Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Antithesis "New Normal" Paska Pandemi Corona

4 Mei 2020   22:48 Diperbarui: 4 Mei 2020   22:50 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak pakar meramalkan bahwa akan terbentuk "New Normal" atau Kenormalan Baru paska pandemi corona berakhir. Contohnya, orang akan lebih suka beraktivitas di dalam rumah dari mulai bekerja (berasal dari  konsep Work From Home),  rapat melalui zoom meeting, seminar melaui webinar, mencari hiburan (terbukti dengan meningkatnya pelanggan Netflix), berolahraga (ikut yoga, senam dipandu instruktur secara online), pendidikan ( konsep e-learning) hingga bersosialisasi (guyon atau saling menyapa di sosial media seperti Instagram atau Facebook).

Meski belum dapat dipastikan, kalau membaca data-data paska pandemi virus sebelumnya, misal flu Spanyol yang melanda dunia saat Perang Dunia I dan menimbulkan banyak korban yang hampir setara dengan akibat virus corona, namun paska flu Spanyol berakhir manusia tetap menjadi mahluk sosial.

Internet

Meski paska berakhirnya flu Spanyol internet belum ada, sedangkan paska corona internet telah merasuki hidup orang banyak. Ramalan bakal terjadinya "New Normal" dimana manusia akan lebih memperhatikan kebersihan dan kesehatan, seperti cuci tangan dan mengenakan masker bila bepergian. 

Namun gejala ini nampaknya akan sulit terjadi di negara banyak penduduk, karena dominasi angkutan umum akan memaksa manusia untuk menghapuskan konsep social distancing. Bagaimanapun kebutuhan akan biaya transportasi murah masih akan mengembalikan manusia ke pola normal sebelumnya.

Belum lagi keinginan untuk bepergian atau traveling termasuk mudik dimana kumpul bersama keluarga adalah konsep yang harus diperhitungkan matang-matang karena prinsip " meski buntung asal ngumpul" yang artinya meski uang habis asal dapat berkumpul dengan keluarga adalah sesuatu yang sakral.

Keinginan manusia di negara Timur untuk bersosialisasi juga jauh lebih besar ketimbang di negara Barat, kegemaran orang bermain mahyong di Tiongkok, saling berkunjung saat Lebaran, beribadah bersama baik di masjid, gereja maupun vihara / pura, bepergian ke luar kota atau ke luar negeri dalam kelompok tour semuanya menjadikan antithesis " New Normal".

Kebiasaan orang-orang untuk minum kopi bersama sambil melobi bisnis atau makan siang atau makan malam bersama adalah biaya entertain bagi perusahaan yang belum dapat dihapus begitu saja, karena banyak transaksi terjadi paska lobi bisnis.

Mungkinkah konsep " New Normal" akan terjadi paska sirnanya pandemi corona? Mari kita tunggu dan buktikan bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun