Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengenal Lebih Jauh Batavia Baru

21 Maret 2018   11:02 Diperbarui: 21 Maret 2018   12:16 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Spaghetti Ice Cream Ragusa (sumber: Jakarta Food Traveler)

Bagi kebanyakan warga Jakarta maupun para pecinta jalan-jalan, ikon bagi kota Jakarta adalah Kota Tua. Kota Tua adalah kawasan dengan bangunan berarsitektur Eropa yang merupakan cikal bakal pemerintahan bagi wilayah Jakarta dan sekitarnya yang saat itu dikenal dengan nama Batavia.

Ternyata, selain Kota Tua ada lagi sejarah kota Batavia yang perlu kita pahami, yakni Batavia Baru atau Nieu Batavia atau Weltevreden. Kawasan ini terletak di sekitar stasiun kereta api Gambir sekarang. Disebut Batavia Baru, karena merupakan bagian kota yang baru dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda guna memindahkan pusat kota yang semula di kawasan Kota Tua ke kawasan Gambir, akibat wabah malaria yang banyak memakan korban.

Jakarta Food Traveler telah merancang sebuah tour jalan kaki guna menjelajah kawasan Batavia Baru ini. Tour ini visinya jelajah budaya dan jelajah kuliner.

Sebagai titik kumpul tour diawali dari stasiun kereta api Gambir, disitu peserta boleh memuaskan hobby kuliner dengan aneka kuliner manca negara yang membuka gerainya. Salah satu yang paling nge trend adalah kuliner Jepang berbentuk ikan di gerai Fujisan Taiyaki.

Taiyaki (sumber: Jakarta Food Traveler)
Taiyaki (sumber: Jakarta Food Traveler)
Perjalanan kemudian dilanjutkan mengarah ke Gereja Immanuel yang terletak di depan stasiun kereta api Gambir, merupakan gereja Kristen Protestan yang dibangun tahun 1835 dan selesai empat tahun kemudian dan merupakan hasil karya arsitek J.H. Horst. Bercorak bundar dengan pilar-pilar Paladian.

Guna menghormati raja Belanda Willem I (1813-1840) maka ada prasasti bertuliskan Willemskerk pada salah satu dinding gereja. Di gereja ini juga terdapat orgel buatan J. Datz tahun 1843 dari negeri Belanda. Bila Anda sedang beruntung, Anda dapat mencicipi aneka kuliner Manado yang dijajakan di pelataran gereja, seperti pisang goreng sambal roa, papeda dan lain-lain dengan harga miring.

Perjalanan diarahkan menuju Gedung Pancasila yang dulu pernah digunakan sebagai Volksraad dan melalui Taman Lapangan Banteng.

Perjalanan dilanjutkan mengarah ke gereja Katedral Jakarta. Gereja dengan nama resmi Santa Maria Pelindung Diangkat Ke Surga atau De Kerk van Onze Lieve Vrouwe ten Hemelopneming ini diresmikan tahun 1901 dibangun dengan arsitektur neo-gotik.

Gereja Katedral yang sekarang bukanlah bentuk aslinya, karena merupakan hasil pemugaran karena gereja yang pernah dibangun tahun 1810 mengalami kebakaran pada tahun 1826.  Gereja Katedral merupakan gereja bagi mereka yang beragama Katolik. Perancang gereja yang saat ini masih digunakan untuk perayaan misa kudus dirancang oleh Pastor Antonius Dijkmans.

Tepat diseberang gereja Katedral Jakarta, berdiri megah Masjid Istiqlal, sebuah masjid terbesar nomor tiga di dunia. Setelah menyaksikan dan mengagumi keindahan dan keanggunan Masjid Istiqlal, perjalanan diarahkan menuju ke jalan Veteran I untuk menikmati Ice Cream Ragusa Es Italia. Gerai penjaja ice cream yang selalu ramai dengan menu andalan Tutti Frutti dan Spaghetti Ice Cream.

Spaghetti Ice Cream Ragusa (sumber: Jakarta Food Traveler)
Spaghetti Ice Cream Ragusa (sumber: Jakarta Food Traveler)
Sebagai titik akhir perjalanan, peserta diajak mengunjungi dan berswa foto di rumah makan elite "Dapur Babah". Rumah makan yang menempati bangunan kuno yang sudah dipugar ini menampilkan atmosfir klasik khas peranakan Tionghoa.

Dapur Babah (sumber: Jakarta Food Traveler)
Dapur Babah (sumber: Jakarta Food Traveler)
Bagi peserta yang berminat mencicipi kelezatan masakan Dapur Babah yang berupa masakan Indonesia dengan pengaruh budaya Tionghoa seperti Sayur Lodeh, Bistik Daging, Nasi Pindang dan Fuyunghai, dapat memesan makanan, tentunya dengan beaya sendiri.

Perjalanan menjelajah kawasan Batavia Baru ini akan memperkaya sikap toleransi beragama Anda, sekaligus menikmati kuliner yang lezat dan memperluas jaringan pertemanan. Bagi Anda yang tertarik dengan perjalanan ini, silakan mendapatkan informasi lebih lanjut pada situs Jakarta Food Traveler (www.wisatakreatifjakarta.com).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun