Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Waspadai Jasa Kurir pada Waktu Sibuk

14 Mei 2021   10:39 Diperbarui: 14 Mei 2021   11:44 927
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah Anda menggunakan jasa kurir? Pada era memuncaknya bisnis daring, peran jasa kurir langsung melesat. Kalau dulu jasa pengiriman hampir dikatakan dimonopoli oleh PT Pos, lalu muncul beberapa jasa kurir swasta yang sempat berkembang hingga berskala nasional. Kini tidak kurang dari 15 jasa kurir sudah meramaikan bisnis jasa kurir di Indonesia, dari yang hanya melayani kota besar saja hingga yang yang sudah mampu melayani kota-kota kecil.

Sekarang untuk memesan makanan dari luar pulau atau luar kota sudah tidak ada kesulitan lagi. Sistem frozen food sangat memudahkan penjual mengirimkan pesanan ke kota lain. Anda rindu dengan gudeg Yogya atau illabulo dari Gorontalo, atau bipang dari Ambawang yang sedang viral? Mudah sekali jasa kurir akan siap mengantarkan pesanan Anda tepat waktu.

Tapi tunggu, saya dan teman-teman yang bermain penjualan daring atau jastip justru mengalami kendala pada saat mengirimkan paket kue kering Lebaran. Pada H-7 menjelang Lebaran, mulai tampak kekacauan, diawali dengan pengantaran terlambat hingga salah antar ke tempat tujuan. Pada laman twitter saya juga menemukan banyak keluhan dari pengusaha daring.

Untungnya paket kue kering, terlambat 2-3 hari tidak jadi masalah. Bagaimana kalau kue basah atau makanan basah? Hancur Mina, saya memesan kue basah, datang terlambat, dan saat diterima kemasan sudah tertindih barang lain, sehingga kue yang diterima jadi mengecil bentuknya. Hal ini karena ditumpuk di freezer atau chiller dengan barang lain.

Kasus salah antar ini lebih parah lagi, alamat tujuan sudah jelas tertulis RT2 RW 5 no. 1B, tapi uniknya paket dikirimkan ke alamat RT 5 RW8 no. 1B, dan dengan arogannya pada status pengiriman ketika dilacak sudah tertulis sudah diterima langsung oleh Ibu x, dengan paraf yang jelas-jelas ditulis oleh petugas pengantar karena hanya huruf saja.

Ketika dicomplain, eh galakan CS-nya, paket sudah diterima di tujuan ini buktinya. Padahal pembeli baru saja menghubungi saya bahwa paket belum diterima, dan dia dihubungi seorang Ibu yang merasa tidak memesan barang dan minta pembeli untuk mengambil paket yang salah antsr itu.

Kasus lainnya, paket dikirimkan ke rumah tetangga. Untungnya penerima baik dan menyerahkan pada pembeli yang sebenarnya. Bagaimana seandainya sipenerima pura-pura bodoh dan menerima paket hantaran itu? Tentu yang merugi penjual karenz terpaksa harus mengirim ulang pesanan yang sudah dikirimkan.

Belum lagi bila kendala melewati akhir pekan, kantor tutup dan CS digantikan oleh robot atau chatbot yang selalu kaku menjawab nomor resi salah, padahal nomor resi valid karena bisa dilayani oleh aplikasi lacak.

Saya sempat iseng mewawancarai petugas kurir, mereka bilang beban kerja berlebih, ditambah banyak petugas kurir yang tidak masuk kerja.

Jadi, seharusnya bila menghadapi waktu sibuk atau puncak (peak season) perusahaan jasa kurir seharusnya mengantisipasi dengan menambah tenaga petugas kurir (free lance) atau infal agar petugas kurir tidak harus mengantar dengan beban tugas berlebih. Kalau perlu mereka harus berani menolak permintaan pengantaran daripada produk rusak akibat keterlambatan.

Belajar dari kasus ini hendaknya pengusaha jasa kurir hendaknya sudah menyiapkan plan B guna mengantisipasi lonjakan permintaan. Sehingga tidak mengecewakan pelanggan dengan alasan klise sistem sedang bermasalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun