Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hormati Pemimpinmu

26 Desember 2020   12:25 Diperbarui: 26 Desember 2020   12:48 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hormat (sumber: goikosi.id)

Kondisi di Indonesia sejak sepuluh tahun terakhir ini sepertinya sudah sangat runyam. Dampak dari persaingan sangat ketat saat Pilpres nyaris memecah belah bangsa ini. Bahkan saat Presiden Joko Widodo bersedia untuk merangkul lawan politiknya banyak berkeliaran issue pro dan kontra.

Bahkan upaya untuk mengantisipasi penularan Covid-19 sering menimbulkan pro dan kontra. Padahal semua agama mewajibkan umatnya untuk menghormati pemimpinnya. Ambil contoh dari agama Islam yang merupakan agama mayoritas, diajarkan seseorang yang menghormati pemimpinnya akan dimuliakan pada hari kiamat, sebaliknya orang yang tidak menghormati pemimpinnya akan dihinakan.

Coba kita simak bersama, saat Covid-19 datang, bermunculan permintaan pengadaan vaksin. Nah, begitu vaksin  berhasil didatangkan, meski harus secara bertahap, karena harus di uji coba dan di produksi oleh perusahaan farmasi BUMN, masih meragukan soal kehalalannya. Padahal BPOM sangat berperan dalam hal ini. Bila vaksin ini tidak halal, pasti BPOM akan menolak dan tidak mengeluarkan izin edar.

Setelah Sertifikasi Halal muncul, banyak betebaran issue, vaksin minta digratiskan karena kawatir vaksin hanya diperuntukkan bagi golongan tertentu saja yang memilki uang dan mampu membelinya. Saat Presiden Joko Widodo menyatakan vaksin akan dibagikan kepada masyarakat secara gratis, mincul issue agar Presiden duluan yang di vaksin, karena curiga vaksin yang dipilih Pemerintah Indonesia kurang berkualitas sehingga dikawatirkan berbahaya bagi masyarakat.

Guna menghilangkan stigma negatif ini, Presiden lalu menyatakan bersedia di vaksin pertama kali. Masih saja menerima komentar nyinyir minta vaksin dilakukan secaran live. Setelah Presiden bersedia mendapatkan vaksin secara live masih dicurigai bila videonya tidak disunting dulu atau harus diperiksa keaslian vaksinnya, apakah sama jenisnya dengan yang dibagikan gratis untuk masyarakat.

Uniknya setelah dapat dibuktikan keasliannya, eh malah dikatakan Presiden melakukan pencitraan. Dari semua warga dunia, mungkin yang serba salah itu bila menjadi Presiden warga +62, melakukan tindakan bijakpun selalu dicurigai.

Kapan kepercayaan dan rasa hormat itu dapat kembali? Mari kita merenung bersama dan menghapus sikap yang membuat miris semua orang. Salam sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun