Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Bogor: Makanan Jalanan atau Makanan Restoran

6 Maret 2017   12:31 Diperbarui: 6 Maret 2017   22:01 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tanggal 23 Februari 2017 saya baru menayangkan hasil riset kecil-kecilan mengenai makanan jalanan dan makanan restoran, mana yang lebih disukai oleh masing-masing penggemarnya.

Sabtu 4 Maret 2017, komunitas penggemar makan-minum atau KPK (Kompasianer Penggila Kuliner) telah menyelenggarakan acara bertajuk #KPKTrip Mengeksplorasi Kuliner Bogor.

Makanan Restoran

Di awali dengan mengunjungi sebuah restoran kekinian di kota Bogor yakni Keuken Koffie di jalan Bangka No.16 Bogor guna mempresentasikan sebagai wakil makanan restoran.

Perserta #KPKTrip diberikan pilihan untuk mencicipi beberapa menu favorite di restoran ini, seperti Ayam Kecombrang, Nasi Goreng Istimewa, Mie Jombang, Spaghetti Bollonese dan Spaghetti Aglio. Untuk minuman favorite di Keuken Koffie tersedia pilihan kopi, es black currant dan lemon tea.

Keuken Koffie adalah sebuah restoran dengan konsep kekinian yang menyasar kaum muda di kota Bogor dengan suasana yang nyaman, disain yang instagramable dan mengutamakan kopi sebagai daya tarik untuk bersosialisasi. Baca pula : "Ngopi Asik di Keuken Koffie".

Peserta #KPK Trip dengan pilihan masing-masing merasakan kesedapan hidangan makanan Restoran yang disajikan oleh chef Keuken Koffie. Komentar atas makanan yang disajikan rata-rata mengatakan pedas. Memang rasa pedas saat ini sedang menjadi trend di beberapa restoran. Bahkan ada yang menawarkan kepedasan berdasarkan tingkatan level, makin tinggi levelnya, makin pedas tentunya.

Makanan Jalanan

Untuk mencicipi Makanan Jalanan (street food) di kota Bogor, kami memilih surga kuliner-nya Bogor, yakni jalan Surya Kencana. Di jalan ini berjejer puluhan pedagang makanan jalanan bersama dengan pedagang makanan restoran. Keduanya hidup bersama saling menunjang guna mempertahankan Surya Kencana, sebagai pusat kuliner Bogor.

Peserta #KPKTrip sengaja diturunkan diujung Utara kawasan gang Aut, lalu berjalan kaki menyusuri jalan Surya Kecana ke arah Selatan.

Pertama kali kami menemukan pedagang jajanan dengan taburan kelapa parut, ada talas rebus, tiwul dan awug / dodongkel. Tiwulnya agak beda dengan tiwul di Jawa, selain agak padat tidak mawur, juga diberi kinca dari gula Jawa, sedangkan dodongkel seperti bahan putu bumbung juga ditaburi kelapa parut, serta talas rebus dengan taburan kelapa parut. Karena pengaruh kelapa, ketiganya memberikan rasa gurih.

Kami menemukan pepes sagu dengan isi pisang dan nangka. Bentuknya seperti otak-otak, rasa manis berasal dari pisang dan nangka yang ada di dalam sagu. Kudapan ini cukup banyak yang menggemarinya.

Lalu kami menemukan Asinan Jagung Bakar. Jagung Bakar diracik sebagai Asinan merupakan sebuah inovasi terobosan baru, setelah sekian tahun hanya ada Asinan Sayur dan Asinan Buah yang selalu menjadi buah tangan khas Bogor.

Ada juga lunpia Sunda atau lunpia Bogor, bedanya dengan lunpia Semarang, tidak menggunakan bahan rebung atau bambu muda, melainkan berbahan baku bengkoang dan tahu yang dicacah dan dicampur dengan telur, taoge dan bumbu pedas, dihidangkan dengan dibungkus kulit lunpia. Dihidangkan seperti lunpia basah, tanpa digoreng, dan bentuknya kotak karena tidak digulung seperti lunpia Semarang.

Ditengah panasnya kota Bogor, kami menemukan pedagang Bir Kocok. Sangat menyegarkan tenggorokan setelah menyantap aneka jajanan. Bir Kocok terbuat dari jahe dan kayu manis, lalu dikocok sehingga menghasilkan buih seperti bir yang dijamin 0% alkohol. Sedikit berbeda dengan Bir Pletok Betawi, karena tidak menggunakan serai, secang dan rempah-rempah lainnya.

Tiba-tiba suasana panas berubah jadi mendung, itulah Bogor yang terkenal dengan sebutan sebagai kota hujan. Kami menemukan pedagang wedang ronde, sangat tepat untuk menghangatkan badan. Ada ronde kecil dan ronde besar yang berisi kacang. Rasa jahenya sangat terasa. Disamping wedang ronde, pedagang yang sama juga menjual bubur jali dan bubur sagurangi, bubur sagu dengan potongan ubi rebus. Ke dua bubur ini disajikan dengan siraman santan, dan memiliki rasa manis dan gurih.

Di paling ujung Selatan, kami menemukan pedagang Soto Kuning. Pemiliknya pak Yusuf menyambut peserta #KPKTrip dengan ramah, meski kami menyantap soto kuning secara ramai-ramai. Soto Kuning, merupakan salah satu soto khas Bogor disamping Soto Mie Bogor. Soto Kuning berujud potongan daging sapi atau jeroan yang disiram kuah kuning panas. Warna kuning berasal dari kunyit.

Secara keseluruhan, saya mengamati, peserta #KPKTrip lebih menyukai makanan jalanan. Terbukti meski sudah kenyang menyantap makanan restoran, toh mereka masih sanggup icip-icip beberapa kudapan makanan jalanan khas Bogor.

Kedua jenis makanan ini tetap memiliki ciri khasnya masing-masing, para pedagang sudah saatnya pegang kendali guna memberikan kepuasan yang sama pada pelanggannya.

Maju terus kuliner indonesia!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun