Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Masjid Al Makmur, dari Tanah Wakaf ke Cagar Budaya

22 Juni 2016   12:35 Diperbarui: 22 Juni 2016   12:44 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid al Makmur (Dok.pri)

Raden Saleh yang berhasil menjadi pelukis terkenal di dunia, saat pulang ke Indonesia, membeli dan memiliki tanah yang luas di Cikini, lalu merancang sendiri sebuah rumah mansion di atasnya. Sebelum hijrah ke Bogor, Raden Saleh telah mewakafkan sebagian tanahnya di Cikini dengan mendirikan masjid yang masih sangat sederhana.

Pindah Lokasi

Setelah Raden Saleh memutuskan hijrah ke Bogor karena menemukan jodohnya di sana, bangunan itu berpindah tangan ke keluarga Alatas sehingga dikenal sebagai Alatas Land.

Tanpa mengetahui ihwal sejarahnya, tanah Masjid Al Makmur dijual kepada Koningin Emma Stichting (Yayasan Ratu Emma), sebuah yayasan misionaris milik orang Belanda yang bergerak di pelayanan sosial, rumah sakit dan penyebaran agama Kristen. Setelah tanah resmi menjadi milik Yayasan Ratu Emma, meski sebenarnya tanah masjid bukan termasuk miliknya, karena berstatus tanah wakaf, mereka menuntut masjid tidak boleh berada di lokasi yang dikuasainya. Akhirnya masjid Al Makmur Cikini dipindahkan beberapa meter dari tempat asalnya dengan cara memanggulnya secara gotong-royong ke lokasi kini. Lalu bersama tokoh-tokoh nasional seperti H. Agus Salim, masjid dibangun menjadi bentukya seperti sekarang. Saat ini masjid sudah dinyatakan sebagai cagar budaya.

Tampak Depan Masjid (Dokpri)
Tampak Depan Masjid (Dokpri)
Masjid al Makmur memiliki kebiasaan mempersilakan siapa saja untuk berbuka puasa bersama di halaman masjid, pengurus masjid hanya menyiapkan teh manis panas, sedangkan makanan berdatangan dari masyarakat sekitar Cikini. Itulah sebabnya pada saat waktu berbuka puasa tiba, Anda dapat melihat bajaj dan motor parkir di halaman masjid, juga mobi yang parkir di bagian luar masjid.

Masih Berfungsi

Kini bangunan rumah Raden Saleh masih digunakan oleh RS PGI Cikini sebagai kantor administrasi RS. Di rumah tinggal tersebut juga telah dibangun taman yang sangat luas dan indah yang masih bisa dinikmati sisa keindahannya hingga sekarang. 

Mansion Raden Saleh (Dokpri)
Mansion Raden Saleh (Dokpri)
Mansion Raden Saleh dan Masjid al Makmur masih menjadi salah satu saksi sejarah yang dapat disaksikan oleh warga Jakarta maupun wisatawan yang ingin mengenal  sejarah kota Jakarta secara lengkap.

Selamat hari ulang tahun kota Jakarta ke 489 !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun