Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Review Makanan, Enggak Boleh Asal Tulis!

21 Maret 2017   08:22 Diperbarui: 21 Maret 2017   18:00 8958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kuliner Gorontalo (Sumber: Omar Niode Foundation)

Dulu, makanan dipopulerkan dengan cara getok tular dari mulut ke mulut (mouth to mouth), sebuah metoda pemasaran yang sangat diakui keampuhannya. Bila seseorang yang dikenal jago makan, dan ia menyarankan Anda pergi ke sebuah rumah makan atau warung makan tertentu, tanpa perlu ragu, Anda pasti akan mendapatkan makanan yang layak menggoyang lidah Anda.

Pada era internet, sosial media telah mengambil alih metoda mulut ke mulut, meski tidak seluruhnya, karena metoda ini tetap diakui kehandalannya. Anda dapat mengunggah review Anda ke Facebook, Instagram, Twitter, Google+ maupun sosial media lainnya. Hanya saja, sosial media merupakan pedang bermata dua, bisa menaikkan tingkat kepopuleran rumah makan tertentu, sebaliknya bisa juga menyebabkan sebuah rumah makan gulung karpet.

Kenapa? Karena dalam hitungan detik, review seseorang akan dibaca mulai dari puluhan, ratusan, ribuan bahkan jutaan penyantap berita di sosial media. Makin banyak pengikut seseorang, makin cepat berita tersebar, belum lagi bila pembacanya ikut menyebarkan, sehingga membentuk sebuah viral.

Viral ini bersifat positif bila bernada pujian, sebaliknya berfampak negatif bila berupa cemohan.

Sebuah rumah makan baru, tanpa memasang papan nama (billboard) di depan rumah makannya, tanpa memasang iklan, tanpa membagi brosur, bila bercokol di sosial media dengan nada positif dan banyak disebarkan akan menjadi iklan gratis. Sebaliknya sebuah cemohan di sosial media yang tidak ditanggapi secara serius dapat menghancurkan bisnis sebuah rumah makan. Itulah sebabnya bila ada keluhan dari pelanggan, misal "AC-nya kurang dingin", pemilik rumah makan harus segera menambahkan AC, agar cemohan berubah menjadi pujian.

Review Yang Elegan

Siapa saja boleh menulis review, asal Anda sanggup merangkai tulisan, dan tidak di monopoli oleh kalangan media maupun blogger.

Tips menulis review makanan yang elegan:

1. Buat judul yang menarik orang untuk membaca.  Buat paragraf pembuka yang menarik, agar pembaca penasaran untuk melanjutkan membaca ke paragraf berikutnya. Tulislah dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar.

2. Sebaiknya fokus pada. 1-2 makanan utama yang merupakan makanan andalan rumah makan yang makanannya di review.

3. Bila makanan tidak memenuhi selera Anda, sebaiknya panggillah pemilik atau manager rumah makan dan ungkapkan kritik Anda, dan tulisan tidak perlu diunggah. Kasihan,  bila tulisan Anda akan meruntuhkan bisnis mereka.

4. Bila Anda menyukai makanan yang Anda review, Anda tidak perlu menuliskan dengan berlebihan bahwa makanan tersebut enak, nikmat dan sedap. Anda gambarkan saja keenakan makanan itu dengan kalimat yang membuat pembaca menitikkan air liur. Karena yang berhak menyatakan makanan itu enak adalah pembaca, bukan penulisnya. Hal ini disebabkan selera makanan tiap orang berbeda.

5. Guna menggugah minat pembaca review makanan, perlu ditambahkan beberapa foto yang mendukung. Foto makanan yang baik, harus sanggup menampilkan tekstur makanan dengan lengkap, memiliki pencahayaan yang cukup, tidak gelap, tidak goyang dan mampu menggugah selera yang melihatnya. Sebaiknya Anda mempelajari food photography.

Kuliner Gorontalo (Sumber: Omar Niode Foundation)
Kuliner Gorontalo (Sumber: Omar Niode Foundation)
6. Review makanan perlu dilengkapi dengan nama makanan, harga, nama dan alamat rumah makan.

7. Bila mau memberikan rating, disarankan dimulai dari Cukup, Baik dan Baik Sekali atau Istimewa. Bila dengan angka, gunakan angka 6-10. Supaya netral, rating bisa dibuat beberapa kategori: rasa, penyajian dan harga.

8. Review makanan sebaiknya bersifat informatif dan tidak terlalu promotif, meski Anda dibayar maupun diganjar makan gratis. Karena Review berbeda dengan Copy Writing maupun Release yang bersifat mengarahkan pembaca pada produk tertentu.

Tips ini semoga bermanfaat bagi Anda dalam memperbaiki penulisan review terhadap makanan. Selamat berburu makanan, ingat jangan makan berlebihan, agar kesehatan Anda tidak terganggu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun