Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Membandingkan Laju Dua Kota: Batam Vs Shenzhen

17 Oktober 2020   13:40 Diperbarui: 17 Oktober 2020   17:24 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 1970 Shenzhen adalah sebuah kampung nelayan. Berdasar kebijakan reformasi dan keterbukaan, pada tahun 1980 Shenzhen telah ditetapkan sebagai zona ekonomi khusus pertama oleh Pemerintah Tiongkok.

Dalam waktu singkat Shenzhen telah menjadi sentra ekonomi yang dinamis berkat banyaknya investasi asing yang masuk.

Shenzhen kini bahkan menjadi pusat teknologi global seperti halnya Silicon Valley di Amerika Serikat. Shenzhen dinilai memiliki pertumbuhan kota tercepat di dunia pada perioda 1990-2000. Saat penulis sempat mengunjungi Shenzhen pada tahun 2000-an sudah banyak gedung pencakar langit, tidak kalah dengan Hong Kong.

Bahkan situs wisata terkenal Lonely Planet menempatkan Shenzhen sebagai kota ke dua dari 10 kota dunia tujuan wisata sebelum pandemi Covid-19 meluluh lantakkan dunia.

Shenzhen kini sudah dianggap sebagai kota metropolitan Alfa ( aras global) setaraf dengan Guangzhou, Melbourne, dan San Francisco.

Sangat miris bila Anda membandingkan dengan kota Batam di provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Batam semula digadang-gadang sebagai kota pelabuhan internasional karena letaknya yang sangat strategis di jalur pelayaran internasional serta memiliki jarak yang sangat dekat dengan Singapura dan Malaysia.

Pada dekade 1970-an, Batam diproyeksikan untuk menyaingi Singapura dan pengelolaannya diatur oleh Badan Otorita Batam (kini disebut Badan Pengusahaan Batam). Dan status Kotamadya administratif Batam berubah statusnya nenjadi daerah otonomi, yang menjalankan fungsi  bersama Badan Otorita Batam.

Cita-cita untuk menjadikan Batam sekelas Singapura akhirnya kandas karena Batam masih tersengkarut dualisme antara Pemerintah Otorita Daerah dan Badan Otorita Batam.

Bila Anda membandingkan perjuangan dua kota Batam dan Shenzhen dari tahun 1970, yang awalnya bukan kota terpandang. Kini setelah 40 tahun, Shenzhen sudah berhasil disebut sebagai kota metropolitan sementara Batam masih harus berjuang keras untuk mewujudkan mimpinya.

Sebagai warga negara Indonesia, kita sangat prihatin. Semoga di perioda ke dua pemerintahan Presiden Joko Widodo kota Batam akan mampu meraih targetnya.
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun