Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Dua Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Mengelola Komunitas

9 September 2019   09:31 Diperbarui: 9 September 2019   12:50 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekarang orang dengan mudah membentuk komunitas. Apalagi ditunjang oleh faktor komunikasi yang memudahkan untuk saling berinteraksi. Namun tidak semudah membentuknya, pengelolaan sebuah komunitas memerlukan figur dan tenaga sukarela yang ringan tangan dan mau memikirkan pembangunan sebuah komunitas. Karena yang dikelola adalah manusia, yang masing-masing memiliki keunikan tersendiri.

Komunitas dapat terbentuk berdasar hobi atau minat, misal sama-sama senang menulis, senang nonton film, senang kuliner, senang jalan-jalan, senang main games, pecinta satwa, senang lari, senang gowes, senang jalan kaki maupun senang nonton sepak bola, tenis, bulu tangkis, basket, balap motor maupun balap mobil Formula 1.

Komunitas juga dapat terbentuk berdasar kesamaan domisili misal komunitas di kompleks perumahan BSD City, penulis di Tangerang Selatan, pelari di Bintaro, maupun kesamaan usia, misal komunitas ibu-ibu yang paska melahirkan.

Agar komunitas dapat berkembang, Ainun Chomsun, pendiri Akademi Berbagi berbagi ilmu dalam acara BSD City Community Gathering 2019 pada 8 September 2019. Empat faktor yang menjamin eksistensi komunitas adalah adanya rasa saling percaya, partisipasi aktif dari sebagian besar anggota, terbentuknya identitas yang jelas serta memberikan manfaat dan ritual bagi anggota komunitas. Pengurus komunitas harus mampu menciptakan kebutuhan, bukan sekedar keseruan saja.

Kunci sukses membangun komunitas adalah bagaimana Anda mampu memahami perilaku manusia. Contoh paling sederhana, manusia sangat akrab dengan sosial media adalah disebabkan kebutuhan eksistensi. Hampir semua kegiatan sehari-hari diunggah ke sosial media, bahkan ada yang tidak sadar mengunggah hal-hal yang sudah tergolong privasi pribadi.

Empat kunci sebuah komunitas dapat disarikan dengan singkatan POST. P dari People,  siapa target audiens yang disasar untuk menjadi anggota. O dari Objective, apa tujuan komunitas didirikan atau dibentuk, S dari Strategy, terdapat tools, teamwork, timeline, activation, dan budget yang harus dikelola dengan seksama, dan T dari Technology, yakni menentukan platform dan harus user friendly.

Pada faktor keanggotaan ada empat hal yang patut diperhatikan adalah Reward, Role, Ritual, dan Regeneration.

Forum Tanya Jawab (dokpri)
Forum Tanya Jawab (dokpri)


Dua hal utama yang mampu membuat komunitas hancur atau bubar adalah:


1. Keuangan

Sebuah komunitas harus memiliki keuangan yang terjamin agar roda aktivitas komunitas dapat selalu bergerak. Keuangan bisa dikumpulkan melalui iuran keanggotaan, saweran sukarela maupun upaya mencari dan bekerja sama dengan sponsor.

Yang terpenting adalah keterbukaan terbatas antara pengurus dan anggota. Disebut "terbatas" karena tidak perlu semua faktor keuangan harus dibuka kepada anggota. Namun bila ada anggota yang mempertanyakan penurus harus dengan bijak bersedia memberikan penjelasan secara terbuka dan transparan.

Contoh, bila sebuah komunitas menyelenggarakan lomba dengan hadiah dari sponsor. Bila diperlukan hadiah dikenakan potongan untuk kas komunitas, wajib diumumkan dari awal, misal hadiah akan dikenakan potongan 20% untuk kas komunitas.

Demikian pula dalam kerja sama dengan sponsor, pengurus wajib memiliki kontrak tertulis dengan sponsor. Khususnya mengenai kewajiban menyerahkan dana hadiah dalam berapa hari setelah pengumuman pemenang atau kalau memungkinkan berapa hari sebelum pengumuman pemenang. Sponsor yang ingkar janji atau wanprestasi, wajib diberi peringatan tertulis yang diketahui anggota komunitas, agar tidak ada kecurigaan dari anggota komunitas bahwa hadiah sengaja ditunda-tunda oleh pengurus.

Komunitas yang tidak memiliki transparansi dalam hal keuangan, dijamin akan terjadi saling curiga antara pengurus dan anggota, sehingga keutuhan komunitas akan sangat rentan dan kemungkinan besar untuk bubar sangat mungkin terjadi.

2. Regenerasi

Komunitas yang sehat adalah komunitas yang memiliki roda organisasi yang berputar sejalan waktu. Pengurus berganti setiap periode sehingga menghilangkan unsur kultus individu. Meski tetap diakui masih diperlukannya faktor figur panutan, tetapi tidak harus pendiri menjadi ketua seumur hidup.

Pendiri yang bijak harus menyiapkan regenerasi, paling tidak memilih lima calon pemimpin pengganti yang dapat diuji selama masa kepemimpinannya. Pendiri atau ketua eksis harus berani memberikan kepercayaan penuh kepada calon pemimpin pengganti dalam event-event besar. Disinilah kesempatan menilai dan menguji kemampuan sang calon pemimpin pengganti. Kalaupun harus mengalami kegagalan, harus mampu diterima sebagai proses pembelajaran atau pengkaderan.

Pendiri atau ketua eksis meski sering "gatal" untuk ikut bertindak, karena kawatir event tidak bisa berjalan sempurna atau calon pemimpin pengganti dinilai terlalu lamban, tetap perlu diberikan ruang untuk berkiprah sesuai kemampuannya. Pendiri atau ketua eksis hanya boleh memberikan petunjuk saat evaluasi.

Dengan cara ini regenerasi dapat terbentuk, sehingga pendiri atau ketua eksis tidak perlu harus menjadi ketua seumur hidup. Biarlah komunitas berkembang dan bergerak dengan alih kepemimpian yang wajar dengan terpilihnya kader yang mumpuni.

Bila dua hal utama ini dapat berlangsung baik, kemungkinan ancaman perpecahan akan dapat teratasi. Selamat ber komunitas!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun