Tanggal 23 Februari 2017 saya baru menayangkan hasil riset kecil-kecilan mengenai makanan jalanan dan makanan restoran, mana yang lebih disukai oleh masing-masing penggemarnya.
Sabtu 4 Maret 2017, komunitas penggemar makan-minum atau KPK (Kompasianer Penggila Kuliner) telah menyelenggarakan acara bertajuk #KPKTrip Mengeksplorasi Kuliner Bogor.
Makanan Restoran
Di awali dengan mengunjungi sebuah restoran kekinian di kota Bogor yakni Keuken Koffie di jalan Bangka No.16 Bogor guna mempresentasikan sebagai wakil makanan restoran.
Perserta #KPKTrip diberikan pilihan untuk mencicipi beberapa menu favorite di restoran ini, seperti Ayam Kecombrang, Nasi Goreng Istimewa, Mie Jombang, Spaghetti Bollonese dan Spaghetti Aglio. Untuk minuman favorite di Keuken Koffie tersedia pilihan kopi, es black currant dan lemon tea.
Keuken Koffie adalah sebuah restoran dengan konsep kekinian yang menyasar kaum muda di kota Bogor dengan suasana yang nyaman, disain yang instagramable dan mengutamakan kopi sebagai daya tarik untuk bersosialisasi. Baca pula : "Ngopi Asik di Keuken Koffie".
Peserta #KPK Trip dengan pilihan masing-masing merasakan kesedapan hidangan makanan Restoran yang disajikan oleh chef Keuken Koffie. Komentar atas makanan yang disajikan rata-rata mengatakan pedas. Memang rasa pedas saat ini sedang menjadi trend di beberapa restoran. Bahkan ada yang menawarkan kepedasan berdasarkan tingkatan level, makin tinggi levelnya, makin pedas tentunya.
Makanan Jalanan
Untuk mencicipi Makanan Jalanan (street food) di kota Bogor, kami memilih surga kuliner-nya Bogor, yakni jalan Surya Kencana. Di jalan ini berjejer puluhan pedagang makanan jalanan bersama dengan pedagang makanan restoran. Keduanya hidup bersama saling menunjang guna mempertahankan Surya Kencana, sebagai pusat kuliner Bogor.
Peserta #KPKTrip sengaja diturunkan diujung Utara kawasan gang Aut, lalu berjalan kaki menyusuri jalan Surya Kecana ke arah Selatan.
Pertama kali kami menemukan pedagang jajanan dengan taburan kelapa parut, ada talas rebus, tiwul dan awug / dodongkel. Tiwulnya agak beda dengan tiwul di Jawa, selain agak padat tidak mawur, juga diberi kinca dari gula Jawa, sedangkan dodongkel seperti bahan putu bumbung juga ditaburi kelapa parut, serta talas rebus dengan taburan kelapa parut. Karena pengaruh kelapa, ketiganya memberikan rasa gurih.