Sejak ada acara televisi yang membahas dunia gaib maka orang makin sering memperbincangkan hal-hal gaib yang terjadi dalam kehidupan ini.
Salah satu hal gaib yang cukup populer di tanah Jawa adalah perlunya orang mempunyai susuk khususnya pada perdagangan yang sifatnya masih tradisional. Misal Anda membuka warung makan, bila ingin menarik pembeli agar yang dijualnya banyak laku maka Anda harus memiliki susuk agar menang bersaing dengan warung makan lainnya.
Dalam pengertian hal gaib, susuk sering dimiliki seorang pedagang untuk membuat dagangannya laris atau banyak terjual.
Memang susuk adalah bagian dari tradisi turun temurun yang harus Anda jaga agar penjualan Anda selalu disenangi atau disukai orang, atau istilahnya penglaris. Yang penting Anda harus paham kapan harus memakai susuk dan kapan susuk tidak diperlukan.
Sebelum mulai berdagang di Jawa Anda harus memahami hal ini dengan baik. Misanya Anda menjual satu piring nasi goreng seharga tiga puluh ribu Rupiah, bila pembeli menyerahkan uang lima puluh ribu Rupiah, maka Anda harus memilki susuk (kembalian) sebesar dua puluh ribu Rupiah.Â
Seandainya Anda tidak memiliki susuk dan uang lima puluh ribu Rupiah itu langsung Anda terima, pembeli akan merasa kecewa dan mungkin lain kali akan enggan mampir ke rumah makan Anda lagi. Bahkan yang lebih parah lagi bila Anda tidak memiliki susuk maka pembeli akan marah-marah di warung makan Anda.
Sebaliknya bila Anda menjual nasi rames seharga tiga puluh ribu Rupiah dan pembeli menyerahkan uang pas senilai tiga puluh ribu Rupiah, maka Anda tidak perlu memiliki susuk.
Setelah membaca kisah diatas, Anda sudah paham khan arti susuk dalam perdagangan di Jawa. Silakan tersenyum simpul, karena artinya Anda telah memahami arti susuk yang sebenarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H