Setelah dua komunitas Kompasiana melakukan kiprahnya bersama Danamon, Sabtu 6 Mei 2017 giliran Komik sebagai komunitas ke tiga menggelar acaranya. Dengan topik yang agak meleset sedikit waktunya, karena acara di gelar bulan Mei, namun topiknya sekitar film nasional (Hari Film Nasional, 30 Maret), perempuan (Hari Perempuan Sedunia, Maret) dan menampilkan tokoh perempuan yang lebih tepat pada bulan April (Kartini).
Meski begitu acara secara keseluruhan berlangsung sukses, mulai dari pendaftaran peserta, live IG, talk show peran perempuan dalam perfilman nasional, live FB, pengenalan Kartu Danamon Flazz, pengenalan Jaringan Prima, hingga nonton bareng (nobar) film nasional.
Dengan mengambil tema "Saatnya Sineas Perempuan Pegang Kendali Dikancah Perfilman Nasional", maka ditampilkan nara sumber perempuan-perempuan hebat, yakni Swastika Nohara, penulis skenario film "3 Srikandi" dan Balda Zain Faiziyyah, blogger film dengan blog ulasanfilm21.
Acara dilangsungkan di Lau's Kopi, Setiabudi One, Kuningan, Jakarta Selatan. Tentang Lau's Kopi, simak tulisan "Kuliner Melayu di Resto Nyaman".
Disinilah keseruan itu muncul, dan mengalir sampai acara selesai. Diawali dengan presensi, peserta diganjar kartu Danamon Flazz Edisi Reguler (Mercu Suar) dan tas apik, serta diminta memilih menu makan siang dari tiga pilhan yang tersedia.
Sineas Perempuan
Dipandu pembawa acara Dewi Puspasari, yang juga admin komunitas Komik, berhasil menghidupkan suasana sepanjang dua jam talk show dengan pertanyaan-pertanyaan yang cerdas kepada ke dua nara sumber. Talk show yang langsung menampilkan ke dua nara sumber, dibuka dengan tanya jawab seputar perempuan dalam perfilman nasional. Terungkap bahwa pada perkembangan 20 tahun terakhir, perfilman nasional mulai membaik dan eksplorasi lebih kaya, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Dari sekian banyak film nasional belum banyak yang bisa bersaing di kancah internasional. Untuk melawan film-film produksi Hollywood sangat jauh dari sisi marketingnya. Film nasional sudah bisa masuk nominasi, bahkan mendapatkan penghargaan pada beberapa festival film internasional. Film-film yang mewakili perempuan masa lampau seperti Kartini, Tjoet Nyak Dien sangat menginspirasi wanita Indonesia. Film "Kapan Kawin" sangat menarik dari sisi perempuan yang aktif, namun toh masih takut pada keputusan orang tuanya.
Swastika mempresentasikan sejarah perempuan dalam perfilman nasional. Dulu posisi perempuan dalam film nasional selalu sebagai obyek, seperti pada "Inem Pelayan Sexy", "Budak Nafsu", dan "Gadis Malam" yang mengumbar paha dan dada, sehingga memunculkan istilah artis "bom sex".
Beberapa film tentang perempuan maupun hasil karya  perempuan yang berhasil mencatat prestasi unggulan diantaranya Roekiah dengan "Terang Boelan" (1937), Ratna Asmara, sutradara "Sedap Malam" (1950), Titien Sumarni dengan "Seruni Salju" (1951), Citra Dewi, Mieke Wijaya, dan Indriati iskak dengan "Tiga Dara" (1956), serta Christine Hakim dengan 1973 "Cinta Pertama" (1973) dan "Tjoet Nyak Dien" (1988).
Ironisnya, saat perfilman nasional membaik, periode 1970-1993, tak ada satupun film nasional yang disutradarai perempuan. Dua film yang menokohkan perempuan dan berhasil diganjar Piala Citra sebagai film terbaik, masih menjual perempuan sebagai mahluk lemah: "Bernapas Dalam Lumpur" (Turino Djunaidy) dan "Perempuan Dalam Pasungan" (Ismail Subardjo). Hanya ada dua film yang menokohkan ketegaran perempuan, yakni "Arini, Masih Ada Kereta Yang Akan Lewat" dan "Tjoet Nyak Dien". Disamping film horor yang mampu mengorbitkan Suzanna sebagai Ratu Film Horor dengan serial "Nyi Blorong".
Film masa kini yang memiliki tokoh perempuan dan sukses adalah :"Kuldesak" (1998), "Petualangan Sherina" (2000), dan "Kartini" (2017). Munculnya sineas perempuan mampu memberi warna baru pada perfilman nasional, seperti Nia Dinata dalam film "Arisan" dan "Berbagi Suami", Non Achnas dalam "Pasir Berbisik" dan Upi Arianto dengan film "30 Hari Mencari Cinta".
"3 Srikandi" sebagai film documentary dan fiction yang skenarionya ditulis oleh Swastika melalui riset sejak November 2014, filmnya baru di rilis 2016. Untuk keperluan promosi, dibuatkan novel yang dikerjakan seorang novelis. Dalam penulisan skenario, selain plot cerita, busana, aksesoris, dan make up juga perlu diperhatikan.
"Hari ini pasti menang" (2012) adalah  film bola yang memasukkan unsur perempuan satu-satunya, dan kebetulan menjadi tokoh yang sempurna, tanpa cacat. Skenarionya juga dibuat oleh Swastika.
Tips Membuat Review Film
Balda Zain, blogger film dengan blog ulasanfilm21 berbagi ilmu tentang cara membuat review film yang baik. Berikut paparannya, diawali dengan tweet review, lalu mulai menulis blog, tidak hanya nonton saja. Mulai menulis review film "Single" dengan membuat  blog khusus film.
Kunci sukses dalam penulisan review film, pastikan suka dengan filmnya, atau mau nonton, jangan hanya melihat dari trailernya saja.
Tips menulis review film, sebaiknya diawali dengan kenapa ingin nonton, baru sinopsisnya. Tapi jangan kebablasan, jadi harus diakhiri dengan pertanyaan yang jawabannya ada di film tersebut. Baru masuk kepenilaian tentang plot cerita, sinematografi atau visual - mana pengambilan gambar yang bagus dan luar biasa. Baru akting pemainnya, meningkat atau menurun. Lakukan juga penilaian terhadap ensemble cast atau chemistry kelompok pemain. Kemudian membahas sound track, apakah liriknya pantas dengan adegan.
Jaringan Prima
Adi Nugraha dari Jaringan Prima tampil sebagai satu-satunya nara sumber laki-laki. Menurut Adi Nugraha, dengan Jaringan Prima, pemilik kartu Danamon Flazz dapat melakukan Top Up di seluruh ATM berlogo Prima. Dan pemilik tabungan Danamon dapat bertransaksi secara real time untuk transfer antar bank, cek saldo dan mengambil uang tunai. Sekarang sudah terdapat lebih dari 101.000 ATM berlogo prima, dan ada 65 bank yang tergabung pada Jaringan Prima. Benefitnya adalah kenyamanan, transfer on line, efisiensi waktu, dan tersedianya jumlah ATM yang banyak.
Dengan memanfaatkan Jaringan Prima Debit, pemilik tabungan Danamon bisa membayar merchant dengan logo prima debit, tanpa  dikenakan biaya dari merchant, serta dapat digunakan di semua mesin EDC. Saat ini sudah terdapat lebih dari 300.000 merchant, berbasis pin dan memiliki ciri penanda dengan munculnya teks  "card type switching".
Setelah mengisi daftar hadir, peserta sudah mendapatkan kartu Danamon Flazz edisi Regular bergambar mercu suar. Natalia Damayanti memperkenalkan kartu Danamon Flazz yang sudah tersedia di 40 Cabang Bank Danamon dengan proses Top Up yang sangat mudah, melalui EDC di cabang bank terdekat atau melalui ATM Jaringan Prima, Alfa Mart atau Toko Buku Gramedia.
Manfaat kartu Danamon Flazz dapat untuk membayar transaksi transportasi (Trans Jakarta, Commuter Line), belanja di sejumlah mini market (Alfa Mart, 7-11, Circle K, Hypermart), kedai kopi Starbucks dan membayar parkir.
Selain kartu Danamon Flazz edisi Reguler, Danamon juga menerbitkan edisi terbatas (Limited Edition) bergambar pemain Manchester United (Wayne Rooney, Arder Herrera, dan David de Gea).
Tanya jawab berlangsung seru, antara peserta acara di Lau's Kopi dan pemirsa melalui Live Facebook dengan semua nara sumber, juga ada kebalikannya nara sumber bertanya kepada peserta, hanya waktu saja yang membatasinya. Karena peserta harus makan siang dan nonton bareng.
Setelah dilakukan pengumuman pemenang lomba tweet, dilakukan penyerahan hadiah dan foto bersama, yang dilanjutkan dengan makan siang bersama. Karena minuman sudah dibagikan pada awal acara, banyak peserta yang kehabisan minuman. Nah, kesempatan untuk mencoba kemudahan bertransaksi dengan kartu Danamon Flazz dengan membeli minuman di Lau's Kopi atau di cafe Studio Setiabudi XXI. Bagi yang pulang ke rumah menggunakan Commuter Line juga dapat mencobanya.
Keseruan acara kerja bareng Komik, Kompasiana dan Danamon diakhiri dengan nonton bareng film nasional "Satria Heroes: Revenge of Darkness" sebuah film super hero hasil kolaborasi sineas Indonesia dan Jepang. Keseruan film "Satria Heroes: Revenge of Darkness" dapat diikuti pada tulisan "Menyaksikan Jakarta Berantakan Melalui Film Tokosatsu".
Sekitar jam 14.30 kami keluar dari Theatre 3 Setiabudi XXI, kamipun pulang ke rumah atau menuju lokasi lain sesuai kepentingan masing-masing.
Film adalah salah satu bentuk komunikasi antara pembuat film dan penikmat film yang melibatkan tanda dan simbol dalam produksinya, serta mempunyai makna atau pesan. Film tentang perempuan tentunya bercerita banyak tentang hak perempuan. Seperti perlakuan yang adil terhadap perempuan, dan citra perempuan itu sendiri. Maka sudah saatnya sineas perempuan pegang kendali dalam perfilman nasional dengan menciptakan stereotip baru pada tokoh perempuan dalam film nasional.
Pemberian makna akan tetap kembali pada masyarakat penikmat film. Peran pemerintah melalui sensor film dan kepentingan bisnis produser film dapat saja merusak idealisme para sineas.
Maju terus perfilman nasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H