Seperti yang telah kita ketahui bersama dari sejarah Macau, pada tahun 1557 pernah dikuasai pemerintah kolonial Portugis. Sejak 1670 disewakan kepada Tiongkok dan berkembang menjadi pelabuhan perdagangan antara Portugis dan Tiongkok. Â Macau akhirnya kembali kepangkuan pemerintah Tiongkok, bersamaan dengan kembalinya HongKong sejak 20 Desember 1999.
Itulah sebabnya Anda dapat menemukan sisa-sisa bangunan Eropa maupun kuliner Portugis di Macau. Dalam perjalanan singkat di Macau saya menemukan sebuah jalan atau tepatnya gang yang tidak dapat dilalui mobil, karena terdiri dari undakan dan jalanan ini menyimpan cukup banyak sisa-sisa bangunan Portugis awal abad 19.
Di Macau, Anda juga dapat menemukan makam Eropa yang indah dan tertata rapi di jalan Cemeterio de S. Michuel Arcanjo. Makam ini terbuka untuk umum dan boleh dikunjungi dari jam 08.00 - 18.00 waktu Macau. Waktu di Macau satu jam lebih cepat daripada waktu di Jakarta (Waktu Indonesia Barat) atau sama dengan waktu di Denpasar / Balikpapan (Waktu Indonesia Tengah).
Meski kuliner Macau dikuasai hampir 80% oleh masakan Tionghoa (chinese food), namun bila Anda jeli, Anda masih dapat mencicipi kuliner Portugis tanpa harus terbang ke Eropa.
Ciri khas masakan Portugis harus disiapkan dengan teliti sehingga waktu penyajiannya cukup lama. Saya pernah mengunjungi salah satu cafe yang menyediakan kuliner Portugis dan saya memesan Baked Pork Chop Rice in Portuegese Style, hidangan keluar setelah saya menunggu hampir 30 menit, padahal saya adalah tamu pertama pada waktu makan siang itu.Â
Sebuah kuliner asal Portugis yang sudah menjadi ikon kota Macau dan wajib Anda cicipi adalah Portuguese egg taart, sebuah kue dari bahan telur dengan pinggiran yang crunchy. Begitu digigit serasa fla-nya lumer di mulut.
Ada juga kuliner yang merupakan akulturasi budaya Portugis dan Tiongkok, sebut saja Pork Chop Bun yang berupa daging babi panggang yang disajikan bersama sepotong roti (bun). Cara penyajiannya mirip burger.
Macau pada November tahun 2017 diganjar predikat "Creative City for Gastronomy for 2018" oleh Unesco karena kemampuannya melestarikan kuliner "West Meets East".
Baik peninggalan fisik maupun budaya Portugis tetap dipertahankan di Macau, termasuk nama-nama jalan juga masih menggunakan nama-nama Portugis, seperti Calcada, Avenida, Rua do dan Estrada de.
Yuk ke Macau dimana kebesaran Eropa bergabung dengan kecantikan Asia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H