[caption caption="Reuni SMA di Lembang (Dok. Pri)"][/caption]Akhir-akhir ini reuni menjadi trend baru, kalau semula hanya ada reuni teman-teman SMA/SMU atau lulusan suatu perguruan tinggi atau mantan karyawan suatu perusahaan berskala nasional, kini sudah merebak hingga reuni teman-teman SMP dan SD. Memang hingga saat ini, penulis belum pernah melihat ada reuni mantan teman TK atau Play Group.
Pada dasarnya reuni adalah upaya mempertemukan kembali yang dulu pernah bersama, baik dalam suatu kampus, sekolah maupun tempat bekerja, upaya mencari eksistensi diri yang mulai pupus dari memori karena dimakan usia. Penulis sendiri pernah menghadiri suatu reuni dengan mantan teman-teman SMA, setelah 30 tahun lebih tidak pernah saling bertemu. Ketika bertemu sudah lupa dengan wajah dan nama, jadi banyak dialog lucu saat reuni, "Kamu itu siapa ?" Memang akhirnya pembicaraan menjadi cair setelah kita saling mengungkapkan kisah-kisah lugu ketika di sekolah dulu.
Reuni, selain untuk memutar memori lama di otak, juga untuk memperbaiki fungsi bagian otak yang mengurus kesenangan, memutar kembali memori adalah suatu upaya mencegah penyakit Alzheimer yang memang suatu saat kelak akan menghampiri manusia, hanya dapat terjadi dalam waktu cepat atau lambat.
Seorang psikolog mengungkapkan pandangannya soal manfaat reuni, sebagai kenangan yang merupakan sarana melihat kembali pada diri kita beberapa tahun ke belakang. Dengan melihat masa lalu, seseorang akan mengerti bahwa kehidupan yang dia jalani selama ini merupakan suatu hal yang sangat penting. Setiap orang melalui kenangannya pasti akan membuat momentum atau kenangan dirinya agar dapat selalu mengingat bahwa dia berkembang. Melalui sebuah reuni, seseorang juga bisa mendapatkan self esteem. Saat reuni pasti bertemu dengan teman-teman lama yang tentunya mengetahui sifat kita yang dulu. Kita juga dapat mengetahui jalan hidup teman-teman lama. Reuni adalah salah satu jalan menyambung dan memelihara tali persaudaraan, persahabatan, silaturahmi yang sangat dianjurkan.
Perubahan
Perpisahan selama bertahun-tahun sejak lulus SMA atau lulus perguruan tinggi, atau meninggalkan perusahaan lama telah membentuk pribadi kita seperti sekarang ini. Banyak perubahan terjadi dalam hidup kita selama perpisahan itu baik secara fisik, sosial dan spiritual.
Perubahan fisik seperti bentuk tubuh, dulu gemuk sekarang langsing, dulu langsing sekarang subur, dulu cantik sekarang lebih cantik, dulu ganteng sekarang tambah ganteng, dulu kurang sehat sekarang fit dan lain sebagainya.
Perubahan status sosial, karena kariernya yang cemerlang, karena jabatan yang terus menjulang, karena bisnisnya yang berkembang pesat, seseorang bisa menjadi kaya dan terpandang atau sebaliknya masih prihatin karena bisnisnya kena krisis ekonomi, prihatin kena PHK dan aneka perubahan status sosial lainnya.
Perubahan spiritual, dulu nakal sekarang alim, dulu suka mencontek sekarang menjadi guru, dulu sopan sekarang lebih santun, dulu jarang sholat sekarang taat, dulu melihat gereja saja malas sekarang setiap hari melakukan pelayanan rohani.
Terlepas dari perubahan-perubahan yang terjadi, reuni juga sangat didominasi oleh penyelenggara atau yang sering disebut sebagai Panitia Reuni. Acara yang disusun juga sebaiknya tidak bersinggungan dengan penonjolan penyandang dana atau sponsor acara Reuni ini, karena dapat menyakitkan hati peserta reuni yang kebetulan kurang berhasil dalam kehidupannya.
Tips Etik Reuni
Kita hadir dalam reuni sebagai teman yang sederajat, seperti waktu kita masih bersama-sama dulu. Peserta reuni harus memiliki jiwa besar, toleran dan mau menahan diri. Bersedia menanggalkan semua atribut dalam dirinya seperti, jabatan, status sosial, maupun kekayaan. Meski jabatan di kantor atau instansi adalah seorang presiden direktur atau Menteri, pada acara reuni, semua teman harus diperbolehkan memanggil namanya bahkan nama panggilan saat sekolah. Tidak harus memanggil dengan tambahan sebutan "Bapak atau Ibu" seperti yang dilakukan oleh stafnya di kantor atau di Kementerian.
Jangan membuat teman lain rendah diri atau sakit hati, sebaiknya Anda tidak menceritakan pekerjaan, keberhasilan bisnis, jabatan, status sosial, kekayaan yang dimiliki, kehebatan anak, istri Anda, yang dapat menimbulkan kesan menyombongkan diri atau pamer keberhasilan. Sebaliknya juga jangan bercerita mengenai kegagalan Anda pada forum umum yang didengarkan banyak orang. Jika ingin berbagi cerita tentang hal ini bicarakan secara langsung atau khusus kepada mereka yang bertanya dan Anda siap berbagi cerita.
Jangan bergunjing, misalnya si A barusan operasi plastik di Korea atau si B barusan menikah siri dengan artis. Berceritalah yang wajar tentang kenangan masa saat bersama-sama dulu. Seperti cerita-cerita yang saat itu tidak terceritakan, tentang kenakalan menggoda guru, kenakalan dalam gang saat kebut-kebutan dalam perjalanan ke luar kota, atau kenakalan saat makan di warung / kantin sekolah atau kampus.
Jangan cemburu, jika teman pria / wanita yang dulu pernah Anda taksir tampak lebih dekat dan akrab dengan teman yang lain. Atau jangan cemburu lagi jika terungkap kisah cinta teman pria / wanita incaran Anda, justru pada teman Anda sendiri. Jadikan itu lelucon masa lalu saja jangan menjadikan suasana menjadi kaku gara-gara kisah asmara masa lalu. Misalnya, Anda harus menjauhi mantan pacar yang kebetulan menikah dengan teman sekolah / kampus Anda. Semua sudah berlalu, apalagi sekarang Anda sudah memiliki keluarga masing-masing. Kisah asmara masa lalu biarlah menjadi kenangan masing-masing yang tidak perlu dibicarakan lagi.
Bagi Anda yang menjadi Panitia penyelenggara reuni, indikasi sukses atau gagalnya sebuah reuni, tampak dari terjalin persahabatan lebih akrab setelah acara reuni berakhir, peserta tidak enggan datang lagi dalam reuni berikutnya, reuni berikutnya lebih banyak pesertanya, dan banyak peserta merasa bangga, karena memiliki teman lama yang masih ramah dan bersahabat sertan merasa dihargai sebagai sahabat.
Jadi, sangat tepat bila Richard Paul Evans dalam bukunya " Lost December“ menuliskan bahwa "The sweetness of reunion is the joy of heaven”. Apakah Anda setuju ? Semuanya berpulang pada sikap Anda masing-masing. Selamat ber-Reuni.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H