Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ke Sabang ku (tak) Kan Kembali

29 Desember 2015   19:42 Diperbarui: 30 Desember 2015   19:14 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah pada kunjungan pertama ke Aceh pada tahun 2004 gagal main ke Sabang. Maka pada kunjungan ke Aceh di akhir 2015 ini saya bertekad untuk mengunjungi Sabang.

Setelah sarapan pagi di hotel, kami berangkat dengan bis menuju pelabuhan Ulee Lheue ke pelabuhan Balohan, pelabuhan di pulau Weh. Dalam perjalanan ke pelabuhan Ulee Lheue, kami menyaksikan acara zikir dan ziarah kubur guna mengenang peristiwa tsunami 11 tahun silam, karena kami pergi pada 26 Desember 2015.

Untuk menuju Pulau Weh dari Banda Aceh, dapat dilakukan dengan kapal cepat dan kapal biasa. Tiket kapal cepat executive 125.000 Rupiah, kapal cepat biasa 85.000 Rupiah, dengan kapal biasa hanya 25.000 Rupiah sekali jalan. Kami menggunakan kapal cepat, 45 menit sudah tiba di pelabuhan Balohan. Kapal cepatnya bagus, hanya pengelolaan tiketnya minus sekali, karena nama dan nomor kursi itu sama sekali tidak berfungsi. Duduk tidak sesuai kursi, keluar dari pelabuhan juga berdesakan dengan calon penumpang yang mau naik, karena hanya dibatasi dengan seutas tali. Selain kapal cepat ada kapal biasa dengan waktu tempuh dua jam. Setiba di pelabuhan dengan menggunakan mini bus kami jalan-jalan di pulau Weh atau kota Sabang dan sekitarnya.

Dari peta pulau Weh, kami dapat mengambil jalur Timur lalu menyusuri pantai hingga ke Utara. Dari Balohan - pantai Anoi Itam - benteng Jepang - pantai Sumur Tiga - pantai Tapak Gajah - pantai Kasih - kota Sabang - pantai Gapang  - pantai Iboih - Km 0 Indonesia. Atau, mengambil jalur Barat dari Balohan - pantai Keunekai - pantai Pasir Putih - gua Sarang - batu Gendang - pantai Lhong Angen. Bila mau masuk agak ke dalam terdapat Jaboi volcano, geothermal spot dan air terjun Pria Laot.

Jalur Timur

Kami memilih jalur Timur agar lebih cepat menuju Km 0. Pertama-tama kami mengunjungi Benteng Jepang. Di perjalanan diketinggian kami sempat menyaksikan keindahan pantai Anoi Itam.

Sepanjang perjalanan tidak ada SPBU yang ada hanya penjual bbm eceran di pinggir jalan yang dikenal dengan nama Pertamini.
Setelah melalui jalan yang berkelok-kelok dikenal dengan nama Lingkar Ular, tibalah kami di Benteng Jepang, disini terdapat gua persembunyian dan benteng dengan meriam. Pemandangan lautnya sangat eksotis. Dari Benteng Jepang kami menuju Pantai Sumur Tiga. 

Pantai yang luar biasa

Di pantai Sumur Tiga pemandangan pantainya luar biasa dikombinasi dengan pohon kelapa yang tinggi. Beberapa diantara kami tidak tahan melihat kejernihan air laut dan pasir putihnya, langsung menceburkan diri.


Puas berenang, perjalanan dilanjutkan untuk makan siang di Cafe Kencana, Gapang. Makan prasmanan dengan menu ikan goreng, udang, telur, sayur urap dan lain-lain. Cafe ini bersih meski tidak ada menu spesifik, Presiden Joko Widodo juga pernah bersantap disini beberapa bulan sebelumnya.

Selesai makan siang kami melanjutkan berkelana di pulau Weh dengan mengunjungi Pantai Iboih, sebuah pantai yang sangat ramai dikunjungi masyarakat, khususnya pada hari libur. Didepan pantai Iboih terdapat pulau Rubiah yang dulu pernah menjadi lokasi pemberangkatan haji di Asia Tenggara dengan kapal laut, dari sini ke Mekkah memakan waktu tiga bulan. Padahal sekarang perjalanan ke Mekkah dengan pesawat udara hanya perlu waktu 8 jam.


Beberapa dari kami sempat naik glass boat (kapal kaca) guna melihat keindahan terumbu karang. Sayangnya sebagai dampak gempa, sebagian besar terumbu karang mengalami kerusakan. Pantai Iboih juga memiliki lokasi untuk snorkeling.

Beberapa catatan perbaikan untuk kawasan wisata Pantai Iboih yakni dermaga untuk naik ke kapal kaca perlu segera dibereskan pembangunannya agar keamanan pengunjung lebih terjamin. Juga koordinasi antara penjual tiket kapal, operator kapal harus dibantu oleh bagian pengawas tiket, agar tidak terjadi saling serobot.

Menuju KM 0

Dengan melalui jalan kecil yang berkelok-kelok, akhirnya kami berhasil tiba di lokasi paling Barat dari Indonesia yang dikenal dengan nama Kilometer 0 Indonesia. Saat ini Tugu Kilometer 0 sedang dipugar dan dibuat lebih megah.

Sekedar info, Kilometer 0 Indonesia lainnya adalah Timur di Merauke (Papua), Utara di Kepulauan Sangir Talaud (Sulawesi Utara) dan Selatan pulau Rote (NTT).
 
Setiap pengunjung Kilometer 0 mendapat sertifikat kunjungan ke Kilometer 0 Indonesia. Selesai berfoto di Kilometer 0 Indonesia, kami menuju ke hotel atau lebih tepat disebut guest house. Guest house yang kami dapatkan kurang bagus, karena kami terlambat memesan. Kami berstirahat sejenak sambil menunggu waktu makan malam.

Makan malam dilakukan di Taman wisata kuliner Sabang yang buka sampai malam. Letaknya di tepi pantai, tempat masyarakat bersosialisasi. Bentuknya seperti Pujasera dengan beberapa gerai yang berdiri sendiri, namun pembayaran disatukan.



Tercatat beberapa jenis makanan seperti Nasi goreng, ayam penyet, ayam bakar, sate gurita / sapi / ayam, martabak telur, burger anti galau, mie bakso, mie ayam, mie aceh, nasi bebek, gurita rendang, dan ayam tangkap. Kuliner yang khas Sabang adalah sate gurita.

Jam 22.00 WIB kami kembali ke guest house, karena esok pagi harus bangun pagi guna mengejar kapal cepat paling awal.

Kesal di pelabuhan Balohan

Karena berangkat dari guest house jam 5 dini hari, kami menunggu cukup lama di pelabuhan, sambil sarapan nasi gurih. Kesal karena tata kelola pelabuhan Balohan yang tidak profesional, antrean yang tidak tertib (beberapa orang penumpang dapat masuk tanpa antre dengan alasan keluarga crew kapal), petugas yang datang kesiangan, tempat duduk di kapal yang tidak tertib dan ada kemungkinan tiket dijual diatas kapasitas tempat duduk.

Pemprov harus berbenah

Melihat kapasitas alam pulau Weh yang bagus dan mempesona, semestinya Pemprov Aceh dan Pemkot Sabang bahu membahu memperbaiki semua fasilitas untuk melayani pengunjung, dari mulai tata kelola kapal, angkutan darat, fasilitas di kawasan wisata, rumah makan, dan toilet. Tentunya agar kata "(tak)" pada judul artikel ini dapat dihapus.

Kekesalan yang kami alami membawa dampak kurang baik, bagi kemajuan pariwisata pulau Weh dan kota Sabang, karena saat ini kami belum berani memberikan rekomendasi kepada teman-teman kami agar mengunjungi Sabang. Semoga tulisan ini mendapat tempat semestinya guna perbaikan kualitas layanan pariwisata di Sabang.

(Sabang, 26-27 Desember 2015)

Note : semua foto adalah dokumen pribadi penulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun