Sebagai orang kelahiran Semarang, aku sering iseng mencari  dari daftar film perjuangan yang telah di angkat ke layar perak. Peristiwa pertempuran Surabaya akibat hilangnya Jenderal Mallaby, pertempuran 5 jam di Yogya sudah pernah di buat filmnya. Tetapi mengapa peristiwa pertempuran 5 hari di Semarang belum pernah ada produser yang berminat mengangkatnya menjadi sebuah film?
Kalau ditilik jalan peristiwanya, peristiwa pertempuran 5 hari di Semarang cukup sarat konflik yang dapat menjadi daya tarik sebuah film. Peristiwa pertempuran 5 hari ini terjadi pada saat Indonesia sudah memproklamasikan kemerdekaanya, namun sisa-sisa tentara Jepang masih berkuasa, tepatnya pada tanggal 14 hingga 19 Oktober 1945.
Sebagai latar belakang peristiwa bisa diawali pada saat masuknya tentara Jepang ke Indonesia pada 1 Maret 1942. Tentara bermata sipit ini berhasil memaksa pemerintah kolonial Belanda menyerah pada tanggal 8 Maret 1942, dan sejak itu Jepang menguasai Indonesia.
Namun Jepang kalah pada perang Funia II setelah Amerika Serikat menjztuhkan bom atom di dua kota, Hiroshima dan Nagasaki pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945. Kaisar Jepang tidak tahan melihat korban akibat bom atom, meski pada mulanya para Jenderal Jepang ingin melanjutkan perang, namun kaisar Jepang memutuskan menyerah tanpa syarat kepada tentara sekutu yang dipimpin Amerika Serikat.Â
Berita menyerahnya Jepang cepat terdengar di kalangan pemuda Indonesia yang saat itu sedang mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Nah, saat Indonesia dalam status tanpa penguasa, maka pemuda Indonesia memaksa Soekarno untuk memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.
Peristiwa pertempuran 5 hari di Semarang berawal pada  tanggal 14 Oktober 1945, saat itu  dilakukan pemindahan tawanan Jepang dari Cepiring ke Bulu. Para tawanan ini berhasil melarikan diri dan memilih bergabung dengan pasukan berani mati Jepang, Kidobutai pimpinan Jenderal Nakamura yang berada di Jatingaleh.
Bersamaan waktunya dengan kaburnya para tawanan Jepang ini, gerakan pemuda-pemuda Indonesia yang berpusat di rumah sakit Purusara (kini RS Dr. Kariadi) mendapat perintah untuk melakukan aksi sweeping pada setiap mobil Jepang yang melalui RS Purusara.Â
Para pemuda Indonesia merampas senjata dari mobil milik Kempetai. Gerakan berlanjut mencari tentara Jepang dan menjebloskan ke penjara Bulu.
Sore harinya, tentara Jepang bersenjata lengkap menyerang  pusat air minum warga kota Semarang (Reservoir Siranda) di Candi lama. Dan segera tersebar berita bila tentara Jepang telah meracuni reservoir Siranda. Warga kota Semarang gelisah.
Karena reservoir Siranda ini adalah satu-satunya sumber air bagi warga kota Semarang, maka dr. Kariadi yang saat itu menjabat kepala laboratorium RS Purusara berniat memeriksa Reservoir Siranda guna membuktikan kebenaran berita yang beredar.
Namun suasana sangat mencekam, karena tentara Jepang menguasai jalanan di sekitar Siranda dan menyerang siapa saja yang ingin mendekati Reservoir. Soenarti, isteri dr. Kariadi berusaha mencegah keinginan dr. Kariadi karena sangat berbahaya. Dr. Kariadi tetap nekad pergi ke Siranda mengingat nasib warga kota Semarang.
Mobilnya dicegat tentara Jepang di jalan Pandanaran, dan dr. Kariadi dibrrondong tembakan. Seorang tentara pelajar yang mengawal dr. Ksriadi berhasil melarikan dr. Kariadi ke rumah sakit, namun jiwanya tidak tertolong. Dr. Kariadi gugur di kamar bedah pada usia muda, 40 tahun.
Sebenarnya sudah tercapai kesepakatan genjatan senjata, namun karena tentara Jepang ingkar membebaskan sandera, bahkan dibunuh, maka marahlah para pemuda Indonesia khususnya yang berasal dari luar kota Semarang, Genuk dan Mranggen.segera berkobar kembali pertempuran di daerah sekitar lokasi Tugu Muda sekarang.
Film bisa diakhiri dengan diresmikannya Tugu Muda pada tanggal 20 Mei 1953 oleh Presiden Soekarno. Guna memperingati Pertempuran 5 Hari di Semarang, dibangun Tugu Muda sebagai monumen peringatan dan ikon kota Semarang.Â
Tugu Muda mulai dibangun pada tanggal 10 November 1950. Kontruksi Tugu Muda terletak tepat pada kawasan berlangsungnya peristiwa  pertempuran 5 hari di Semarang, yakni pertemuan Jl. Pemuda, Jl. Imam Bonjol, Jl. Dr. Sutomo, dan Jl. Pandanaran didekat Lawang Sewu.  Nama dr. Kariadi diabadikan sebagai nama pengganti rumah sakit Purusara di Semarang.
Â
Tokoh utama bila peristiwa ini mau diangkat menjadi film adalah dr. Kariadi, drg. Soenarti isteri dr. Kariadi, mayor Kido pimpinan Kidobutai di Jatingaleh. Lalu Wongsonegoro, gubernur Jawa Tengah saat itu serta dr. Sukaryo dan Sudanco Mirza Sidharta, dua tokoh pemuda Indonesia yang merupakan tawanan Jepang. Jenderal Nakamura pimpinan tertinggi Kidobutai, dan Kasman Singodimejo, Perwakilan perundingan gencatan senjata dari Indonesia.
Bila pandemi sudah berakhir, dan para sineas mulai aktif, semoga ada yang berminat mengangkat peristiwa haroik kota Semarang ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H