Meski chef sanggup mengolah kuliner lainnya, namun Hendra tetap fokus pada target pasarnya yakni mahasiswa. Memang dengan adanya kuliah online sebagian besar mahasiwa yang pulang ke daerahnya, diharapkan setelah masa pandemi lewat pelanggan akan makin banyak.
Karena intinya makanan berat, maka pilihannya nasi, mie, kweetiaw atau bihun goreng atau rebus. Untuk nasi goreng ada Bosseller yang isi dagingnya lebih banyak ayam, sapi dan sosis, sedang yang kurang suka kecap dapat memilih versi Hong Kong.
Bosseller cafe dibuka resmi tanggal 27 November 2020 yang lalu, setelah diawali dengan soft opening. Pelanggannya lebih banyak dine in dari mahasiswa yang selesai berolahraga gowes, lari atau jalan sehat. Meski sudah bekerja sama dengan GoFood dan GrabFood serta delivery call 0813 800 200 68, namun masih kurang ramai, diprediksi karena ongkir lebih mahal dari harga makanannya.
Kelebihan sajian Bossseller cafe adalah tanpa MSG dan semua menu halal, meski menu didominasi kuliner Tiongkok (chinese) dan Jepang. Pemasaran lebih banyak dilakukan melalui Instagram dan mengundang blogger untuk melakukan review.
Waktu yang paling cocok bersantai di Bosseller cafe adalah antara jam 16.00-19.00 sambil jalan-jalan mengelilingi danau lalu bersantai di Bosseller cafe.
Saat ini Bosseller cafe digawangi oleh 1 kasir, 1 chef 1 waiter, meski masih mencari 1 asisten chef. Apakah Anda ada yang berminat? Guna mengatasi masalah ini, maka digunakan konsep membuat standar bumbu, jadi sekalian siap bila mau dikembangkan menjadi konsep waralaba.
Jadi, kunjungi Bosseller cafe untuk mendapatkan foto-foto instagramable untuk sosial media Anda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H