Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Foe Jose Amadeus, Generasi Milineal Pecinta Wayang

5 Juli 2020   23:04 Diperbarui: 5 Juli 2020   23:01 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wayang kronik (sumber: indonesiakaya.com)

Kalau Anda ke Jawa Tengah, tepatnya di ibukota Jawa Tengah, Semarang, nama generasi mileneal ini cukup dikenal. Meski dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga Peranakan Tionghoa, Foe Jose Amadeus Krisna sejak usia 3 tahun telah mengenal wayang, tepatnya wayang kulit.

Makin beranjak besar, Jose makin tinggi minatnya terhadap wayang sehingga akhirnya dia belajar mendalang. Pada mulanya dalang-dalang senior memandang sebelah mata saat Jose mengutarakan minatnya, tetapi melihat keseriusan generasi milenial ini para dalang akhirnya mau mengajarkan cara mendalang. Dari 2012 hingga sekarang Jose telah mendalang sekitar 25x.

Kedekatan minatnya pada wayang purwa menunjukkan wayang bisa diterima oleh semua golongan. Selain tertarik pada wayang Purwa, Jose juga tertarik pada wayang potehi wayang khas peranakan Tionghoa yang kini dalangnya hampir punah di Indonesia. 

Dulu kota Semarang pernah memiliki dalang wayang potehi ( Thio Tiong Gie), belum sempat Jose berguru padanya, sang dalang sudah keburu wafat. Sekarang tinggal dalang wayang potehi di Jawa Timur yang masih hidup. 

Akibatnya, Jose terpaksa belajar memainkan wayang potehi secara otodidak, melalui bantuan video yang ada di kanal Youtube. Untuk wayang potehinya sendiri Jose beruntung nendapat pinjaman dari Kelenteng Tay Kak Sie.

Ternyata Jose tidak hanya senang mempelajari wayang potehi saja, tetapi Jose justru mengembangkan akulturasi budaya dengan memadukan wayang purwa dan wayang potehi dengan jejuluk wayang kronik. 

Bentuknya seperti wayang kulit dari wayang purwa tetapi tokohnya dari wayang potehi, misal tokoh Sun Go Kong diadopsi dari tokoh kera Sugriwa. Adapula tokoh dewi Kwan Iem dengan busana Jawa. Wayang kronik dipagelarkan dengan gawangan yang lebih besar dari gawangan wayang potehi dengan menggunakan aneka bahasa. 

Bisa bahasa Mandarin atau Hokkian, bahasa Indonesia atau bahasa apapun tergantung mayoritas penontonnya. Musiknya nenggunakan gamelan dan instrumen yang biasa digunakan mengiringi wayang potehi. 

Semua wayang kronik didesain bersama teman-temannya yang memiliki keahlian seni grafis, setelah itu diwujudkan oleh pengrajin kulit di Wonogiri. Saat ini pelan-pelan membuat dan mengumpulkan tokoh-tokoh wayang kronik.

Jose dan wayang kronik (sumber: jatengtoday.com)
Jose dan wayang kronik (sumber: jatengtoday.com)

Selain berkiprah mengembangkan wayang kronik, Jose juga bekerja sama dengan UKSW mengembangkan proyek Geger Pecinan, yaitu suatu kejadian heroik saat orang Tionghoa dan orang Jawa bersatu melawan penjajah Belanda.

Selain itu, Jose juga aktif berorganisasi pada Yayasan Sosial Rasa Dharma sebagai Kasie Seni Budaya dan Tradisi. Jika pandemi covid-19 berlalu, Jose sudah nemiliki program wisata peranakan Tionghoa, seperti cooking class kuliner peranakan Tionghoa (lontong cap go meh, bakmi, bakcang, bakpao dan lunpia), to panjang atau makan bersama pada sebuah meja panjang guna menjalin komunikasi dan Heritage Walking di Pecinan kota Semarang.

Saat ini Jose juga aktif di organisasi Rumah Cinwa, yakni organisasi yang menampung aspirasi generasi milineal pecinta wayang.

Semoga dengan terjadinya akulturasi budaya ini akan mampu menimbulkan rasa toleransi demi memperkuat persatuan di NKRI. Sukses terus Jose!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun