Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ternyata di Pulau Jawa Ada Tuak

3 Maret 2021   22:26 Diperbarui: 3 Maret 2021   22:44 1521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tuak Tuban (sumber: jelajah-nesia.blogspot.com)

Hobi saya berwisata ditambah tugas kantor dan tugas organisasi menyebabkan saya banyak mengenal ragam budaya dan adat tiap daerah.

Meski saya pernah berwisata ke Bali dan Lombok, namun saya tidak begitu mengenal minuman tuak yang beredar. Hanya sempat melihat di toko terdapat tuak dan arak dalam kemasan botol kaca dan ber merek di Bali. 

Kabarnya kadar alkoholnya bervariasi dari 25-40%. Sedangkan di Lombok, saya menemukan tiga jenis tuak dari yang kadar alkoholnya rendah hingga tinggi. 

Menurut penjelasan warga setempat tuak ini merupakan warisan kerajaan Karangasem di Bali. Tuak Lombok, terbuat dari enau disebut tuak Jake yang paling rendah kadar alkoholnya. Lalu ada tuak Nyuh yang terbuat dari kelapa (nyuh) dengan kadar alkohol sedang. Yang kadar alkohol paling tinggi adalah tuak Ental yang terbuat dari lontar.

Saat mendapat tugas kantor ke Papua, saya di pagi hari sering melihat pemuda mabuk di jalan. Menurut penjelasan penduduk setempat, mereka dicurigai mabuk akibat minum swangsrai. 

Bahan baku untuk membuat swansrai adalah air pohon kelapa yang difermentasikan. Banyak terdapat di beberapa kota di Papua, khususnya Biak dengan kadar alkohol 20-30%.

Saat saya berwisata ke Sulawesi Utara, tepatnya di kota Manado dimana-mana sedang digalakkan sosialisasi mengurangi mabuk-mabukan pada generasi muda (Brenti jo, bagate). Di Manado sangat populer tuak cap Tikus yang banyak dikonsumsi warga saat pesta. Tuak cap Tikus ini terbuat dari air nira atau saguer menurut bahasa Kawanua.

Uniknya, saat saya ditugaskan oleh PMI Tangerang guna meliput Kongres HIV/AIDS di Makassar, saya justru jarang melihat penjual ballo. Ballo menurut bahasa Bugis artinya pohon lontar, dulu merupakan minuman kaum bangsawan. Kini sudah menjadi minuman yang merakyat. Selain ballo ada yang memproduksi dari fermentasi beras, jadi hampir mirip dengan beberapa minuman beralkohol di Korea.

Saat mengikuti acara organisasi di Sumatera Utara, tepatnya kota Medan. Saya mengenal tuak Batak yang banyak dijual di lapo tuak di Tanah Karo. Tuak yang terbuat dari fermentasi nira aren ini banyak dikonsumsi untuk obat stress dan obat penenang. Karena diproduksi secara tradisional, dijual tanpa merek.

Penugasan ke kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah membuat saya mengenal tuak Dayak yang terbuat dari fermentasi ketan atau beras, jadi mirip dengan minuman beralkohol di negeri ginseng. Di Kalimantan diminum bersama sebagai simbol kekerabatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun