"Uang itu sengaja aku sisihkan dan masukkan kedalam sampul untuk membeli hewan korban, aku berterima kasih atas kejujuranmu."
"Ksrena kejujuranmu, maka biarlah uang ini kuhadiahkan untukmu, atau nanti korban ini akan kusebutkan atas namamu."
Aku terdiam tak mampu berkata-kata, harapanku yang semula sudah sirna untuk bisa berkorban muncul kembali.
"Kenapa kamu bengong Zai?" tanya manager itu.
"Apa saya tidak salah dengar, pak?" aku menjawab pertanyaan sang manager dengan pertanyaan pula.
"Benar Zai, aku menghargai kejujuranmu. Maka aku akan sebutkan korban ini atas namamu." Apakah kamu menolak?"
"Aku seperti mimpi pak. Karena sebenarnya aku sudah berhasrat untuk berkorban tahun ini. Namun karena WFH, tabunganku jadi tidak cukup.. Terima kasih, pak."
Tepat pada hari raya Idul Adha, aku didampingi sang manager menyerahkan seekor kambing premium kepada panitia korban masjid di dekat kantor setelah melaksanakan sholat Idul Adha. Aku sangat merasa bahagia, karena cita-citaku untuk berkorban tahun ini terlaksana.
(Tangerang Selatan, 21 Juli 2021)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H