangan hemat bisa menggunakan Iberia-Qatar Air lewat Madrid, atau Latam-Qatar Air lewat Sao Paolo, jika lewat Panama bisa dengan Turkish Air, dan lain-lain. Penerbangan paling mahal dengan menggunakan KLM dari Belanda.
Hubungan diplomatik dengan Indonesia sudah terjalin sejak 12 Agustus 1975, KBRI Lima dibuka 20 Februari 2002 yang semula dirangkap oleh KBRI Brazilia / Rio.
Selama ini sudah terjalin kerjasama pendidikan dan pelatihan, konsultasi bilateral, ekonomi, teknik, pemberantasan narkoba dan lain-lain.
Pembangunan di negara Peru masih terpusat di Lima. Peru memiliki penduduk multi kultural terkait sejarah, Spanyol yang banyak membawa budak-budak dari Afrika dan pekerja dari Tiongkok. Selain itu juga banyak bangsa Jepang, Jerman, Italia dan disusul Palestina. Oleh sebab itu kuliner Peru terkenal enak.Â
Di Peru, Anda dapat menjumpai gerai rumah makan Tiongkok, Jepang dan Eropa. Beberapa kuliner Peru yang patut dicoba adalah Tiradito, Sashimi ala Peru. Tiradito, adalah fusion dari ceviche Peru dengan sashimi Jepang. Lalu
Arroz Con Pollo, makanan khas Peru yang mirip dengan nasi goreng di Indonesia, bedanya menggunakan daging ayam yang lebih besar.
Tallarin Saltado, penampilannya mirip dengan mie goreng, dengan potongan daging sapi memanjang. Solterito de Quinoa, merupakan makanan sehat berupa biji-bijian, biji quinoa dikenal memiliki gizi tinggi. Ada pula, Papa A La Huancaina, makanan berupa kentang yang disiram saus huancaina yang kental.
Wisata Peru bisa dibagi atas lima jenis, yakni pantai, gunung, gurun, lembah dan hutan. Tapi juga vanyak wisata heritage bagi Anda yang menggemari bangunan kuno.Â
Karena daerah Amazone beriklim tropis, udara di daerah tersebut sangat mirip dengan Indonesia, sehingga banyak yang senang naik gunung atau ke hutan. Destinasi wisata yang paling banyak diincar wisatawan adalah Machu Picchu, kota tua Inca di daerah pegunungan Andes.
Juga patut dikunjungi kota Cusco kota pusat sejarah perpaduan budaya Inca dan Spanyol, lalu melihat gunung pelangi, mengunjungi kota Huaraz dengan gunung dan danau-danaunya yang indah.
Ada tiga laguna yang terkenal yakni Laguna Paton, Laguna 69, dan Laguna Conococha. Kunjungi pula kota Iquitos pintu masuk ke hutan Amazone dengan keaneka ragaman hayati dan suku asli atau terasing di hutan Amazone.Â
Anda juga dapat melakukan tur dengan kapal menyusuri sungai Amazone. Adapula kota Arequipa dengan arsitektur Spanyol. Serta Colca canyon dan gunung Misti. Atau mendaki  Huarazcaran gunung dengan puncak tertinggi.
Kini wisata ke Peru sudah dibuka meski dengan kuota dan merupakan destinasi yang aman, dengan syarat masuk ke Peru adalah PCR swab 72 jam sebelum berangkat, tanpa karantina kecuali bila Anda datang melalui Brazil, Afsel dan India. Untuk masuk negara Peru bagi WNI tidak diperlukan visa.
Bila sedang berkunjung ke Peru, jangan kaget, karena sering terjadi gempa kecil. Untuk mengunjungi Peru, waktu terbaik antara April-Oktober dan khusus ke Maccu Picchu antara Juli hingga Oktober.
Sedikit tentang kota Lima, ini adalah kota metropolitan, Anda bisa bepergian menggunakan kendaraan umum atau menggunakan taksi online seperti Uber. Kunjungi situs arkeologi,  Hucca Pucalana dan Hucca Hualamarca, dan bangunan kuno peninggalan Spanyol, bagi penggemar olahraga dapat melakukan surfing dan paragliding, hiking, dan wisata kuliner karena Lima adalah pusat kuliner Amerika Latin.
Bolivia
Jumlah penduduk Bolivia 11 juta, merupakan negara termiskin di Amerika Latin, dengan ibukota La Paz, bahasa komunikasi bahasa Spanyol, dengan sumber pendapatan utama dari mineral dan gas.
Telah terjalin hubungan dplomatik dengan Indonesia sejak 1963, namun belum bisa bebas visa bagi WNI.
Hubungan bilateral dengan Indonesia meliputi politik, ekonomi dan  sosial budaya. Hingga hari ini belum ada kedubes Bolivia di Indonesia dan masih melalui Beijing.Â
Tentang wisata di Bolivia, yang paling terkenal adalah Salar de Uyuni berupa dataran garam terluas di dunia, perjalanan 7-9 jam dari La Paz.
Juga Anda bisa mengunjungi Sucre kota dengan empat nama,  Danau Titicaca danau terbesar di Amerika Selatan,. Jalan Yungas jalan paling berbahaya, Taman nasional Madidi, Jesuit Mission of chiquitos dan Tiwanaku tempat awal Inca di Bolivia.
Pandemi di Peru dan Bolivia
Kasus pandemi mulai ditemukan di Peru  pada Maret 2020 saat seorang pilot dari Eropa menulari keponakannya. Akibatnya sekolah ditutup dan diberlakukan kondisi darurat dan lockdown total. Warga hanya diberi waktu 1 jam untuk belanja. Tidak boleh ke kantor dan harus WFH hingga Juli 2020. Juga diberlakukan jam malam. Kondisi darurat ini ditinjau dan diperpanjang tiap 2 minggu, ķini sudah di evaluasi per 3 minggu.
Kondisi darurat dibagi atas Darurat Kesehatan,  Darurat Siaga dengan tingkat ekstreem, sangat tinggi, tinggi, dan sedang. Hingga per Agustus 2021 jumlah kasus yang ditemukan  2 juta, dengan kesembuhan 2 juta dan meninggal 197 ribu.
Sekarang mall dan bioskop sudah dibuka. Setiap hari ada program televisi selama 1 jam yang menayangkan kasus covid di Peru dan dunia, agar penduduk sadar dan berhati-hati.
Warga harus mengenakan masker ganda dan bila naik kendaraan umum harus pakai face shield. Warga sangat disiplin prokes dan polisi sangat tegas. Bila di Indonesia penularan banyak melalui saat makan, di Peru justru saat minum karena mereka gemar berpesta. Selama masa pandemi, Pemerintah banyak memberikan bantuan pada lansia dan warga miskin.
Saat vaksinasi belum dilakukan, banyak warga yang pergi ke Amerika Serikat hanya untuk vaksin. Kini hingga per Agustus 2021 sudah 9 juta warga mendapat vaksinasi dosis pertama dan 7 juta yang mendapat dosis kedua.
Vaksinasi bersifat wajib dan dilakukan berdasar usia, diawali untuk usia lanjut dan kini sudah pada rentang usia 36-37 tahun. Dan hingga sekarang sudah tercapai 50% vaksinasi. Vaksin Sinopharm untuk nakes, tentara dan polisi. Astra Zeneca dan Pfizer untuk warga provinsi.
Di Peru, orang Indonesia yang terpapar kasus 26 orang, sembuh 24 orang, meninggal 2 orang kebanyakan pastor dan pelaut.
Sedangkan situasi pandemi di Bolivia, Â kasus 486.000, sembuh 428.000 dan meninggal 18.000. Vaksinasi sudah dilakukan 23,8%.
Tertarik dengan Peru dan Bolivia? Yuk menabung, agar bila pandemi sudah sirna siap angkat koper ke sana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H