Sabtu 19 Juni 2021 sore, cuaca mendung di Tangsel, sangat cocok untuk mengikuti Koteka Talks 40 yang diselenggarakan oleh Koteka, komunitas traveler Kompasiana. Nara sumber kali ini adalah Rahmat Hadi, pendaki gunung dan penulis buku, seorang Kompasianer dan mantan admin Koteka. Acara sangat seru karena dipandu oleh Dhave Dhanang, seorang admin Koteka yang memilki hobi mendaki gunung.
Tema kali ini adalah "Mendaki Gunung Kilimanjaro, Afrika". Mengenai Rahmat Hadi, dia memang sudah senang mendaki bukit dan menyusuri gua sejak aktif di kepramukaan di Bone, Sulawesi Selatan. Sayangnya di Bone tidak ada gunung yang tinggi.Â
Hadi mulai mendaki gunung tahun 1992 sejak kuliah di Fakultas Kehutanan. Banyak gunung di pulau Jawa sudah didakinya, termasuk Gunung Kerinci di Sumatera dan Rinjani di Lombok. Setelah lulus kuliah dan bekerja di Jakarta kegiatan mendaki gunung agak berkurang, tapi mulai 2010 mulai menekuni hobi mendaki gunung khususnya untuk menghabiskan hak cuti kerjanya.
Hadi memutuskan berhenti bekerja, setelah bekerja kantoran selama 23 tahun, menetap di Jakarta selama 16 tahun, dan hijrah ke Yogyakarta tahun 2020. Hadi beralih profesi sebagai wiraswastawan dengan mendirikan warung kopi dengan konsep Himalaya, "Mountain, Book & Coffee". Di warung kopinya, Hadi akan melayani semua pertanyaan tentang gunung dan pendakian.
Bagi Hadi, mendaki gunung mengajarkan kesabaran dan hidup harus punya tujuan, jadi bukan sekedar berfoto di puncak gunung saja. Setelah mendaki beberapa gunung di Indonesia, muncul tantangan pada diri sendiri untuk mendaki gunung  di luar negeri. Pertama kali mendaki gunung di depan Himalaya, lalu Kilimanjaro dan kembali.lagi ke Himalaya.
Nilai kehidupan yang dipetiknya saat mendaki gunung adalah untuk menempa diri bahwa dalam kehidupan perlu proses. Naik gunung merupakan passion. Banyak belajar, berkomunikasi dengan penduduk lokal, dan tidak sekedar mendapat pengakuan sudah pernah mendaki gunung tertentu. Sebagai seorang pendaki gunung, Hadi  juga harus belajar rock climbing di Bandung untuk mempelajari keselamatan selama pendakian. Mengenai skill mendaki, Hadi mengaku banyak belajar langsung saat mendaki.
Menanggapi fenomena naik gunung yang kini mulai banyak diminati. Hadi kembali mengingatkan bahwa tujuan utama mendaki gunung bukannya untuk sekedar berfoto, tetapi harus mencari nilai-nilai yang lebih baik.Â
Seorang pendaki gunung harus merasa bersahabat dengan slam dalam kondisi baik dan buruk. Banyak peminat karena kini mencari alat pendakian juga lebih mudah daripada dulu.Â
Sayangnya, kini banyak orang yang belum tahu banyak tentang gunung sudah berani menjadi pemandu. Hadi sangat menginginkan banyak pendaki senior msu berbagi kepada calon pendaki gunung, seperti yang pernah dilakukannya, yakni pernah berbagi pada sebuah talk show tentang pendakian, termasuk masalah safety dan survive.Â
Selain pengalaman mendaki gunung Himlaya dan Kilimanjaro, Hadi juga pernah mendaki gunung di Maroko dan Rusia. Pengalaman mendaki memiliki nilai tersendiri, dia pernah kehilangan barang-barang yang dibawanya. Untuk membeayai perjalanan pendakian di luar negeri Hadi tidak mengandalkan sponsor, melainkan dana dari hasil tabungan karena bekerja di perusahaan asing dan masih lajang. Hadi selalu hidup hemat, dia tidak senang nongkrong di cafe seperti teman-temannya.
Yang sangat disayangkan oleh Hadi, adalah hilangnya suasana keakraban dan kekeluargaan  dengan masyarakat,  karena perubahan pola hidup ekonomis. Sekarang sudah ada warung dan  penginapan. Tidak seperti dulu, kita menginap di salah satu ruang di rumah penduduk lokal dan dimasakkan oleh pemilik rumah dan kita cukup memberikan uang pengganti serelanya.
Kilimanjaro
Setelah dua kali mendaki Himalaya, Hadi mencari target baru di internet dan tertarik dengan gunung Kilimanjaro karena ada info salju akan hilang, Â sekaligus salah satu dari 7 summit. Dan Kilimanjaro adalah gunung sendiri bukan perbukitan seperti Himalaya. Hadi juga tertarik mengunjungi Afrika yang terkenal terbelakang. Setelah menentukan Kilimanjaro, Hadi mempersiapkan diri melatih fisik dengan rajin nge- gym dan naik gunung sejak 6 bulan sebelum keberangkatan.
Dari Jakarta ke Ethiopia tiket mahal karena tidak bisa menggunakan budget airline, maka tricknya terbang ke Kuala Lumpur dulu lalu transit di Bangkok lalu dengan Egypt airline ke Addis Abeba, Ethiopia. Â Dari Ethiopia ke Tanzania, tibalah di Kilimanjaro. Di Tanzania hanya perlu visa on arrival, izin pendakian diurus oleh provider. Total waktu pendakian 7 hari 6 malam lewat Machame.
Hadi sempat tinggal 2 hari di Tanzania untuk penyesuaian diri / aklimitasi. Â Meski ada jalur lebih pendek, Hadi memilih jalur standar yang lebih panjang sesuai anjuran provider. Dari provider Hadi mendapat petunjuk jangan mendaki pada bulan Oktober karena sedang bersalju, jadi Hadi memilih mendaki bulan Desember. Kilimanjaro terkenal dengan panas dan dinginnya yang ekstreem. Selain mendengarkan saran provider, Hadi juga banyak belajar dari internet.
Gunung Kilimanjaro memiliki enam jalur pendakian resmi yang terkenal yaitu Machame, Marangu, Rongai, Lemosho, Umbwe, Mweka dan Shira. Dari semua jalur pendakian, Marangu atau jalur Coca-cola paling beken karena mudah dan banyak fasilitas yang tersedia.Â
Tahun 2020, ada Gadd, pendaki yang dijuluki "Pahlawan Gunung" oleh PBB karena mengeksplorasi perubahan iklim di sana. Konon, infonya lapisan es di Kilimanjaro, Tanzania, Afrika Timur mencair dibanding 5 tahun yang lalu.
Kilimanjaro memiliki ketinggian 5895 meter di atas permukaan laut yang didaki pertama kali oleh Hans Meyer dan Ludwig Purtscheller tahun 1889. Â Pada tahun 2013 pernah ada film tentang "Kilimanjaro" dengan judul yang sama.
Perlu diketahui, Kilimanjaro adalah area dengan dua musim hujan pada Maret sampai Mei dan November. Â Titik paling berat adalah menjelang puncak karena terjadi serangan badai. Juga muncul gangguan mental karena seakan tidak mungkin berhasil mencapai puncak. Saat sudah tiba di puncak Kilimanjaro yang ada adalah kepuasan, karena pernah sempat tertunda, karena kena tipu provider, namun tekadnya yang besar akhirnya berhasil tercapai juga.
Tips mengatasi Accute Mountain Syndrome (AMS), Hadi yang tidak kena AMS di Kilimanjaro pernah kena di Himalaya. Kepala serasa pecah dan ingin muntah, uutuk mengurangi rasa sakit, harus banyak bergerak dan banyak minum air putih.
Pada puncak Kilimanjaro, saat berfoto harus antre karena ada 30 an pendaki. Saat mendaki gunung perlu mengendalikan ego dan banyak hal non fisik yang harus dilatih. Karena  kekurangan oksigen jadi mudah marah.
Saat menjelang mencapai puncak Kilimanjaro, Hadi sempat mau menyerah, namun terus didorong oleh provider hingga akhirnya bisa mencapai puncak. Disini ada hikmahnya, puncak sebagai target, bila belum tiba di puncak merasa gagal, asal bisa push diri sendiri dan tidak merugikan orang lain.
Menariknya mendaki gunung  guna mendapatkan pelajaran dan hal positif yang dapat diambil. Tips dari Hadi bagi para pendaki gunung:
1. Jangan kebut-kebutan agar tubuh bisa beradaptasi degan lingkungan sekitar.
2. Naik gunung sebagai reward untuk diri sendiri. Hobi ini sanggup menjadi pemicu untuk bekerja lebih serius.
3. Setelah pulang dari naik gunung, pikiran fresh. Naik gunung suatu olahraga juga tapi banyak risiko, karena bisa tersesat, atau hilang.Â
4. Harus mempunyai pengetahuan dan bekal ilmu.
5. Â Hindari pinjam sepatu.
6. Â Kita harus menghargai kearifan lokal.
7. Tidak usah takut dengan hal mistis. Selama tidak mengganggu siapapun ya jalan saja meski sendiri. Hadi banyak naik gunung sendiri dan tidak terlalu takut dengan masalah mistis.
8. Perlu revolusi mental untuk menanamkan menyelamatkan lingkungan sejak SMP.
9. Jangan membuang sampah apapun, termasuk  botol air mineral berisi air seni.
Penulisan Buku
Cara menciptakan memori agar bisa menulis, harus ada kemauan menulis. Hadi tidak mau mengganggu proses perjalanan dengan mencatat dan merekam, tetapi cukup dari foto-foto saja dapat menjadi sumber inspirasi untuk menulis.
Buku pertama Hadi tentang Everest, yang pernah diunggah di Kompasiana. Diambil dan disusun menjadi buku. Buku  ke 2 tentang Kilimanjaro. Buku ke 3 tentang suasana gempa saat Hadi di Himalaya. Ingin mendapatkan dan membaca bukunya? Mampirlah di warung kopinya atau pesanlah secada daring.
Mendaki gunung adalah hobi yang menarik. Selain berwisata juga sekaligus mendapatkan nilai-nilai perenungan hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H