Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Perlukah Meninggalkan WhatsApp?

13 Januari 2021   21:07 Diperbarui: 13 Januari 2021   21:11 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak Desember 2020, WhatsApp telah menyisipkan pop-up yang meminta konfirmasi persetujuan, diantaranya menyetujui pengguna WhatsApp untuk datanya dibagikan ke perusahaan induk WhatsApp yakni Facebook.

Ditambah lagi cuitan Elon Musk, CEO SpaceX yang menyarankan pengguna WhatsApp untuk segera hijrah ke Signal. Saya tidak tahu pasti kenapa orang sekaliber Elon Musk begitu peduli dengan aktivitas WhatsApp, apakah ada perang bisnis terselubung?

Selama ini kita ketahui bersama, WhatsApp begitu banyak digunakan, tidak di Indonesia saja, bahkan hampir seluruh dunia terkoneksi dengan WhatsApp. Saya bahkan memiliki kelompok atau group WhatsApp dengan peserta diseluruh dunia, Amerika Serikat, Canada, Swiss, Jerman, Belanda, Australia dan Indonesia. Celakanya kami menggunakan WhatsApp tidak membayar alias gratis, sehingga kami tidak boleh merasa sebagai pelanggan.

Dari awal tahun 2021 terjadi diskusi hangat antara pro dan kontra terhadap WhatsApp. Yang pro merasa aksi WhatsApp ini hanya merupakan upaya mendapatkan legalitas saja, padahal data kami sudah terlebih dulu disetor ke Facebook. Kalau hanya data nomor ponsel saja dan alamat surat elektronik apa ruginya ? Toh di kartu nama juga selalu dicantumkan. Yang kontra tetap ngotot mengatakan Facebook dan WhatsApp bisa membocorkan informasi kepada siapapun dan ngotot mengajak hijrah.

Beberapa peserta malah sudah mengunduh aplikasi Telegram (Rusia) , Signal (Amerika Serikat) atau WeChat (Tiongkok). Meski para pengguna WhatsApp tetap belum berani secara terang-terangan meninggalkan WhatsApp. Alasannya kontaknya sudah terlalu mendunia.

Ada info, Telegram yang masuk ke Indonesia hampir bersamaan dengan WhatsApp sudah lebih banyak diminati, meski banyak yang meragukan keamanan Telegram. Sementara info lain yang masuk, Signal mulai keteter menerima lonjakan hijrah mantan pengguna WhatsApp. Yang pindah ke Signal kawatir suatu saat bisa menjadi berbayar, karena saat ini sumber pendanaan Signal hanya dari donasi saja. Sementara yang mau hijrah ke WeChat belum begitu terdengar.

Dari pro dan kontra ini, saya lebih condong tetap menjadi pengguna WhatsApp asal WhatsApp jangan seenaknya membatasi ponsel cerdas yang didukungnya. Saya masih memiliki ponsel cerdas BkackBerry yang sudah tidak didukung oleh WhatsApp. Bagaimana dengan Anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun