Dulu saat saya masih tinggal di Matraman dekat Bearland, saya masih sering main ke Senen, entah untuk mencari buku, cari makan atau nonton. Setelah sekian tahun pindah ke Tangsel, saya jarang main ke Senen.
Dengan niatan bernostalgia, saya menyambut baik ajakan Jakarta Food Traveler yang mengadakan trip menyusuri kawasan Kwitang Senen. Dengan mengambil titik kumpul di Museum Sumpah Pemuda, rombongan mulai berjalan menuju Maison Weiner, sebuah toko kue tempo dulu.
Perjalanan dilanjutkan dengan melalui kawasan penjual buku bekas di Kwitang yang mengingatkan pada film AADC1 saat Rangga dan Cinta melakukan pertemuan disana. Sayangnya, pembangunan kawasan menggerus jumlah lapak pedagang buku bekas, juga maraknya internet membuat omzet pedagang makin menurun, sehingga hanya tinggal beberapa pedagang buku bekas yang masih mampu bertahan.
Pasar Kue Subuh
Melalui jembatan penyeberangan kami mencapai Pasar Senen, disana kami melihat pedagang kue yang sedang menyiapkan lapaknya. Rupanya mereka menempati lapak yang siang harinya digunakan para pedagang pakaian.
Meski terkenal dengan sebutan Pasar Kue Subuh, namun pedagang kue ini sudah mulai berdagang dari jam 18.00 dan tutup pada jam-7 pagi. Menurut keterangan pedagang kue, saat ramai pengunjung adalah malam hari antara jam 18.00-24.00 dan jam 03.00-0700. Ada kue basah, lapis legit, bakpia pathok, bingkisan kue, hingga roti buaya.
Nasi Kapau
Menyeberang jalan kami tiba di ujung jalan Kramat Raya, masih ada sisa bekas bioskop yang pernah eksis disana: Grand1 dan Grand2. Seiring dengan maraknya DVD dan bioskop elite jaringan Cineplex21, CGV dan Cinemax.
Kami mampir sebentar di Cimory Dairy Shop yang terkenal dengan produk susu dan yoghurtnya. Saya sempat mencoba Blended yoghurt. Lalu mengunjungi Pusat Nasi Kapau Senen yang terdiri dari deretan lapak penjual aneka masakan dan jajanan khas Minang sejak 1974, yang sekarang menempati lokasi sementara, karena lokasi sebenarnya sedang direvitalisasi. Nantinya mereka hanya membayar sewa lokasi 98 ribu Rupiah per bulan di lokasi baru.
Cara penempatan lauk pedagang Nasi Kapau sedikit berbeda dengan pedagang Nasi Padang. Kapau juga nama sebuah desa di tanah Minang, bedanya warung Nasi Kapau menempatkan display lauk sejajar dengan tempat duduk pengunjung.