Bicara tentang film animasi nasional, tentu kita tidak boleh melupakan film animasi 'Battle of Surabaya" yang sering disingkat BOS. Film yang disutradarai dan diproduseri oleh Aryanto Yuniawan ini kurang sukses saat dipasarkan secara komersial, terbukti saya yang penggemar film terlewat menyaksikannya saat diputar di bioskop. Tapi saya masih cukup beruntung, karena akhirnya dapat menyaksikan film ini di XXI The Breeze, BSD gara-gara undangan dari pengelola BSD. Bahkan sempat mewawancarai sang sutradara.
Film animasi lokal ini dibuat dengan gaya (style) film anime Jepang 2D. Gerakan animasi sudah cukup bagus dan jalan ceritanya sangat menarik, sangat tepat sebagai sarana untuk membuat generasi Millenial dan Z untuk belajar sejarah bangsanya. Film ini dibuat dengan  latar cerita kisah heroik peristiwa 10 November 1945 di kota Surabaya saat para pemuda Indonesia dengan gagah berani dengan persenjataan minimalis harus menghadapi kedatangan tentara Belanda yang membonceng tentara Inggris (Sekutu).
Sinopsis
Agar cerita film lebih hidup, maka digabungkan tokoh-tokoh asli dalam sejarah dan tokoh-tokoh fiktif.
Sebagai tokoh sentral cerita film ini, dikisahkan seorang anak dari keluarga miskin bernama Musa. Karena ibunya menderita sakit, maka Musa kecil terpaksa harus mencari nafkab sebagai penyemir sepatu. Dari pekerjaan sebagai tukang semir sepatu ini, Musa sempat berkenalan dengan seorang kapten tentara Jepang yang baik hati bernama Yoshimura.
Suasana perang berakibat suatu hari desa tempat tinggal Musa mengalami kebakaran hebat, dan ibu Musa meninggal dunia. Pesan terakhir dari ibu Musa pada anaknya agar ia jangan memiliki dendam pada siapapun.
Dalam suasana perang, anak-anak sering digunakan oleh pejuang kemerdekaan untuk menjadi kurir guna menyampaikan surat dari satu desa ke desa lainnya, agar tidak dicurigai oleh tentara Belanda, termasuk Musa.
Dalam kesendiriannya, Musa dipertemukan dengan Yumma, seorang gadis yatim piatu, karena ayahnya terbunuh dan ibunya diperkosa tentara Jepang, karena mereka bekerja pada keluarga Belanda. Yumma masih beruntung, karena sempat disembunyikan oleh ibunya dan akhirnya ditolong oleh seorang anggota PETA bernama Danu, dan dititipkan pada seorang nenek.
Pada film ini disisipkan juga kisah asmara, Musa dan Danu sama-sama mencintai Yumma. Danu melatihnya ilmu bela diri dan menggabungkannya pafa kelompon Kipas Hitam. Organisasi Kipas Hitam ini makin anti Republik setelah pemimpinnya meninggal dunia, sehingga Yumma bertekad melawan dan keluar dari organisasi ini.
Danupun akhirnya menyadari kekeliruannya, dan bekerja sama dengan Musa membantu pemuda-pemuda Republik untuk melawan tentara Belanda, guna mencapai cita-cita merebut dan  mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
Pada film BOS ini juga terdapat adegan kemanusiaan yang sangat mengharukan saat Musa harus menolong 'musuhnya' Kapten John Wright, meski ia mempunyai kesempatan untuk membunuhnya (Musa selalu ingat pesan terakhir  almarhumah ibunya). Kapten John Wright akhirnya yang menolong Musa dengan mencegab anak buahnya yang akan menembak mati Musa.
Selain tokoh fiktif, film BOS juga memunculkan tokoh-tokoh sejarah perjuangan Indonesia, diantaranya Residen Sudirman, Gubernur Suryo, Pak Moestopo, Bung Tomo dan tokoh-tokoh lain yang mengobarkan semangat juang arek-arek Suroboyo agar para pemuda Indonesia  berani melawan Belanda dan Sekutu, meski dengan persenjataan seadanya.
Meski korban akibat perang di Surabaya ini tidak seimbang, namun sangat memalukan bagi tentara Sekutu, korban di pihak Belanda dan Sekutu 1.500 orang (termasuk seorang Jenderal) sedangkan dari pihak pejuang Indonesia sekitar 16.000 orang.
Penghargaan karya film
Pesan yang tersirat dalam film ini adalah
 "tiada kemenangan dalam suatu peperangan", dan film ini sarat dengan adegan yang membakar  semangat cinta tanah air dan perdamaian.
Film BOS diakui gagal secara komersial di pasar nasional oleh Aryanto Yuniawan, namun yang membustnya bangga adalah berhasil meraih tidak kurang dari 36 penghargaan dan nominasi dari sejumlah festival film di manca negara, diantaranya Best Animation pada Hollywood International Motion Pictures Film Festival (2018), Best Animation Film pada European Cinematography Awards (2018), dan lain-lain.
Meski banyak film animasi global yang menarik, namun karya produser dan sutradara Indonesia ternyata patut dapat dibanggakan hasil karyanya. Ditunggu karya-karya animasi anak bangsa berikutnya, termasuk yang dengan versi 3D.
Data Film
Genre : Animasi 2D, drama, perang
Produser & Penulis : Aryanto Yuniawan
Produksi: MSV Pictures
Sutradara: Aryanto Yuniawan
Durasi: 120 menit
Rating: 13 tahun ke atas
Referensi: Kompasiana, Sutiono, "Mengenal Lebih Jauh Film Animasi Nasional 'Battle of Surabaya'" (16 September 2019).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H