Seorang mahasiswa pandai yang sedang memulai penyusunan skripsinya, memiliki masalah yakni tidak suka dengan dosen pembimbingnya. Ia selalu menolak petunjuk yang diberikan oleh dosen pembimbingnya.
Suatu hari sang Rektor, pimpinan universitas, memanggilnya. "Benarkah Anda mempunyai masalah dengan dosen pembimbingmu?
Hal apakah yang membuatmu kurang puas terhadap beliau?"
Mahasiswa itu tanpa segan mengutarakan kekurangan dan kejelekan dosennya. Sang Rektor mendengarkan dan terus menggali kekurangan sang dosen dan meminta pendapatnya.
Hingga sang mahasiswa kehabisan ide mengenai saran-saran perbaikan untuk  dosen pembimbingnya, akhirnya sang Rektor berkata, "Kalau sudah selesai, sekarang giliran saya yang akan bicara, ya?" Sang mahasiswa hanya mengangguk, mengiyakan
Rektor berkata, "Anda memiliki sifat yang hanya membedakan hitam putih secara jelas, memandang kekurangan dosen pembimbingmu buruk laksana musuh."
Sang mahasiwa hanya mengangguk dan berkata dengan bangga, "Anda benar, pak Rektor.
Saya memang orang yang memiliki sifat yang tegas!"
Sang Rektor melanjutkan, "Apakah Anda tahu, bahwa dunia ini adalah dunia yang tidak utuh?
Langit setengah, bumi setengah; pria setengah, wanita setengah; bajik setengah, jahat setengah; jernih setengah, keruh setengah. Sangat disayangkan, apa yang Anda miliki adalah dunia yang tidak utuh."
Sang mahasiswa tercengang sejenak, lalu bertanya, "Kenapa pak Rektor mengatakan yang saya miliki adalah dunia yang tidak utuh?"
Sang Rektor menjawab, "Karena yang Anda cari adalah kesempurnaan, Anda hanya dapat menerima sisi sempurna yang hanya setengah saja, tidak dapat menerima ketidak sempurnaan yang merupakan sisi setengahnya lagi.
Oleh karena  itu, yang Anda miliki adalah dunia yang tidak utuh, tidak akan pernah menjadi bulat secara utuh."
Sang mahasiswa seketika itu juga merasa terpukul, tidak tahu harus mendebat lagi.
Ia lalu bertanya,"Lantas, saya harus bagaimana, pak Rektor? Sang Rektor dengan welas asih menjawab, "Belajarlah toleran terhadap dunia yang tidak sempurna, maka Anda akan memiliki sebuah dunia yang utuh."
Sang mahasiswa akhirnya menyadari kesalahannya sendiri. Memang, orang sering kurang menyadari kekurangan dirinya sendiri dan hanya dapat melihat kekurangan orang lain.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI