Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ada Apa dengan Condet?

14 Mei 2017   20:41 Diperbarui: 14 Mei 2017   23:07 1579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyusuri Ciliwung (Sumber : Rahmi)

Perkebunan salak dan duku dibeli oleh orang Belanda lalu diberikan ke warga Condet. Saat kerajaan Mataram menyerang Betawi, dan mengalami kekalahan, sebagian melarikan diri ke daerah Condet dan beranak pinak dengan warga setempat.

Ada banyak datuk yang merupakan keturunan pangeran Jayakarta. Kisah yang paling melegenda dan menjadi nama tempat adalah saat Pangeran Astawana yang menaksir Siti Maemonah, orang tua si gadis minta dibuatkan istana, lalu Pangeran Astawana menyanggupi membuat istana dari batu yang mengampar, itulah asal nama Batu Ampar. Sedangkan nama Bale Kambang, menurut legenda berasal dari bale-bale yang ada pada rumah Betawi saat terkena banjir, bale-bale itu mengambang. Maka jadilah istilah Bale Kambang.

Lopis dan Apem Cangkir

Kami juga sempat mencicipi kudapan khas Betawi, yakni Lopis Betawi dan Apem Cangkir buatan Nyak Menah yang sudah berjualan lopis dan aneka penganan khas Betawi sejak berusia 15 tahun. Kini Nyak Menah sudah berusia 82 tahun, masih aktif berjualan tiap hari, fasih menyanyi lagu Belanda dan Jepang, serta  berpantun. Kalau sudah berpantun seru sekali, karena sulit dihentikan.

Nyak Menah diwawancarai media TV (Dokpri)
Nyak Menah diwawancarai media TV (Dokpri)
Lopis terbuat dari ketan dan kelapa, setelah dibungkus daun pisang ditanak dengan kayu bakar, panjangnya kira-kira 40 cm. Saat disajikan dipotong-potong. Sedangkan Apem Cangkir yang lebih dikenal sebagai kue mangkok, ukurannya lebih besar dari yang biasa dijajakan di kota.

Selain kedua kudapan khas Betawi, kami mendapat bonus manisan salak yang pedas serta buah potong pepaya dan nenas yang segar hasil petik dari kebun.

Menyusuri Ciliwung

Sambil melihat langsung kampung Betawi Arab Condet, kami menyusuri aliran sungai Ciliwung melalui jalan setapak, yang mendaki dan menurun serta cukup licin. Saat ini aliran sungai Ciliwung cukup lancar dan bersih, semenjak ada pengerukan sungai pada era pemerintahan Basuki-Djarot. Bahkan banjir yang selalu melanda kebun salak dan pemukiman penduduk hampir tidak pernah terjadi lagi. Dalam perjalanan, kami sempat menemukan sisa-sisa banjir, disitu berserakan sampah rumah tangga yang terbawa banjir,  yang sebaiknya segera dibersihkan guna melindungi warga dari penyakit.

Kunjungan ke Condet, kami akhiri dengan santap siang di Raya Food, sebuah resto khas Arab yang terkenal di kawasan Condet. Tersedia nasi mandy, nasi briyani, nasi kebuli, nasi kabsah, sambosa dan kuliner khas Arab lainnya.

Nasi Mandy (sumber: Reza)
Nasi Mandy (sumber: Reza)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun