Saya tidak tahu karena alasan apa, terpilih pada acara makan siang bersama Presiden Joko Widodo hari Sabtu 12 Desember 2015 jam 12.00 WIB yang lalu. Mungkin karena saya adalah anggota komunitas KPK (Kompasianers Penggila Kuliner) sehingga perlu mereview kuliner yang disajikan di Istana Negara.
Beberapa teman saya juga langsung penasaran, mereka ramai-ramai bertanya apa ya yang tersaji pada acara makan siang di Istana Negara, minta foto-fotonya ya. Sayapun mohon maaf tidak mampu menampilkan foto kuliner Istana, karena saya walaupun belum pernah diundang makan siang atau makan malam di Istana, namun saya sudah punya pengalaman dengan protokoler Istana, baik Presiden maupun Wakil Presiden, yang tidak memperbolehkan tamu Istana membawa kamera maupun telepon cerdas.
Menu Kuliner Istana
Sebagai penggemar kuliner (kalau tidak boleh disebut penggila kuliner), selain menyimak curhat teman-teman kepada Presiden serta himbauan Presiden, saya lebih fokus kepada menu kuliner Istana.
Berjajar rapi pada dua banjar berseberangan aneka kuliner, mulai dari sup, appetizer, makanan utama, dant dessert. Minuman air putih sudah tersedia di meja. Di meja sudah tertata rapi, garpu dan sendok makan serta sendok dessert dan serbet putih. Kali ini makan siang menggunakan sistem prasmanan.
Menunya cukup bervariasi, saya awali dengan sup berupa sup buntut tomat. Dagingnya sudah dipotong kecil-kecil dan sudah dipisahkan dari tulang ekornya. Dagingnya empuk sedikit berlemak, sehingga sering langsung meluncur ke perut, tanpa sempat dikunyah terlebih dulu apalagi didukung kuahnya yang sedap dan hangat.
Karena sibuk dengan makanan ronde pertama, maka untuk menikmati makanan ronde kedua harus antre cukup panjang. Agar praktis, maka appetizer dan makanan utama saya gabungkan dalam satu piring, namun ada jarak pemisah guna memudahkan saat menyantapnya.
Untuk appetizer, saya memilih urap, martabak bayam dan roti maryam. Sedangkan untuk makanan utama, saya memilih nasi kebuli, kare bebek, sayur lodeh dan sate sapi manis. Ditambah sedikit kerupuk dan sambal.
Urapnya enak, parutan kelapanya segar dan gurih. Martabak bayamnya meski beraroma India, rasanya sedap dan pas. Bayamnya dimasak secara tepat, tanpa menghilangkan kesegarannya. Roti maryam yang bernuansa Arab juga tidak kalah nikmatnya.
Masuk ke makanan utama, nasi kebuli dimasak dengan aroma Arab yang pas, kismisnya segar dan bumbunya merasuk dengan baik. Dipadu dengan kare bebek, yang dagingnya diungkep dulu sehingga sangat empuk. Baru disentuh dengan garpu sudah terpisah dari tulangnya dan kulitnya, sehingga memudahkan menyantap dagingnya. Kulit bebek yang gurih memang sengaja saya sisihkan, agar tidak menambah kadar kolesterol pada darah saya.
Sayur lodehnya bumbunya juga tepat, meski tidak sesedap sayur lodeh di Jawa Tengah, sepertinya tidak menggunakan santan dari kelapa segar, melainkan menggunakan santan dalam kemasan. Sate sapi manis merupakan kuliner paling sedap dari seluruh menu pada siang hari itu. Dagingnya empuk tanpa kesulitan memisahkan dari tusuknya, sungguh beruntung saya mengambil tiga tusuk. Menurut pihak cateringnya, cara memasaknya seperti sate Maranggi di Purwakarta.
Kerupuknya normal, sambalnya biasa saja, bahkan terasa kurang pedas.