Wah, tantangan KOMIK yang ketiga ini sungguh beeat. Sebagai mahasiswa dengan uang sangu pas-pasan saya tentu harus memilih jenis film yang akan ditonton.Â
Karena keterbatasan dana untuk nonton, otomatis film nasional tergolong film yang tidak dilirik, meski saat itu 1977 di kota Salatiga bila bioskop sedang memutar film nasional selalu ada mobil berpengeras suara yang keliling kota menginformasikan film nasional yang sedang diputar.
Nah, pikiran jadi kusut saat film "Badai Pasti Berlalu" diputar. Film yang dibuat berdasar novel karya Marga T yang terbit 1974 oleh Penerbit Gramedia dan dibintangi oleh Slamet Rahardjo, Christine Hakim dan Roy Marten dan disutradarai oleh Teguh Karya. Â
Saya termasuk penggemar novel karya Marga T, sejak nocel itu dimuat sebagai cerita bersambung pada harian Kompas sejak bulan Juni hingga September 1972 saya selalu mengikutinya tiap hari dan tentu sangat penasaran ingin menyaksikan kisah pada novel tersebut tayang di layar lebar.
Dengan berat hati, akhirnya saya memutuskan untuk melanggar niat saya untuk tidak menonton film nasional demi memenuhi rasa penasaran menyaksikan cerita novel idola saya tayang di bioskop.
Alur cerita
Cerita film ini meski lamat-lamat saya masih ingat, meski mungkin sebagian sudah terlupakan termakan oleh waktu dan banyaknya cerita dan film lain yang saya saksikan.
Tokoh film ini adalah Siska diperankan dengan baik oleh Christine Hakim, seorang gadis yang patah hati karena ditinggal pergi oleh tunangannya. Siska yang menyendiri di villa keluarga berkenalan dengan Leo pemuda "playboy" yang diperankan oleh Roy Marten. Leo akhirnya mampu meyakinkan cinta tulusnya terhadap Siska.Â
Namun akhirnya mereka gagal menikah, karena dengan licik Helmi teman kerja ayah Siska di klub malam mengancam akan membongkar perselingkuhan ayah Siska, bila tidak mau menerimanya sebagai menantu.Â
Kawatir pada nasib isterinya yang memiliki penyakit jantung, dengan terpaksa ayah Siska menerima lamaran Helmi. Leo yang patah hati melanjutkan kuliahnya hingga selesai menjadi dokter.Â