Ada dua jembatan yang berdekatan di London, yang pertama adalah ikon kota London yakni Tower Bridge dan yang ke dua adalah London Bridge yang mendadak menjadi terkenal akibat penyerangan aksi terror. Kami menyusuri Tower Bridge sebuah jembatan megah yang bisa diangkat apabila ada kapal besar yang hendak melintas sungai Thames. Jembatan ini memiliki panjang total 244 m dengan ketinggian 65 m. Tower Bridge adalah bangunan yang menjadi ikon kota London dan terletak di dekat Tower of London. Dibangun pada tahun 1886 sampai 1894 dan mulai digunakan secara resmi pada tanggal 22 Juni 1894.
Di sebelah Tower Bridge pada jarak 1.2 km berdiri London Bridge yang tampak jauh lebih sederhana, walaupun didirikan belakangan dan baru diresmikan pada tanggal 17 Maret 1973. Sengaja kami menyusuri kedua jembatan tersebut, sekaligus ingin melihat bagaimana kejadian teror yang terjadi pada tanggal 3 Juni 2017, di mana sebuah mobil van warna putih sengaja menabrak para pejalan kaki yang sedang melintas di London Bridge.
Kami melihat ucapan turut berduka cita di "ground zero" lokasi kejadian. Delapan orang korban dinyatakan meninggal dunia dan puluhan orang luka-luka dalam dua peristiwa beruntun. Pertama, ketika sebuah mobil van menabrak kerumunan pejalan kaki di trotoar London Bridge, sementara yang ke dua di Borough Market, tiga orang memasuki beberapa cafe dan restaurant yang terletak di ujung London Bridge. Ketiganya secara membabi buta menikam siapa saja yang berada di dekat mereka, sebelum akhirnya Polisi Metropolitan kota London menembak mati ketiganya. Benar-benar sebuah perbuatan biadab yang dilakukan trio Khuram Butt (warga negara Inggris keturunan Pakistan), Rachid Redouane (warga negara Inggris keturunan Pakistan), dan seorang lagi bukan warga negara Inggris.
Sulit untuk dibayangkan kalau Borough Market, pasar yang terkenal dengan sajian kuliner yang selalu penuh sesak, diserang oleh tiga orang "gila" bersenjata semacam pedang pendek. Pada jam makan Borough Market penuh sesak oleh orang-orang yang mengantri membeli makanan yang tersedia dari berbagai belahan dunia.
Kami sendiri mencicipi makanan khas London, yakni Fish and Chips, kuliner berbahan utama ikan dan kentang yang digoreng yang disajikan dengan saus Tar-Tar. Tekstur ikannya yang lembut dan rasanya yang gurih, serta ukuran kentang yang besar cukup membuat perut kenyang. Menyantap makanan sambil berdiri di tengah hiruk pikuk manusia, adalah satu keasyikan tersendiri. Kata William Shakespiere, "Be Englishmen when in London", itulah yang kami jalani.
Acara sore hari ditutup dengan berjalan-jalan di Oxford Street dan St. Regent Street. Kawasan ini penuh sesak manusia yang berjalan menenteng barang belanjaan. Saya sendiri tidak berbelanja dan memilih bersantai menikmati secangkir kopi sambil memandangi ribuan bahkan puluhan ribu manusia yang berlalu lalang.
Ada sebuah pemandangan yang diluar kelaziman di Indonesia, Â di hadapanku ada sepasang wanita lesbian sedang berciuman dengan mesra. Kalau di Indonesia tentu dianggap sangat tidak etis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H