Sore hari ini 31 Oktober 2020 komunitas penggemar film Kompasiana (KOMIK) telah menyelenggarakan acara nonton bareng (nobar) film pendek "Bungkeuleukan" secara daring melalui kanal Youtube yang dilanjutkan dengan diskusi bersama sutradara film Agung Jarkasih melalui laman Zoom.
Film ini dipilih dan diputar bertepatan dengan tanggal pesta Halloween karena ditengarai sebagai film bergenre horror. Meski sempat ada penampakan pocong pada salah satu adegan film, namun saya lebih condong film ini bergenre sosial budaya.
Film yang pengambilan gambarnya di daerah Ciampea Bogor ini berhasil memotret suasana tatar Sunda dengan penduduknya yang masih fasih berkomunikasi dengan bahasa Sunda kasar  dan dihiasi dengan musik latar musik khas Sunda. Kearifan lokalnya sangat mengena.
Suasana yang dibidik juga sangat tepat, warga yang secara ekonomi tergolong menengah ke bawah yang bermimpi bisa membeli rumah sehubungan mulai berkembangnya pembangunan rumah di wilayahnya. Mimpi ini tidak direalisasikan dengan kerja keras melainkan justru melalui judi togel, bahkan hingga melibatkan tempat keramat (ngimpo) guna ingin mendapatkan nomor togel yang dipasangnya agar cepat kaya.
Jantra sebagai orang tua tunggal yang harus mengasuh putranya Amar, setelah bercerai dengan isterinya Lastri seolah kesurupan saat menemukan anaknya hilang.
Film ini sebenarnya mempunyai tujuan mendidik agar rakyat kecil mau bekerja keras dan tidak memasrahkan nasibnya pada judi togel. Dialog dalam film ini juga menyentil warga muda yang tergila-gila dengan musik rock, sementara warga lain masih puas dengan lagu-lagu dangdut. Padahal lagu khas Sunda lebih brrbobot dan menarik.
Penempatan properti film didepan rumah tokoh Jantra yang menempatkan kentongan sebagai pengganti bel atau penanda kedatangan mahluk sangat tepat dan orisinal. Juga penggunaan ponsel jadul mencirikan khas warga susah.
Film pendek ini secara keseluruhan memiliki bobot cerita dan pengambilan gambar yang serasi dan artistik dan tergolong film bergenre sosial budaya yang apik. Kekurangannya justru pengambilan latar yang cenderung gelap dan musik latar menyeramkan yang  membuat penonton salah menafsirkan genre film ini, meski film ini pengambilan gambarnya  berada pada lokasi yang tergolong angker (kebun bambu).
Keseruan Nobar KOMIK
Meski acara nobar KOMIK diselenggarakan secara virtual, namun keseruannya tetap terjadi. Sebagian besar peserta mengenakan busana ala Halloween dan bahkan ada yang memoles dirinya seseram mungkin. Bisa dibayangkan betapa serunya setan-setan bergentayangan di dunia virtual, pasti ramai sekali bila dilangsungkan offline. Bagi peserta dengan dress-code terbaik diganjar hadiah. Selanjutnya KOMIK juga bagi-bagi hadiah untuk live quiz, lomba medsos dan kompetisi blog.
Secara keseluruhan film ini sangat layak ditonton dan diberi nilai delapan. Sukses terus untuk sutradara Agung Jarkasih dan Bale Films.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H