Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Brothers", Film Belanda Mengenai Kemelut Suriah

21 April 2019   11:28 Diperbarui: 23 April 2019   17:36 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Europe On Screen (EOS) kembali hadir di Indonesia dari tanggal 18-30 April 2019 di sejumlah kota, yakni Jakarta, Bekasi, Tangerang, Bandung, Medan, Denpasar, Yogyakarta dan Surabaya.
Atas undangan Cinemags dan Komik, saya mendapat kesempatan untuk menyaksikan salah satu film yang diputar di Institut Francais Indonesia (IFI) Jakarta pada 19 April 2019.
Film yang ditonton produksi tahun 2017 merupakan film buatan Belanda berjudul "Brothers" atau "Broeders" dalam bahasa aslinya yakni Bahasa Belanda. Film ini menggunakan bahasa Belanda dengan sub title dalam bahasa Inggris.
Sinopsis
Film yang disutradarai oleh Hanro Smitsman ini menampilkan kisah petualangan kakak beradik Mourad dan Hasan yang nekad ke Suriah guna mencari adiknya Yasin. Yasin semula diketahui bekerja di tempat pengungsian korban perang saudara di Suriah. 
Hasan dan Mourad tinggal di Belanda, keduanya ingin menyatukan keluarganya yang tercerai berai. Hasan yang mula-mula mencari Yasin di tempat pengungsian, gagal menemukan Yasin dan hanya bertemu dengan saudara dari pacar Yasin yang memberitahukan bahwa Yasin bersama pacarnya Zuha ke Suriah untuk melamar Zuha pada orang tuanya. Karena Hasan bertekad untuk mencari Yasin ke Suriah, adik Zuha menitipkan surat untuk diserahkan kepada keluarganya.
Untuk menuju Suriah yang sedang dilanda konflik perang saudara, Hasan dibantu saudaranya, Mourad yang memiliki latar belakang militer. Keduanya memasuki wilayah Suriah melalui Yordania.
Meski sempat dirampok pada awal tiba di Suriah, keduanya tetap bertekad mencari Yasin di rumah Zuha. Setelah dengan susah payah berhasil menemukan rumah Zuha, mereka hanya bertemu dengan ayah Zuha dan kakak perempuan Zuha, keduanya sangat senang membaca surat dari adik Zuha yang selamat di pengungsian. Kakak perempuan Zuha hanya memberitahukan bahwa Zuha sudah meninggal dan tidak mengetahui keberadaan Yasin.
Hampir putus asa karena tidak tahu harus mencari Yasin dimana, keduanya memperoleh titik terang dari celoteh anak lelaki kakak Zuha yang memberitahukan bahwa Yasin sedang membalas dendam atas kematian Zuha dan carilah di masjid tempat pasukan pemberontak atas pemerintahan Assad.
Setelah menemukan masjid tersebut, saat sedang melakukan ibadah sholat, keduanya dicurigai karena berkomunikasi menggunakan bahasa Belanda. Ketika ditanya, mereka mengakui sedang mencari adiknya Yasin di Suriah, orang itu menyanggupi akan mempertemukan keduanya dengan Yasin dan harap menunggu jemputan di luar masjid.
Ternyata penjemputan dilakukan oleh kelompok pemberontak yang membawa ke markas mereka dengan mata ditutup. Setelah dipertemukan dengan Yasin, Yasin mengenali keduanya sebagai saudaranya. 
Meski sudah terbukti sebagai saudara Yasin, keduanya tetap diperlakukan sebagai tahanan sebelum membuktikan loyalitas pada pimpinan pasukan pemberontak. Caranya harus bersedia mengeksekusi pasukan Assad yang tertangkap, seperti yang pernah dilakukan oleh Yasin.
Yasin yang sering menemui saudaranya di tempat tahanan, menceritakan kisahnya hingga bergabung dengan pasukan pemberontak. Dalam perjalanan keluar dari Suriah, Yasin dan Zuha yang menumpang kendaraan harus melalui pemeriksaan pasukan pemerintah Assad. 
Dalam pemeriksaan diketemukan sebuah koper yang berisi senjata dan ditengarai milik Zuha. Maka tanpa menghiraukan alasan Zuha, Zuha langsung ditangkap dan digelandang ke dalam tank. Yasin yang ingin menyelamatkan pacarnya, ditodong senjata sehingga tak mampu menyelamatkan Zuha.
Yasin dengan penumpang lainnya diperbolehkan melanjutkan perjalanan, hingga menemukan mayat-mayat yang dibuang di pinggir jalan, dan salah satunya adalah mayat Zuha. Yasin sangat sedih dan bertekad membalas dendam atas kematian pacarnya. Tiada jalan lain, Yasin harus bergabung dengan pasukan pemberontak. 
Hasan dan Mourad mendesak Yasin untuk bersedia meninggalkan pasukan pemberontak dan mengikuti keduanya ke Belanda, demi menyatukan kembali keluarga yang tercerai berai. Dalam kegalauannya, akhirnya Yasin bersedia kabur dan memimpin pelarian dengan cara mencuri mobil saat orang-orang sedang sholat. Tindakan mereka diketahui sehingga terjadilah kejar-kejaran.
Bagi yang ingin menyaksikan akhir film ini, masih dapat menyaksikan di Erasmus Huis tanggal 21 April 2019 jam 19.45 WIB atau  Goethehaus tanggal 22 April 2019 jam 17.00 WIB.
Secara sinematografis film ini kualitasnya bagus dalam pengambilan sudut-sudut gambar. Aksi dan dialog dari pemainnya juga sangat kuat. Film ini mampu menggambarkan pahitnya derita akibat konflik perang saudara pada sebuah negara. Dan sangat patut disaksikan.
Data Film
Genre : Drama
Sutradara : Hanro Smitsman
Artis :  Achmed Akkabi, Walid Benmbarek, Bilal Wahib
Durasi : 93 menit
Rating : 17 tahun ke atas
Penghargaan : Best Film pada Giffoni Film Festival 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun