Kota Tangerang Selatan, sering disebut Tangsel adalah kota yang masih muda di provinsi Banten, usianya masih tergolong lepas dari usia anak-anak menuju remaja bila disetarakan dengan manusia, baru mencapai 10 tahun. Kota Tangsel merupakan pemekaran dari Kabupaten Tangerang dan merupakan kota satelit bagi ibukota negara Republik Indonesia bersama Kota Tangerang, Bekasi, Depok dan Bogor, resmi disahkan oleh Kementerian Dalam Negeri pada tanggal 29 Oktober 2008.
Secara struktur pemerintahan daerah, Kota Tangsel memiliki tujuh kecamatan, yakni Ciputat, Ciputat Timur, Pamulang, Pondok Aren, Serpong, Serpong Utara dan Setu. Meski tergolong kota baru, namun secara infrastruktur kota ini tidak kalah dibandingkan empat kota penyangga ibukota lainnya.Â
Sudah memiliki kantor walikota yang megah, beberapa mall besar (Teras Kota, Breeze, Aeon, Alam Sutera, Living World, Bintaro Xchange), rumah sakit besar (RSUD Tangsel, Eka Hospital, Omni dan Bintaro) serta perguruan tinggi negeri dan swasta (Institut Teknologi Indonesia, Universitas Pamulang, Universitas Pembangunan Jaya, Universitas Muhammadiyah, Universitas Terbuka dan UIN Syarif Hidayatulah).
Beberapa perumahan elite juga sudah berdiri di Kota Tangsel, seperti Bintaro Jaya, BSD City, dan Alam Sutera (meski berbagi dengan tetangganya seperti Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang, sarana kuliner tempat warga bersantai di akhir pekan atau liburan, seperti Flavor Bliss, Kampoeng Aer, Bintaro 9 Walk dan beberapa mall besar. Â Kawasan wisata juga sudah terbentuk, seperti Taman Kota 1 dan 2, Situ Gintung, dan Ocean Park.
Secara perekonomian, Kota Tangsel didominasi oleh sektor tersier yakni pengangkutan dan transportasi (di atas 30%), hotel dan restoran (di atas 26%), jasa (17%), dan perbankan (15%). Sektor primer pertanian dan pertambangan sangat minim dibawah 2%, Â sedangkan sektor sekunder industri, air bersih, listrik, gas dan konstruksi hanya sekitar 9%.
Batik Tangsel
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tangsel sangat giat membantu mengembangkan bisnis UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah), salah satu UMKM yang cukup menonjol adalah usaha Batik Tangsel. Meski secara sejarah, asal muasal Batik Tangsel tidak lepas dari budaya provinsi Banten yang sudah memiliki Batik Banten. Batik Tangsel dapat membuat warga kota Tangsel bangga, karena keelokan Batik Tangsel mencerminkan unsur etnik yang memiliki ciri khas yang mudah ditengarai yakni selalu menonjolkan kearifan lokal kota Tangsel.
Setelah selesai menggambar pola batik, dilakukan proses pewarnaan dan pencelupan. Makin banyak warna, makin rumit prosesnya. Dilanjutkan dengan proses plorotan atau penghapusan lilin, baru kemudian di bilas, dan dijemur sampai kering. Sebaliknya batik cap, prosesnya hanya melakukan proses stempel pola batik di atas kain polosan, sehingga kurang tinggi nilai seninya.
Motif Batik Tangsel
Motif Batik Tangsel tidak lepas dari asalnya yakni Batik Banten, yang banyak menggunakan kearifan lokal. Sebut saja motif Pesona Krakatau, yang menggambarkan keindahan Gunung Krakatau yang terkenal dengan semburan laharnya yang indah. Motif ini sudah pantas disejajarkan dengan motif Mega Mendung (Cirebon), Kawung (Yogya) maupun Sido Mukti (Solo).Â
Motif Batik Tangsel juga banyak dipengaruhi oleh budaya Betawi, Â seperti adanya motif Ondel-Ondel, dan tentunya budaya Banten yang diwujudkan dalam motif Blandongan, rumah etnik khas, Debus dan Albantani diilhami motif keramik yang terdapat pada masjid dan kesultanan Banten. Beberapa kearifan lokal lainnya yant ditampilkan dalam motif batik etnik adalah Ikan Bandeng dan Ayam Werang, ke duanya merupakan fauna yang hidup di Kota Tangsel, Provinsi Banten.Â
Flora khas Tangsel juga tidak luput dari garapan pengrajin batik Tangsel, Kacang sebagai hasil bumi kota Tangsel diabadikan dalam motif Kacang Sangrai, juga bunga Anggrek adalah motif Batik Tangsel yang banyak diminati karena merupakan bunga khas kota Tangsel.
Masih banyak lagi, sebut saja motif Situ Gintung, Lereng Jawara Banten (senjata golok khas Banten), Sekar Jagat dan Stasiun Sudimara yang merupakan sederetan karya kreatif pengrajin batik Tangsel dengan citra seni tinggi yang mengadaptasi ikon yang ada di provinsi Banten.
Batik Tangsel dikenal memiliki warna cerah, seperti halnya corak batik pantai Utara lainnya (Cirebon, Pekalongan dan Lasem). Dengan warna hijau toska, merah, kuning yang dipadukan dengan warna coklat dan hitam.
Pemasaran Batik Tangsel
UMKM Kota Tangsel khususnya para pengrajin Batik Tangsel cukup beruntung, karena Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tangsel cepat tanggal dan banyak membantu memberikan arahan guna memajukan pemasaran Batik Tangsel.  Para pengrajin sering mendapatkan pelatihan pemasaran agar menerapkan konsep 5P (Product, Price, Place, Promotion dan People).
Produknya sudah ada dan bernilai seni tinggi, produk dapat dikembangkan tidak sekedar menggelar produk tradisional saja, tetapi juga dapat dikembangkan  dengan produk kontemporer yang lebih diminati kaum milenial. Harga tentu disesuaikan dengan tingkat kesulitan proses produksinya, batik tulis tentu dijual lebih tinggi ketimbang batik cap. Sedangkan tempat penjualan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, baik secara online (e-commerce) maupun offline.Â
 Tidak sekedar toko batik atau gallery batik di hotel-hotel, pengrajin Batik Tangsel juga dapat menciptakan sebuah Kampung Batik, sebagai kawasan untuk produksi dan pemasaran batik, seperti yang telah dilakukan oleh pengrajin Batik Laweyan-Solo dan Trusmi-Cirebon. Faktor pengiriman barang juga patut dipikirkan dengan seksama, pengiriman pesanan yang tepat waktu tentu akan meningkatkan kepuasan pelanggan.
Untuk promosi, proses pemasaran di dalam negeri maupun luar negeri harus dilakukan, tidak cukup puas saat pameran, dengan berhasil menjual batik  berkoper-koper, tetapi harus ada kesinambungan dari waktu ke waktu. Hal ini guna mencegah masuknya pesaing yang lebih agresif, yang mengurangi nilai seni tetapi hanya berkompetisi dari sisi harga jual. Sementara peningkatan kualitas sumber daya manusia guna melestarikan nilai seni produk Batik Tangsel juga perlu disiapkan dari waktu ke waktu.
Kisah Sukses
Salah satu UMKM pengrajin batik etnik Tangsel yang tergolong sukses adalah Neilty yang tetap mempertahankan batik tulis klasik sejak 2005, namun juga berani masuk ke batik kontemporer, inilah salah satu kunci suksesnya. Kaum muda perlu dirangkul agar tidak enggan mengenakan busana berbahan batik, berbusana batik tidak terkesan kuno namun tetap tampak keren. Pemakai batik harus mampu memadu padankan, seperti saat melilitkan kain batik untuk bawahan, atasan harus disesuaikan agar tampak serasi.
JNE juga sangat menguntungkan UMKM, karena memiliki fasilitas JNE Pickup Point yang bersedia mengambil paket kiriman tanpa pengusaha UMKM harus mendatangai gerai JNE. Bila diperlukan pengiriman dalam waktu cepat, misal untuk kebutuhan pesta, JNE memiliki fasilitan YES (Yakin Esok Sampai), khususnya untuk tujuan kota-kota besar yang memiliki bandar udara. Untuk memeriksa paket kiriman sudah berada dimana, JNE juga memiliki fasilitas pelacakan (tracking) sehingga pengusaha UMKM Batik Tangsel mampu memberikan informasi yang akurat kepada pemesan Batik Tangsel.
Yuk ikuti jejak Neilty, mengembangkan potensi Batik Tangsel agar batik Tangsel yang dikembangkan oleh UMKM di kota Tangsel terus berkembang. Batik Tangsel dapat digunakan untuk seragam kantor, seragam sekolah maupun digunakan untuk busana pesta. Untuk urusan pengantaran, jangan kawatir karena semua fasilitas JNE akan mempermudah tibanya paket pesanan ke tempat pelanggan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H