Banyak ruas jalan di Jakarta makin macet  akhir-akhir ini, selain makin bertambahnya jumlah kendaraan pribadi yang berlalu lalang di jalanan ibukota Indonesia ini, namun juga disebabkan adanya proses pembangunan moda transportasi baru yang digadang-gadang akan menjadi solusi atas kemacetan di Jakarta selama ini.
Tidak lain dan tidak bukan adalah pembangunan infrastruktur MRT Jakarta. Wah, Jakarta dua tahun lagi akan menyerupai Singapura yang telah memiliki MRT yang sangat praktis dan ekonomis. Menurut laporan yang dirilis oleh PT MRT Jakarta pada akhir Juli 2017, pembangunan MRT Jakarta sudah mencapai 76%, sudah berhasil menyelesaikan 64% stasiun layang dan 88% stasiun bawah tanah.
Perubahan Gaya Hidup
Bila selama ini gaya hidup warga Jakarta didominasi kebanggaan bila memiliki kendaraan roda empat, baik untuk tranportasi keluarga maupun transportasi bisnis. Makin mahal kendaraan roda empat yang dimiliki, makin bangga dan tinggi rasa  percaya dirinya. Namun tanpa disadari, kebanggaan ini berdampak buruk bagi seluruh warga Jakarta, karena panjang jalan menjadi makin tidak seimbang dengan jumlah kendaraan roda empat, maka imbasnya adalah kemacetan dimana-mana.
Banyak upaya telah dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta, seperti memberlakukan konsep "3 In 1" dimana hanya kendaraan  roda empat dengan minimum tiga orang penumpang yang diizinkan melalui jalan protokol ibukota pada jam-jam tertentu, yang kini diganti menjadi penerapan nomor polisi genap ganjil sesuai tanggal. Juga perberlakukan jalur 'busway', agar kendaraan umum TransJakarta dapat melenggang cepat menembus belantara Jakarta. Serta perbaikan fasilitas Commuter Line yang dilakukan oleh PT KAI, berhasil memanusiakan kereta api dalam kota sehingga lebih nyaman dan tepat waktu.
MRT yang dikelola oleh PT MRT Jakarta akan mengoperasikan struktur layang yang membentang sepanjang 10 kilometer dari Lebak Bulus hingga Sisingamaraja. Sedangkan konstruksi bawah tanah membentang di dalam terowongan yang akan melintasi enam stasiun bawah tanah (Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas dan Bundaran Hotel Indonesia).
Selain pembangunan moda transportasi publik, guna kenyamanan pengguna transportasi publik, kini juga mulai dikembangkan pembangunan Transit Oriented Development (TOD) yakni sebuah konsep penggabungan stasiun MRT dengan stasiun moda transportasi lain, seperti LRT, Â TransJakarta, Commuter Line, Bis Umum dan koridor bagi pejalan kaki. Tujuannya agar pengguna transportasi publik dapat dengan mudah beralih ke moda transportasi lain guna melanjutkan perjalanannya. Saat ini sudah ada empat TOD yang sedang dibangun, yakni TOD Stasiun MRT Cipete, Stasiun MRT Dukuh Atas, Stasiun MRT Istora dan Stasiun MRT Blok M.
MRT Jakarta
Dengan akan mulai dioperasikannya MRT Jakarta, diharapkan warga Jakarta yang masih menggunakan transportasi pribadi mau segera berailih ke transportasi publik. Cara menggunakan fasilitas MRT Jakarta tidak terlalu sulit. Penumpang memasuki stasiun dan  membeli tiket secara manual atau melalui Ticket Vending Machine (TVM). Lalu tiket ditempelkan (tap in) pada pintu gerbang masuk, sama seperti pada penggunaan tiket Commuter Line dan TransJakarta. Penumpang dapat mengantre di peron menunggu MRT Jakarta memasuki peron. Setelah MRT Jakarta datang, penumpang menaiki MRT Jakarta, dan pada saat  turun  di stasiun  tujuan  juga  melalukan penempelan tiket pada gerbang keluar.
 Kemudahan menggunakan MRT Jakarta diharapkan mampu mengubah gaya hidup warga Jakarta, dan perubahan gaya hidup ini akan mampu mengubah Jakarta, dari kota macet menjadi kota yang nyaman dan manusiawi.