Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tradisi Pra Lebaran dari Megengan hingga Dugderan

7 April 2021   16:55 Diperbarui: 7 April 2021   17:12 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mimi (sumber: pri.org )

Tradisi di pulau Jawa.menjelang bulan Ramadhan cukup banyak. Beberapa yang saya ingat, tidak selalu berkaitan dengan makanan. Megengan adalah salah satu tradisi yang.masih dilakukan beberapa hari sebelum datangnya bulan Ramadhan. 

Tradisi ini diawali saat Sunan Kalijaga melakukan siar agama Islam di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Yogyakarta. Tradisi Megengan ini membagikan kue apem dan kue-kue ringan lainnya. 

Tujuannya untuk mengingatkan agar warga menahan perbuatan yang tidak diperkenankan selama bulan Ramadhan. Kata "megeng" srtinya menahan. Tradisi Megengan merupakan akulturisasi budaya Islam dan Jawa. Tradisi Megengan juga bertujuan saling memafkan sebelum memasuki biulan suci Ramadhan.

Tradisi lainnya menjelang bulan Ramadhan yang berkaitan dengan makanan adalah menyantap telur mimi. Tradisi ini terdapat di kota pantai Utara Jawa Tengah, yakni Kendal Kaliwungu.  

Beberapa hari menjelang bukan Ramadhan, warga nembeli telur mimi di pasar yang terletak dekat masjid besar Kaliwungu. Telu mimi ini dimasak dengan kelapa seperti makanan botok. 

Telur mimi ini uniknya hanya ada saat menjelang bulan Ramadhan saja. Mimi tergolong keluarga kepiting dan merupakan satwa kuno sering disebut kepiting ladam, dan bukan termasuk jenis ikan.

Mimi (sumber: mentafloss.com )
Mimi (sumber: mentafloss.com )

Tradisi lainnya menjelang bulan Ramadhan yang tidak terkait makanan adalah Padusan. Beberapa hari menjelang bulan Ramadhan, warga berbondong-bondong menuju sumber air atau sungai untuk membersihkan diri sebelum memasuki bulan suci Ramadhan.

Salah satu tradisi menjelang bulan Ramadhan yang berlangsung cukup lama yakni Dugdheran. Tradisi ini dilakukan di kota Semarang berupa pasar rakyat dari menjelang bulan Ramadhan hingga beberapa hari menjelang Idul Fitri. 

Pasar rakyat ini diadakan di dekat pasar Johar atau di dekat  masjid besar Semarang di kota lama (masjid Kauman). Pada pasar rakyat ini dijual mainan anak-anak, yang paling khas adalah warak ngendhog (binatang warak sejenis singa yang bertelur), gasing (mainan dari kayu yang diputar dan mengeluarkan suara khas) serta kapal-kapalan yang berjalan di atas air.

Selain ketiga mainan tersebut juga dijual mainan kekinian yang sudah menggunakan baterai. Juga barang-barang kebutuhan Lebaran lainnya, seperti pakaian (baju koko, sarung, jilbab) dan kue-kue kering. 

Sebelum berjangkitnya pandemi Covid-19, pembukaan Dugdheran selalu dimeriahkan dengan pawai budaya dari kantor Walikota Semarang dan berakhir di masjid Kauman. Pada pawai Dhugderan ini diarak warak ngendhog raksasa yang diiringi penari. Pasar rakyat ini hanya buka pada malam hari. 

Puncaknya pada awal Puasa atau awal bulan Ramadhan, dimana dibunyikan bedug dari masjid Kauman, yang diiringi dengan disulutnya meriam dan petasan untuk menandai dimulainya bulan Ramadhan. Suara bedug diambil "Dug" nya, sedangkan kata "dher" diambil dari suara petasan, maka muncullah nama Dugdheran.

Tradisi Dugdheran ini sudah ada sejak tahun 1800-an saat Indonesia masih dijajah Belanda dan terus berlangsung hingga hari ini. Inilah tradisi yang masih berlangsung di pulau Jawa, bagaimana tradisi di daerah Anda? Selamat menyambut datangnya bulan Ramadhan yang tinggal beberapa hari lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun