Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kursor di Kompasianival 2019, Kolaborasi DHKH dan CLICK

25 November 2019   10:59 Diperbarui: 26 November 2019   16:28 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warung Nasi Padang yang pernah muncul di platform DHKH (sumber: thejakartapost.com)

Kursor atau Kumpul Rame Sore-sore merupakan salah satu program yang terbilang baru bagi Kompasiana. Setelah menggelar acara di Museum Bank Indonesia dalam rangka merayakan atau syukuran ulang tahun Kompasiana ke 11, sekaligus membagikan hadiah bagi para pemenang kompetisi blog yang disponsori Bank Indonesia, juga memberi kesempatan kepada Kompasianer untuk mengunjungi dan melihat koleksi Museum Bank Indonesia.

Kursor tampil kembali dalam ajang akbar Kompasianival 2019 dengan menghadirkan nara sumber dari platform Dari Halte Ke Halte (DHKH) dan komunitas CLICK. DHKH adalah platform yang memberikan informasi lokasi kuliner dalam radius 800 meter yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki dari halte bis.

Tempat kuliner yang dibahas cukup beragam, mulai dari warung kopi yang asyik buat nongkrong, kudapan ringan seperti siomay, dimsum hingga makanan berat sekelas nasi Padang, ayam geprek dan nasi uduk. Muncul dengan mengandalkan fasilitas sosial media mulai dari Twitter (@drhaltekehalte) dan dikembangkan dengan Instagram (@darihalte_kehalte).

Peta Jaringan Trans Jakarta (sumber: graceof-life.blogspot.com)
Peta Jaringan Trans Jakarta (sumber: graceof-life.blogspot.com)
DHKH digawangi oleh Bowo dan Roy yang berbagi tugas memoderasi jalannya platform DHKH, mulai dari menjawab pertanyaan hingga kritik dari anggotanya. Roy yang mengaku lebih sabar mendapat tugas menjawab pertanyaan-pertanyaan kritis dari anggota.

Selain berbagi informasi tempat kuliner di sekitar halte, DHKH juga berbagi informasi tentang tempat hiburan / rekreasi, museum, kegiatan seni budaya dan tempat-tempat yang spesifik yang terdapat disekitar halte.

Meski baru diluncurkan pada bulan Maret tahun 2019, berdasar inspirasi sebuah artikel di majalah perjalanan yang membahas tempat-tempat menarik di sekitar stasiun BTS Bangkok. Platform DHKH sudah mendapat sambutan hangat, hingga bulan November 2019 jumlah followers di Twitter dan Instagram sudah di atas 37.000. Dampaknya sangat terasa bagi UMKM yang akhirnya kebanjiran pelanggan setelah dibahas di platform DHKH padahal tempat terbatas.

Warung Nasi Padang yang pernah muncul di platform DHKH (sumber: thejakartapost.com)
Warung Nasi Padang yang pernah muncul di platform DHKH (sumber: thejakartapost.com)
Saat ini DHKH masih terfokus pada halte-halte di Jakarta, meski tidak menutup kemungkinan mengembangkan ke kota-kota lainnya.

Selain berkomunikasi melalui sosial media, DHKH juga mengadakan acara kopi darat, seperti makan bersama pada sebuah tempat kuliner yang disepakati, masing-masing datang menggunakan bis dan pulang ke rumah dengan bis juga. Tujuan komunitas ini salah satunya adalah mempopulerkan kebiasaan menggunakan transportasi umum guna mengurangi kemacetan.

Sementara Muthiah sebagai admin komunitas CLICK (Commuter Line of Community Kompasiana) memaparkan aktivitas CLICK yang merupakan gabungan Kompasianer yang banyak menggunakan commuter line atau Kereta Api Listrik (KRL) dalam kegiatan sehari-hari bertransportasi dari rumah ke sebuah lokasi tujuan yang murah dan cepat. Selain mengurangi kemacetan lalu lintas, KRL yang kini ditunjang oleh MRT, LRT dan Kereta Api Bandara juga merupakan sarana transportasi yang nyaman bagi warga ibukota.

CLICK telah banyak melaksanakan kegiatan seperti diskusi pada sebuah gerai kopi di Stasiun kota, melakukan pelatihan menulis bersama PPI, dan masih banyak lagi.

Kolaborasi DHKH dan CLICK makin menunjukkan manfaat transportasi umum bagi warga ibukota, mungkin suatu hari akan muncul pula komunitas pengguna ojol (ojek online)  dan takol (taksi online) yang sering dimanfaatkan warga ibukota untuk melanjutkan perjalanan ke lokasi tujuan, entah dari halte atau stasiun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun