Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kenapa Harus Ada "Salam Tempel" di Hari Lebaran?

11 Juni 2018   03:32 Diperbarui: 13 Juni 2018   07:01 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salam Tempel di Hari Lebaran (sumber: www.indoindians.com)

Kalau kita mempelajari haditz, agama Islam mengizinkan untuk memberi hadiah. "Hendaknya kamu saling memberi hadiah, sesungguhnya pemberian hadiah itu dapat melenyapkan kedengkian" (HR Tirmidzi dan Ahmad).

Salam tempel sering terjadi saat anak-anak mengucapkan selamat Idul Fitri kepada orang tua, dan saling bermaaf-maafan. Konon salam tempel ini mengadopsi dari kebiasaan bangsa Tionghoa. Orang yang lebih tua atau sudah menikah, memberikan angpau dalam sampul berwarna merah kepada anak-anak atau mereka yang masih lajang, dengan tujuan berbagi kegembiraan dari yang tua (lebih mampu) kepada yang muda (yang belum mampu mencari uang). 

Di kalangan umat Islam terjadi pro dan kontra, ada yang menyebut tradisi memberi salam tempel ini juga berlangsung di Timur Tengah, namun ada juga yang menyangkalnya.

Pemberi dan Penerima

Sama seperti tradisi pada bangsa Tionghoa saat hari raya Imlek, pada saat Lebaran, setelah selesai sholat Idul Fitri, anak-anak dengan pakaian baru mencari orang tua untuk minta maaf atas kesalahan selama ini, lalu orang tua dan anak saling memaafkan. Usai bermaaf-maafan, lazimnya orang tua menyelipkan amplop putih berisi sejumlah uang. 

Anak-anak tentu senang setiap selesai minta maaf, lalu menerima salam tempel. Bahkan ada yang bersaing guna mendapatkan salam tempel sebanyak-banyaknya. Dengan uang salam tempel yang diperoleh, anak-anak dapat mengunduh games berbayar yang baru dan sedang diincarnya. Ada juga yang untuk membeli telepon genggam atau untuk nonton bioskop.

Penerima salam tempel, selain anak-anak, boleh juga remaja yang belum bekerja dan belum menikah, karena mereka dianggap belum dewasa.

Besaran nilai uang dalam salam tempel tidak ada batasannya. Lazimnya berkisar dari 2.000-50.000 Rupiah. Itulah sebabnya menjelang libur Lebaran, Bank Indonesia menyediakan penukaran uang baru dengan nominal 2, 5, 10, 20 dan 50 Ribu Rupiah secara gratis.

Karena keterbatasan jam buka bank, tepat H-1 menjelang Lebaran, banyak orang biasa yang kreatif menyediakan uang baru dengan mengambil keuntungan 5-10 ribu Rupiah per penukaran 100 ribu Rupiah. Jadi dengan menyerahkan satu lembar uang nominal 100 ribu Rupiah hanya mendapatkan 18-19 lembar uang 5 ribuan, tergantung kepandaian tawar menawar.

Pro dan Kontra

Pemberian salam tempel ini hendaknya tidak menyebabkan anak-anak menjadi mata duitan atau matre (materialistis). Anak-anak meski tidak mendapat salam tempel atau menerima salam tempel dengan nilai kecil, tidak boleh protes atau bersikap kurang sopan terhadap orang tua. Karena sifat pemberian salam tempel ini adalah sukarela.

Sebaliknya orang tua juga jangan memaksakan diri untuk memberi salam tempel dengan nilai berlebihan, apalagi sampai berhutang. Uang yang dibagikan harus uang halal, jangan hasil korupsi atau uang riba.

Bagi anak-anak penerima salam tempel, sebaiknya diarahkan untuk ditabung di Bank. Jadi anak-anak diajarkan untuk tidak boros, tidak konsumtif dan belajar mengatur uang.

Salam tempel juga dapat diberikan dengan pesan khusus, agar anak-anak rajin sholat lima waktu, rajin mengaji atau besarannya disetarakan dengan prestasi mencapai target puasa selama bulan Ramadhan. 

Jadi, ambillah nilai positifnya saja, dan buang jauh-jauh sifat negatifnya.

(Macau, June 11, 2018)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun