Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar Mendapatkan Hak-hak bagi Disabilitas ke Amerika Serikat

13 Juni 2016   13:09 Diperbarui: 13 Juni 2016   15:26 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adalah Dissa Syakina Ahdanissa, pemilik Cafe Finger Talk, satu-satunya cafe di Indonesia yang dilayani oleh kaum tuli.

Karena gigihnya upaya Dissa guna mendapatkan hak-hak bagi warga disabilitas khususnya tuli, maka Dissa sempat diundang mengikuti program Youth South East Asian Leaders Initiative (YSEALI) dari 24 Mei hingga 3 Juni 2016 di Amerika Serikat.

Hasil kunjungannya ke Amerika Serikat itu dibagikannya pada Temu Deaf Jakarta & Tangerang dalam tajuk "Sharing cerita tentang budaya dan kegiatan komunitas deaf di Amerika Serikat" hari Sabtu 11 Juni 2016 di Cafe Finger Talk, Pamulang Timur, Tangerang Selatan,

Tiga Sosok Penginspirasi

Selama mengikuti program YSEALI di Amerika Serikat, Dissa sangat terkesan dengan tiga sosok yang dianggapnya sangat menginspirasi.

Yang pertama, seorang Disc Jockey tuli bernama Nico di Washington. Nico, tuli tapi sangat senang belajar musik, menurut Nico  sebagai manusia harus tetap semangat dengan minat yang ada pada diri sendiri. Nico memiliki jaringan pertemanan yang luas, dengan promosi via teman dia bisa mendapat pekerjaan di pesta-pesta. Komunitas tuli di  Amerika Serikat sangat kuat, seluruh acara yang dilakukan oleh komunitas tuli selalu dilakukan oleh anggota yang tuli.

Kedua, Presiden Global Deaf Moslem di Virginia, Nashiru Abdulai yang mempunyai proyek Al Quran dengan Sign Language. Dia sangat senang mengetahui ada komunitas muslim tuli di Indonesia. Nas Ingin ke Indonesia dan khususnya ke Cafe Fingertalk.

Sosok ke tiga adalah Judith (Judy) Heumann, penasehat hak-hak disabiltas yang lumpuh sejak kecil dan dipilih langsung oleh Presiden Obama. Pencetus ADA (Americans with Disabilities Act) dan orang yang paling tahu advokasi hak disabilitas.  Menurut Judy, sangat penting kekompakan dan inklusifitas bagi seluruh penyandang disabilitas di Indonesia demi mencapai kesetaraan.

Tindak Lanjut 

Bagaimana membantu teman tuli yang membutuhkan pekerjaan ke perusahaan yang membutuhkan karyawan adalah tujuan Dissa. Program jangka pendeknya adalah mendata warga tuli dengan kemampuan dan latar belakang pendidikan agar bisa menyalurkan warga tuli ke perusahaan. D'Lloyd salah satu institusi yang sering memberikan pelatihan untuk anak muda agar dapat langsung mendapatkan pekerjaan mengajak warga mendengar (hearing) untuk magang di Finger Talk agar dapat memahami budaya warga tuli. 

Dissa juga terus belajar dan memperluas jejaringnya dengan mengikuti World Federation Deaf Conference Oktober 2016 mendatang di Singapore.

Dissa berharap Finger Talk dapat menjadi jembatan antara warga tuli dan perusahaan, termasuk warga disabilitas lainnya.

Tantangan utama terhadap komunitas tuna rungu di indonesia adalah : 1. Dissa hearing harus belajar bahasa isyarat agar dapat berkomunikasi dengan mereka yang tuli (melalui Bisindo dan ASL), 2. Belajar budaya warga tuli 3. Standar pendidikan yang berbeda harus dipahami.

Agar dapat mengatasi hal ini, harus diempuh upaya:

- belajar bahasa isyarat

- bergaul dengan waarga tuli

-  menyebarkan adanya komunitas tuli kepada warga hearing melalui komunikasi dan pendekatan (approach)

Acara berbagi pengalaman komunitas tuli di Amerika Serikat kepada komunitas tuli di Jakarta & Tangerang diakhiri dengan berbuka puasa bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun