Hari ini, Sabtu 12 Juni 2021 komunitas traveler Kompasiana Koteka berkolaborasi dengan komunitas Semarkutiga.com mengadakan Koteka Talks 39 dengan topik "Wonderful Indonesia: Keajaiban Sam Poo Kong". Sebagai nara sumber utama adalah Anandita Rienaldi, GM Sam Poo Kong Semarang. Nara sumber kedua, Wang Eddy, Ketua komunitas Semarkutiga.com, dan Gaganawati Stegmann sebagai moderator menggantikan Muslifa yang masih dalam perjalanan dan susah sinyal.
Karena pada awalnya Muslifa sedang berupaya untuk tetap menjalankan tugasnya sebagai moderator, mska nara sumber kedua dipersilakan tampil lebih awal. Wang Eddy masih dengan busana gowesnya memperkenalkan komunitas Semarkutiga.com. Komunitas ini terbentuk sekitar tshun 2016 bermula dari kelompok WhatsApp (WA group) yang lalu dikembangkan menjadi komunitas penulis di Kompasiana yang berdomisili di kota Semarang, Kudus, Salatiga dan sekitarnya.Â
Dalam kesempatan tadi, Wang Eddy sempat menyampaikan berita sakitnya salah satu anggota Semarkutiga.com, yaitu Sri Subekti dan mengharapkan doa dari teman-teman semua agar cepat sembuh.Â
Selanjutnya Wang Eddy juga memperkenalkan kegiatan yang pernah diselenggarakan komunitas Semarkuyiga.com seperti Bedah buku 2-3x di Toko Buku Gramedia, bila tidak ada topik bahasan anggota selalu saling menyapa selamat pagi.
Untuk daerah wisata di kota Semarang dan sekitarnya, selain Sam Poo Kong, Anda dapat mengunjungi Tugu Muda dan Lawang Sewu, Kawasan Kota Lamma kawasan heritage yang sudah dipugar, gua Kreo, waduk Jatibarang, pagoda Watugong di Ungaran yang bisa dicapai dengan gowes atau bersepeda.
Setelah moderator diserah terimakan kepada Gaganawati, ditampilkan Anandita, sebagai narasumber utama. Anandita sudah menjabat sebagai General Manager Sam Poo Kong selama 5 tahun, padahal dia orang Jawa namun berhssil  mengelola kelenteng, yang lebih dikenal sebagai tempat ibadah kalangan Tionghoa.
Anandita lalu berkisah perjalanan karirnya, diawali dengan bekerja sebagai relawan di Belgia, lalu kembali ke Indonesia terlibat dalam pembangunan resto Spiegel di Kota Lama dari nol., hingga mendapat tantangan untuk mengelola Sam Poo Kong sebagai kawasan heritage kebanggaan kota Semarang.
Ternyata Sam Poo Kong tidak sekedar kelenteng saja yang dikenal dengan nama Gedung Batu. Melainkan ada kelenteng utama dengan lima petilasan di sana, yakni kelenteng utama Sam Po Thay Djien yang terdapat gua batu, kelenteng Thao Tee Kong untuk menghormati Dewa Bumi, makam Kyai Juru Mudi, Kyai Jangkar, Kyai Cundrik Bumi bekas tempat penyimpanan senjata anak buah Laksamana Cheng Ho serta Kyai dan Nyai Tumpeng tempat menyimpan perbekalan armada Laksamana Cheng Ho.
Dalam mengembangkan Sam Poo Kong sebagai destinasi wisata, Anandita yang sering dipanggil Dita mengadakan banyak terobosan seperti  program "Berbagi Vaksin Rasa Piknik", untuk lansia, pegiat wisata, dan agamawan di kota Semarang. Per hari melakukan vaksinasi untuk 500 orang. Selama masa pandemi, Sam Poo Kong kini sudah dibuka untuk wisatawan dengan prokes menaati 3M (Memakai Masker, Menjaga jarak dan Mencuci Tangan).. Beberapa bulan lalu sempat terbakar pada area lilin raksasa yang tahan 12 bulan. Namun berhasil diamankan hingga tidak merambah bangunan lain.
Sam Poo Kong terletak di pantai Simongan, Semarang. Menunjukkan toleransi yang nyata, karena tempat ibadah ini untuk tiga kepercayaan berbeda yaitu Budha, Islam dan Konghucu. Cikal bakalnya dalam perjalanannya keliling dunia Laksamana Cheng Ho terpaksa harus mendarat di pantai Simongan, karena juru mudinya, Wang Jing Hong sakit dan memerlukan perawatan. Laksamana Cheng Ho menemukan gua batu yang lalu dijadikan markas sementara pasukannya saat mendarat pada tahun 1400. Ketika Laksamana Cheng Ho memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya, Wang Jing Hong yang beragama Islam dan beberapa anak kapal menetap, melebur dengan masyarakat dengan mengajarkan pola bercocok tanam, sebagai rasa terima kasih dan hormatnya pada Laksamana Cheng Ho, Wang Jing Hong mendirikan masjid berarsitektur kelenteng di bekas markas Cheng Ho. Disitu diletakkan patung Cheng Ho berlapis emas yang akhirnya menjadi tempat ibadah umat Konghucu dan Budha. Sam Poo Kong sempat mengalami musibah tanah longsor dan beberapa renovasi besar'besaran.
Dita menambahkan fasilitas pemandu wisata, petunjuk guna memudahkan wisatawan memahami sejarah Sam Poo Kong. Selain kelenteng juga terdapat makam.Kyai Juru Mudi
untuk ziarah umat muslim.
Pada dindng Sam Poo Kong juga dipahatkan relief perjalanan Cheng Ho dalam 3 bahasa: Indonesia, Mandarin, dan Inggris. Menurut cerita Dita saat melawat ke Tiongkok ternyata nama kota Semarang adalah San Ba Long. Dia juga menambahkan tempat penyewaan busana tradisional Tiongkok yang dapat dimanfaatkan untuk berfoto para wisatawan selain spot-spot untuk selfie. Ide ini diadopsinya dari Jepang dan Belanda.
Dita bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Jawa Tengah dan Semarang untuk memasukkan Sam Poo Kong kedalam kalender 100 destinasi wisata nasional. Ada dua event besar di Sam Poo Kong yakni Imlek dan arak-arakan / festival kedatangan Cheng Ho (biasa pada bulan Agustus). Event ke dua ini berupa event dua kelenteng yaitu mempertemukan patung Cheng Ho replika dan aslinya dari kelenteng Tay Kak Sie di Gang Lombok (Pecinan) ke Gedung batu. Dalam ritual ini dilakukan pembaharuan (charge) 'kekuatan' replika patung oleh patung asli.
Guna menarik kunjungan wisatawan dari kalangan muda, diadakan juga pementasan musik global. Westlife boyband dari Irlandia pernah manggung di Sam Poo Kong, yang gagal dipentaskan adalah Didi Kempot karena terlanjur meninggal dunia padahal sudah masuk agenda.
Untuk pendanaan guna perawatan sarana dan pradarana dari sponsor dan tiket masuk. Untuk keperluan ibadah, tiket masuk dapat ditukarkan dengan hio, sehingga sesungguhnya bebas biaya masuk.
Sam Poo Kong juga kini diperbolehkan untuk melangsungkan pesta perkawinan. Sebagai uji coba, diawali dengan pesta perkawinan Dita sendiri dalam adat Jawa. Terobosan berikutnya akan membuat komik virtual, tidak sekedar museum yang cenderung kurang interaktif bagi generasi muda. Tujuannya agar generasi muda tidak bosan. Sebelum pandemi, tiap weekend ada pertunjukan barongsay. Untuk keperluan promosi tersedia dua media promosi melalui media sosial Instagram dan Facebook.
Harapan Dita dengan bekerja sama bersama Dinas Pariwisata Jawa Tengah dan Semarang dapat mempromosikan kota Semarang, agar dapat sejajar dengan Bali dan Yogya.
Bila Anda lapar dan haus selama berkunjung di Sam Poo Kong, jangan kawatir Dita telah bekerja sama dengan beberapa UMKM yang menyelenggarakan bazaar kuliner, seperti sate, lunpia yang bisa disantap atau dibawa pulang sebagai cindera mata.
Bila pandemi sudah sirna, yuk agendakan wisata ke Semarang, kominitas Semarkutiga.com siap menyambut dan menemani Anda menikmati jalan-jalan ke Sam Poo Kong dan destinasi wisata lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H