Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

[Ketapels Duo Kartini] Menjemput Inspirasi Yuli Supriati, Kartini Masa Kini dari Tangsel (2 of 2)

21 April 2016   08:24 Diperbarui: 21 April 2016   08:37 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini BPJS Kesehatan masih banyak kekurangannya, seperti peserta BPJS Kesehatan yang kesulitan mencari ruang kamar ICU, padahal menurut Undang-Undang Kesehatan, orang sakit harus segera ditolong dan dilayani.

Rumah Sakit pada umumnya sering dinilai "memeras" dompet pasien sehingga orang miskin takut berobat karena bila sakit dapat berakibat menghabiskan harta atau tabungan keluarga pasien. Hal ini hendaknya jangan sampai terjadi, gara-gara berobat karena sakit, pasien harus menjual rumah atau harta simpanan lainnya, akibat mahalnya biaya pengobatan di Rumah Sakit.

[Penulis] : Apa elemen terpenting dalam layanan kesehatan?

[YS] : Ada lima elemen penting dalam layanan kesehatan masyarakat. Elemen pertama, adalah BPJS Kesehatan sebagai penyelenggara layanan kesehatan. Ke dua, Pemda, ke tiga Rumsh Sakit, ke empat Pengawas dalam hal ini adalah tugas DPR / DPRD dan ke lima peserta. Dari ke lima elemen ini, yang tidak jalan adalah pada elemen ke empat, yakni Pengawas, karena boleh dikatakan hampir tidak ada pengawasan pada layanan kesehatan yang dilakukan oleh Rumah Sakit.

Sebuah Rumah Sakit harus mempunyai manajemen terbuka, sehingga semua orang dapat mengetahui beraps jumlah kamar yang masih kosong. Sebagai contoh RS Pelni dan rumah sakit di Jakarta sudah menjalankan manajemen terbuka. Namun rumah sakit di daerah bahkan di kota satelit Jakarta seperti Bodetabek belum melaksanakan manajemen terbuka.

Hak-hak peserta BPJS Kesehatan juga belum dijelaskan secara tuntas dan gamblang, saat ini hanya sekedar pegang kartu BPJS Kesehatan saja. Alasannya sangat tidak masuk akal, karena ada 5 bundel yang perlu dijelaskan kepada masyarakat.

Selama ini Peserta BPJS Kesehastan "dikerjai" oleh Rumah Sakit akibat tidak adanya pengawasan. Kasus yang dulu saat masih ada Jamkesda dan Jamkesnas tidak separah BPJS Kesehatan, setelah kedua program itu dihapus timbul lonjakan di rumah sakit yang membuat gerah dan diluar dugaan rumah sakit, sehingga melakukan pembatasan.

Karena BPJS Kesehatan tahu biaya pengobatan hanya 30% dari yang selama ini ditagihkan ke pasien oleh rumah sakit.

Gerak relawan kesehatan yang mulia kadang kala disalah gunakan oleh para pengambil kesempatan yang seolah membantu pasien di rumah sakit, tetapi malahan mengambil keuntungan dengan pura-pura membantu lalu menipu pasien.

[caption caption="Yuli Supriati, Kartini Masa Kini (Sumber: Gapey)"]

[/caption]Demikian bincang-bincang singkat mengenai layanan kesehatan dengan "Kartini Masa Kini" yang sangat mendalami dan peduli atas banyaknya kekurangan pada layanan kesehatan yang dijalankan oleh BPJS Kesehatan. Guna meningkatkan kemampuannya, Yulie tidak segan belajar dan belajar, bahkan belajar hingga ke Malaysia.

ooo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun