Sekitar tahun 2007 saya pernah mendapat undangan dari seorang teman untuk pembukaan gerai pakaiannya, namanya cukup unik 'Bekas Berkelas". Memang benar dugaan saya bahwa yang dijual di gerai itu busana bekas dari merek-merek terkenal yang harga barunya cukup wow. Ternyara busana bekas pakai ini diimpornya dari HongKong; setelah saya perhatikan ternyata gerai ini tidak mampu bertahan lama, karena sepi pengunjung dan kurang banyak peminatnya, akhirnya gerai ini ditutup.
Mungkin ide teman saya ini terlalu cepat atau terlalu dini, kalau saja dia membuka gerainya di tahun 2020 mungkin gerainya akan ramai. Mungkin karena terdampak Covid-19 orang jarang ke mall, lalu ditawari busana berkelas via daring dengan harga miring, lalu jadi tertarik membeli.
Busana yang dipasarkan meliputi baju dan celana pria hingga dasi, sedangkan untuk kaum wanita tersedia dress, kaus, celana, topi, rok, hingga vest.
Konsep menjual busana bekas dengan desain tidak pasaran dengan harga murah dikenal dengan sebutan 'thrift shopping' atau dalbo. Guna menarik minat calon pembeli, penjual mempromosikan dagangannya  dengan memajang foto kreatif dan memarik melalui laman Instagram dan mampu bersaing dengan toko daring.
Banysknya busana bekas dipicu oleh konsep fast fashion yang ditetapkan oleh toko-toko busana yang bila sedang ada program SALE calon pembeli harus antre  dan dibatasi misal 25 pengunjung yang boleh masuk, maka bila Anda berdiri pada antean ke 26 harus menunggu kloter berikutnya untuk bisa nasuk dan berbelanja. Sebut saja toko-toko busana seperti Uniqlo, H&M, Zara atau Muji.
Karena harga busana tidak terlalu mahal, maka mode dibuat berganti tiap tiga bulan disesuaikan dengan empat musim spering, winter, autumn dan fall. Konsep fast fashion ini menimbulkan limbah fashion. Karena tiap tiga bulan orang belanja busana baru.
Dan perlu diketahui saat ini limbah tekstil telah menjadi limbah kedua yang mencemari laut setelah minyak.
Guna mencegah melonjaknya limbah fashion, maka harus diimbangi dengan konsep slow fashion yang menawarkan produk fashion berkualitas tinggi sehingga awet dan dapat dipakai untuk jangka waktu lebih lama. Produk ini tentu akan lebih ramah lingkungan.
Konsep "thrift shopping' juga diperkenalkan guna mengimbangi konsep fast fashion. Dengan limbah fashion dapat dijual kembali  tentunya dapat mengurangi limbah fashion. Meski tampaknya seolah-olah limbah fashion hanya berpindah dari pemakai pertama ke pemakai berikutnya.
Meski konsep "thrift shopping' sangat menggiurkan karena harganya yang murah, Anda tetap harus belanja secara bijak. Berikut tips untuk belanja busana bekas:
* Sebaiknya :datangi langsung lokasi penjualnya, karena foto sering menipu dan membuat lapar mata.
* Jangan malu menawar, karena busana bekas jelas tidak ada standar harga, sebaiknya Anda rajin menawar harga.
* Anda harus sabar, jangan memilih dengan tergesa-gesa. Karena bila Anda salah pilih, maka limbah fashion akan pindah ke rumah Anda.
* Selagi pandemi Covid-19 Â masih belum punah, sebaiknya Anda berbekal tissue basah, hand sanitizer dan selalu memakai masker.
* Setivanya di rumah, sebelum dipakai cucilah sampai benar-benar bersih.
Dengan memahami tips diatas, minimal Anda akan aman selama menjalani 'thrift shopping'.
Selamat berbelanja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H