Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Curhat Di Era Pandemi Corona

5 Mei 2020   18:51 Diperbarui: 5 Mei 2020   18:49 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pagi ini langit laksana runtuh, Didi Prasetyo atau yang terkenal dengan nama panggung Didi Kempot diumumkan wafat akibat henti jantung, bukan akibat serangan jsntung.

Lagu-lagu Didi Kempot yang melankolis dan melambangkan orang patah hati hampir selalu diputar pada bis-bis antar kota antar provinsi, khususnya oleh sopir-sopir bis yang brrasal dari Jawa Tengah, sebagai mahasiswa yang lahir di Jawa Tengah tentunya saya sangat menikmati lagu-lagu campur sari yang didendangkan Dedi Kempot.

Meski sebagai mahasiswa  bila sedang berkumpul dengan sesama mahasiswa pasti mengakui sebagai penggemar slow rock, namun secara diam-diam saya menikmati lagu-lagu campusari apalagi saya sangat familiar dengan bahasanya yang menggunakan bahasa Jawa. Sama halnya saya menggemari Srimulat dan selalu menjadi penerjemah bagi teman-teman kost yang berasal dari luar pulau Jawa, sehingga tertawanya selalu terlambat.

Kini Dedi Kempot sudah beristirahat dengan damai, mungkin dia tetap bernyanyi campursari dari surga (work from heaven). Sama halnya dengan saya yang terpaksa bekerja dari rumah (work from home) akibat pandemi corona.

Bicara kesuksesan Dedi Kempot, kita wajib mengatakan kuncinya adalah konsistensi. Dia tidak memanfaatkan sukses ayahnya, atau sukses kakaknya, namun dia benar-benar berangkat dari nol sebagai pengamen dengan ciri khas rambut gondrong dengan blangkon. Dia toh sanggup meraih sukses hingga Go International, jauh melebihi prestasi musisi Indonesia lainnya. Konsistensi Didi Kempot perlu kita adopasi di era pandemi corona ini, jangan tergesa berubah karena konsistensi terbukti sudah membesarkan Didi Kempot.

Eh ini curhat atau obituari? Terserah penilaian pembaca, yang penting inti dari tiulsan ini belajarlah dari kisah hidup Didi Kempot yang dari seorang pengamen mampu menjadi musisi manca negara. Selamat jalan mas Dedi, beristirahatlah dalam damai....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun