Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjaga Harmonisasi Keluarga dari Filsafat Sumpit

1 Maret 2018   09:45 Diperbarui: 1 Maret 2018   22:30 879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumpit (sumber: www.inhabitat.com)

Perayaan Imlek tahun ini sudah hampir berakhir. Puncaknya adalah esok hari yang disebut perayaan Cap Go Meh, atau tanggal 15 pada penanggalan Tionghoa yang biasa bulan purnama akan menghiasi langit bila sedang tidak turun hujan. Sejalan dengan perayaan Imlek, kita dapat belajar dari filsafat sumpit (chopsticks) untuk mempertahankan keharmonisan rumah tangga.

Sumpit adalah dua potong bambu atau keramik bahkan logam. Lazimnya digunakan oleh bangsa Tionghoa untuk makan. Karena bangsa Tionghoa tidak menggunakan sendok-garpu atau pisau-garpu seperti bangsa Eropa.

Filosofi Sumpit

Sumpit harus sepasang, karena bila tidak sepasang tidak dapat digunakan untuk mengambil makanan. Di dalam keluarga dianalogikan suami isteri harus selalu bekerja sama dan saling mendukung. Sumpit juga melambangkan keterikatan, itulah sebabnya suami isteri harus bekerja sama.

Pernahkan Anda melihat ukuran sumpit yang berbeda panjang? Tidak ada, karena sumpit harus sama panjang. Hal ini dianalogikan dalam keluarga suami isteri harus saling menghormati dalam status yang sejajar, duduk sama rendah berdiri sama tinggi.

Untuk mengoperasikan sumpit, batang yang satu diam, sedangkan batang yang ke dua bergerak. Hal ini melambangkan suami isteri harus saling melengkapi. Kekurangan suami harus ditutup oleh kelebihan isteri, demikian pula sebaliknya.

Makanan enak ataupun tidak enak pasti akan terambil bersama. Hal ini menyiratkan dalam keluarga beban harus dipikul bersama.

Sumpit juga selalu terbuat dari bahan yang sama. Bila batang pertama terbuat dari emas, batang kedua juga harus dari emas. Bila menggunakan sumpit yang murah dari bambu, juga harus sama-sama dari bambu. Ini menggambarkan persamaan derajat dan kesimbangan dalam keluarga.

Sumpit hanya sanggup untuk mengambil makanan sedikit demi sedikit. Ini menunjukkan simbol anti keserakahan.  

Sumpit melambangkan kesederhanaan karena bentuknya yang sangat sederhana. Namun melambangkan keterbatasan karena dengan sumpit Anda hanya dapat mengambil isi makanan, tetapi tidak dapat mengambil kuahnya.

Dan terakhir sumpit melambangkan kesetiaan, karena sumpit adalah alat makan warisan yang sudah ada sejak ribuan tahun silam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun