Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

11 Tahun Kompasiana dengan Tiga Nakhoda yang Unik

28 Oktober 2019   10:49 Diperbarui: 29 Oktober 2019   19:03 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti kita ketahui bersama, Kompasiana lahir atas ide cemerlang seorang wartawan harian Kompas, Pepih Nugraha. Kang Pepih yang memiliki wawasan futuristik menangkap sinyal kegundahan beberapa wartawan yang karya jurnalistiknya tidak dapat dimuat di media cetak, entah karena keterbatasan halaman, ketidak sesuaian dengan "selera" Redaktur atau dianggap kurang sesuai dengan visi misi Kompas.

Era Pepih (2008-2016)
Kompasiana sebagai media blog keroyokan diresmikan sebelas tahun silam, secara institusional dibawah Kompas.com karena bersifat media digital. Pada tahun pertama sebagai blog jejaring internal untuk wartawan dan karyawan KKG, akhirnya pada tahun ke dua dibuka untuk dapat diakses oleh umum. 

Beberapa tulisan yang masuk dan penulisnya masih 4L (Lu Lagi Lu Lagi) karena masyarakat belum kenal apa itu Kompasiana, sehingga penulis perdana itu akhirnya terkumpul dalam komunitas Kokom (Kompasiana Mula-mula).

Dari tahun ke tahun Kompasiana bertumbuh dengan motto "Sharing. Connecting". Menulis untuk berbagi, dan saling berhubungan membentuk suatu pertemanan. 

Hal ini dikuatkan dengan beberapa program "copy darat" seperti Nangkring, Ngoplah, hingga Kompasianival serta terbentuknya beberapa komunitas yang disesuaikan dengan kegemaran (KPK - kuliner, Komik - film, Koteka - wisata, Koplak Yo Ben (siaran televisi), Click (commuter line), Rumpies The Club (fiksi), Desa Rangkat - puisi, dan lain-lain) dan teritori (Ketapels - Tangsel dan sekitarnya, Kompal - Palembang, Komed - Medan, KJogja - Jogja, dan lain-lain). Kabarnya hingga 2017 sudah tercatat total 37 komunitas.

Pepih Nugraha (sumber: nasional.kompas.com)
Pepih Nugraha (sumber: nasional.kompas.com)

Kompasiana terus bergulir sebagai platform blog yang memiliki citra positif dan gengsi yang tinggi. Bahkan hingga kini masih banyak pembaca yang belum dapat membedakan antara Kompas dan Kompasiana. 

Bila ada tulisan di Kompasiana yang dinilai salah, dengan mudah pembaca menuding "Kompas sekarang sudah menurun cek n riceknya". Sebaliknya, bila ada tulisan yang bernas, pembaca banyak beranggapan tulisan-tulisan ini berbobot sehingga pantas muncul di Kompasiana.

Terus bergelut dengan aneka problematik bahkan Kompasiana termasuk nyaris hampir ditutup karena adanya tulisan yang terlalu menyinggung penguasa, sehingga membahayakan kelompok bisnis besar yang mengayominya. 

Padahal sudah jelas, isi tulisan adalah tanggung jawab penulis, namun sebagai pengelola Kompasiana, COO Kompasiana selalu yang dikejar tanggung jawabnya.

Kompasianival adalah ajang temu darat blogger terbesar dan bergengsi, banyak pejabat Pemerintahan, tokoh bisnis, seni dan olahraga berhasil dihadirkan guna berbagi inspirasi. Puncaknya adalah saat Kompasianival mampu mendatangkan Presiden RI Joko Widodo. 

Namun akhirnya berbalik menjadi kasus pro-kontra yang sangat tajam, setelah karena alasan keamanan, Paspampres melarang Presiden hadir di arena Kompasianival. Presiden Joko Widodo mengundang 100 Kompasianer ke istana untuk makan siang. 

Maka paniklah Panitia, memilih Kompasianer dengan terburu-buru, yang berakibat kena caci maki karena ada yang tersinggung karena tidak diundang. Sebaliknya Kompasianer yang diundang, juga panik menyiapkan baju batik dan celana bahan.

Akhirnya Oktober 2016, pada perhelatan Kompasianival, kang Pepih menyatakan mengundurkan diri setelah 8 tahun bersama Kompasiana. Tongkat estafet beralih ke Iskandar Zulkarnaen (dengan panggilan kesayangan Isjet).

Era Isjet (2016-2018)
Revitalisasi sistem teknologi informasi besar-besaran dilakukan pada era kang Isjet. Banyak pro dan kontra karena hilangnya tulisan lama, susahnya log-in, sistem penghitungan jumlah pembaca yang acap kali mereset sendiri dan keluhan lain.

Pada era Isjet, acara kumpul Komunitas mulai dipisahkan dari Kompasianival. Pada acara ini dibagikan penghargaan bagi komunitas yang paling banyak berkegiatan.

Iskandar Zulkarnaen (sumber: kompasiana.com)
Iskandar Zulkarnaen (sumber: kompasiana.com)

Pada 23 Februari 2017 diluncurkan slogan dan logo baru Kompasiana. Slogan "Sharing. Connecting" diganti menjadi "Beyond Blogging" dan transformasi bentuk logo yang menggambarkan peran serta Kompasiana menyatukan blogger dengan latar belakang pendidikan, letak geografis, usia dan minat yang berbeda untuk bersinergi dalam berbagi konten positif bersama. 

Slogan "#Beyond Blogging" (lebih dari sekadar ngeblog) mengukuhkan Kompasiana dengan tiga pilar utamanya, yakni platform blog, pengolahan konten yang baik dan berkualitas serta big data.

K-Reward dicanangkan pada era Isjet tepatnya Maret 2018 juga masih banyak didera pro-kontra hingga kini. Dari segi kecepatan pengumuman patut diapresiasi sudah makin membaik, karena basis data yang kuat pada era Nurul jauh lebih cepat ketimbang era Isjet. Pembayaran K-Reward bermula melalui aplikasi Link (Bank Mandiri) lalu berubah ke GoPay (GoJek).

Namun dasar pemberian K-Reward masih banyak yang mempertanyakan, sehingga masih banyak yang apatis dengan program ini. Hanya saja program K-Reward ini sulit dihilangkan karena pesaing sudah memberikan reward lebih awal. Jadi yang perlu diperbaiki adalah sistem penilaiannya.

Era Nurullah (2018-sekarang)
Nurullah akhirnya naik ke puncak pimpinan Kompasiana setelah kang Isjet mengundurkan diri. Kalau diperhatikan era Nurullah belum banyak melakukan gerakan perubahan. Era ini melanjutkan program-program yang sudah ada dan memperbaiki sistem teknologi informasi agar lebih stabil.

Meski begitu, Nurullah masih sering mengeluh tidak bisa tidur nyenyak karena masih sering diganggu keluhan Kompasianer yang gagal log-in. Salah satu program yang muncul di era Nurullah adalah Kursor (Kumpul Rame Sore Sore).

Nurullah (sumber: daengbattala.com)
Nurullah (sumber: daengbattala.com)

Juga program menulis marathon selama bulan Ramadhan bertajuk "Tebar Hikmah Ramadhan", yang merupakan penyempurnaan dari program THR Kompasiana pada tahun-tahun sebelumnya, sukses selama dua tahun berturut-turut. Hanya saja tata cara pemberian hadiahnya perlu dikaji ulang, agar hadiahnya benar-benar dapat berfungsi sebagai THR dari Kompasiana. 

Misalnya periode minggu pertama, hadiah sudah bisa diterima pada minggu ke tiga, periode minggu ke dua, hadiah sudah bisa diterima pada H-1 sebelum Idul Fitri. Periode minggu ke tiga dan ke empat boleh hadiahnya dibagikan paska Idul Fitri, termasuk hadiah utama bagi yang secara penuh mengikuti lomba menulis marathon ini.

Ciri kepemimpinan Nurullah lebih banyak bermain dengan data. Itulah sebabnya Nurullah dapat berbangga pada ulang tahun Kompasiana ke 11 telah mengalami kemajuan secara statistik akselerasi, baik page view, content, anggota baru maupun jumlah penulis aktif. Dan secara statistik, Nurullah dengan mudah mencanangkan target secara data kuantitatif untuk tahun 2020.

Apakah gaya kepemimpinan berbasis data ini memuaskan Kompasianer? Belum tentu, karena pada tiap acara kopdar, masih banyak terdengar keluhan disana-sini. Nurullah dan team tidak boleh sekedar bangga dengan tingginya pencapaian berbasis angka saja. Masih perlu menggali masukan dari Kompasianer guna memanusiakan para Kompasianer.

Sudah ada tiga nakhoda yang mengendalikan biduk besar Kompasiana, kita tidak perlu membuat perbandingan siapa yang terbaik. Secara bijak ambillah nilai-nilai positif, dan hapuskan cuitan negatif, agar Kompasiana terus bertumbuh. Keunikan dari masing-masing COO inilah yang membuat para Kompasianer makin sayang kepada Kompasiana.

Selamat ulang tahun Kompasiana ke 11. Dirgahayu #11TahunKompasiana ! Semoga terus bertumbuh dan mampu memuaskan pembaca dan penulisnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun