Saat ini orang lebih mengenal kota Depok sebagai kota pelajar, khususnya dengan adanya kampus Universitas Indonesia (UI) dan beberapa kampus lainnya. Kawasan Margonda adalah kawasan yang paling hidup dan hampir selalu macet, karena banyak mall berdiri disana. Kawasan ini oleh warga Depok sering disebut sebagai kawasan Depok Baru.
Sejarah Depok
Warga Depok mengenal sebuah kawasan yang dikenal sebagai Depok Lama. Kawasan inilah yang merupakan asal muasal kota Depok. Menurut sejarahnya, asal kata Depok berasal dari kata padepokan, karena dulu disana banyak tempat bersemedi. Namun utak atik gatuk ada yang menyebutkan bahwa asal nama Depok berasal dari singkatan bahasa Belanda "De Eerste Protestantse Organisatie van Kristenen" yang artinya jemaat Kristen yang pertama.
Kota Depok menurut sejarahnya berawal dari Cornelis Chastelein yang mendatangkan "budak" dari luar Jawa (Kalimantan, Sulawesi, Timor dan Maluku). Karena Cornelis Chastelein anti perbudakan, maka para penggarap tanah pertanian ini tidak disebut "budak" tetapi dianggap keluarga dan membentuk 12 marga.
Ke 12 marga ini yang menjadi cikal bakal penduduk kota Depok, dan menjadi warga eksklusif karena dibedakan dengan pendudukan lokal. Hal ini karena mereka bisa berbahasa Belanda, hidup dengan gaya Eropa baik busana maupun budayanya, anak-anak mendapat pendidikan dan sekolah bersepatu, sementara anak-anak penduduk lokal bertelanjang kaki. Sekolah di Depok tempo dulu yang menjadi saksi sejarah adalah Europeesch Lagere School (kini SDN Pancoran Mas).
Kesenjangan ini yang akhirnya memicu pengusiran oleh warga lokal di era kemedekaan, karena mereka dianggap antek penjajah, sehingga kini hanya tersisa sedikit sekali keturunan 12 marga tersebut.
Tanggal wafat Cornelis 28 Juni 1714, kini tanggal 28 Juni ditetapkan sebagai Hari Depok.
Depok Lama
Tidak sulit menemukan kawasan Depok Lama, dari stasiun UI, Anda naik commuter line dan turun pada tiga stasiun berikutnya (Pondok Cina-Depok Baru-Depok Lama). Atau bila Anda dari jalan Margonda, naiklah dari stasiun Pondok Cina dan turun pada dua stasiun berikutnya (Depok Baru- Depok Lama).
Istilah Pondok Cina menurut sejarahnya, adalah tempat menginap para pedagang Cina yang kemalaman setelah seharian berdagang di Depok. Cornelis Chastelein pendiri kota Depok masa lalu, melarang pedagang Cina tinggal atau menginap di dalam kota Depok.
Pondok Cina kini lebih dikenal sebagai jalan Margonda Raya, bila Anda melihat sebuah bangunan tua berwarna putih dengan arsitektur neo-classic, yang sekarang berupa cafe The Old House Coffee, adalah salah satu peninggalan masa lalu yang dibangun oleh arsitek Belanda. Kini telah berdiri mall Margo City dan sebuah hotel disekitarnya.
Stasiun Depok adalah stasiun tua yang masih beroperasi dengan empat jalur rel kereta api yang menghubungkan Depok ke arah Jakarta dan Bogor. Turun dari commuter line, Anda akan mendapati jalan yang di kiri-kanannya terdapat puluhan pedagang makanan dan minuman. Terselip diantara para pedagang, sebuah gedung tua yang dulu pernah berfungsi sebagai seminari yang menghasilkan banyak rohaniwan dan pendeta Kristen. Seminari ini merupakan cikal bakal dari Sekolah Tinggi Teologi di Jakarta. Kini bangunan seminari digunakan sebagai gereja dengan nama Gereja Kristen Pasundan.
Presiden Depok
Pada 1861 Depok sudah memiliki pemerintahan sendiri yang diakui Kerajaan Belanda dan pemimpinnya disebut presiden, dibantu Sekretaris, Ahli Pembukuan dan dua orang Komisaris. Tercatat dalam sejarah kota Depok, Johanes Matheis Jonathan, sebagai presiden Depok ke 5 dan terakhir. Presiden dipilih berdasar pemilihan umum.
Mencari rumah milik presiden Depok tidak sulit, rumah ini terletak di depan sebuah monumen yang dibangun di halaman depan bekas istana presiden Depok yang sekelas dengan Gemente Bestuur.
Gereja Tertua
Sebuah bangunan tua bersejarah lainnya adalah gereja tertua di Depok. Depok terkenal sebagai kota dengan banyak gereja, ada sekitar 50 gereja di wilayah kota Depok. Hal ini disebabkan Cornelis Chastelein membangun komunitas berbudaya Belanda berlandaskan nilai-nilai Kristiani. Di setiap pintu gereja, Anda akan melihat pahatan 12 marga. Masyarakat Depok menyebut warga 12 marga dan keturunannya sebagai "Belanda Depok". Gereja tertua ini kini berfungsi sebagai gereja GPIB Immanuel.
Adalah Yayasan Lembaga Cornelis Chasletein yang kini menaungi aset-aset komunal warga asli Depok. Juga berfungsi sebagai lembaga sosial dan pendidikan bagi keturunan 12 marga Depok. Di gedung ini Anda dapat menyaksikan peninggalan masa lalu kota Depok.
Bagi Anda para pecinta sejarah dan bangunan kuno (heritage), kota Depok, khususnya Depok Lama bisa dijadikan salah satu tujuan wisata guna menjelajah ke masa lalu.
Dua institusi yang diketahui pernah menyelenggarakan Jelajah Depok adalah Love Our Heritage dan Jakarta Food Adventure.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H