Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Yuk Ngabuburit di Little Arab

21 Juni 2016   15:15 Diperbarui: 22 Juni 2016   10:40 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Planetarium Jakarta (Sumber: Jakarta Food Adventure)

Menjelang azan magrib, kami tiba di Masjid al Makmur, dan dipersilakan untuk berbuka puasa bersama warga di dalam masjid tersebut. Lokasi masjid saat ini sedikit bergeser dari tempat pertama dibangun yang merupakan tanah wakaf Raden Saleh, karena sempat dipindahkan dengan cara digotong oleh warga, akibat sengketa tanah berkepanjangan. Saat ini masjid sudah dinyatakan sebagai cagar budaya,

Selesai sholat magrib, kami melanjutkan perjalanan dengan melalui Rumah Makan Raden Saleh, rumah makan yang menjajikan kuliner Timur Tengan dan Jawa Timur, menuju jalan Raden Saleh I.

Bila bukan bulan Ramadan, disini dijajakan street food Raja Food yang menjual: nasi mandy ayam, roti cane, cheese samosa, beef samosa, dan pastel daging. Lalu kami menikmati "welcome drink" berupa teh Adani di rumah makan Amira, salah satu rumah makan Timur Tengah dengan konsep rumahan. Teh Adani terbuat dari campuran kayu manis, jahe, kapulaga, susu, dan teh.

Makan Malam

Untuk lokasi makan malam, dipilihkan Rumah Makan Al Basha, basha sama dengan pasha artinya bangsawan, jadi resto ini tempat para bangsawan. Sudah berdiri sejak 8 tahun yang lalu dengan pusat di Guangzhou yang telah berdiri selama 13 tahun. Dekorasi rumah makan ini sangat kental nuansa Timur Tengah-nya. Meski pelayan orang Indonesia, namun mengenakan busana Jordania, baik pelayan pria maupun wanita.

Saat kami datang, karena disangka belum berbuka puasa, disambut dengan hidangan air asam (tamarind), samosa dan puding manis yang seharusnya dihidangkan sebagai dessert.

Setelah peserta datang semua, mulai dihidangkan appetiser berupa sayuran mixed (mosakaa) dengan tomat yang diimpor dari Arab, yang disantap dengan Arabic bread syami dan sayuran asin dan asam yang diolah dengan cuka dan garam.

Sebagai makanan utama adalah sepiring besar berisikan Nasi Mandy dengan ayam panggang dan Nasi Kebuli dengan kambing bakar. Nasi Kebuli dan Nasi Mandy sama-sama menggunakan beras basmati, dan dimasak dengan bumbu rempah yang berbeda. Disebut Nasi Mandy karena menggunakan bumbu Mandy, sedangkan Nasi Kebuli menggunakan kaldu daging, susu kambing, dan minyak samin, sehingga tampilan lebih gelap. Kebiasaan di Timur Tengah satu piring makanan utama disantap bersama oleh 4-6 orang.

Nasi Mandy dan Nasi Kebuli (Dok.Pri)
Nasi Mandy dan Nasi Kebuli (Dok.Pri)
Sebagai penutup disajikan teh hitam Arab, yang juga merupakan kebiasaan orang Arab setelah menyantap menu utama. Menurut Hesti, manager Al Basha, orang Arab lebih senang berbuka puasa dengan makanan manis dan kopi Arab.

Setelah mampir di gerai penjual kayu gaharu yang merupakan komoditas para pedagang Timur Tengah, kami menuju cafe Omarez di jalan Cikini Raya. Dalam perjalanan kami melalui Oasis Restautant, sebuah rumah makan kecil namun merupakan rumah makan premium dengan konsep rijstaffel, pelayanan bak raja. Serta melalui gerai martabak milik putera Presiden RI sekarang "Markobar".

Di cafe Omarez, kami disuguhi aneka dessert, seperti Baklawah, Harisa, Kunafah, Kurma kering, Umm Ali, dan kopi Arab yang pahit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun